Permulaan

1.1K 69 3
                                    

Kembali lagi akhirnya ator disini! Maaf sekali karena tidak sadar sudah sebulan tidak update dan merasa bersalah saya. Dan saya pernah mendengar pepatah 'Apa yang sudah kamu mulai, maka juga harus kamu yang mengakhirinya.' Setelah itu saya langsung tersadar belum selesai story ini...gomen sekali. Tapi lebih baik kalian langsung saja ke story. Happy reading!!

__________

Previous


"Ya, aku berdua kemarin bersama inchou."

"WAW, aku salut denganmu."

"Tapi...." Baruto merubah raut wajahnya menjadi sendu.

"Tapi apa?"

"Tapi aku ingin......ingin......" Dia menghirup nafas panjang dan

"aku ingin menembaknya." Boruto berkata mantap.

.

.

.

"Ohh..jadi kau ingin menem....APAAA!!" Shikadai tidak tersadar dengan teriakannya barusan. Untung kelas saat itu sepi jadi yaahhh yang mendengar 'lengkingan' barusan hanya beberapa orang. Shikadai menjadi salah tingkah dan meminta maaf secepatnya.

"Kau ini! Bisa tidak tenang sedikit??" Ucap Boruto sambil menaruh jari telunjuk di mulutnya.

"Cih..kau ini sudah gila apa? Kalian baru mengenal satu sama lain belum sampai seminggu...BELUM!! Tapi kau seperti sudah tancap gas seperti itu, kau ini aneh sekali!" Pemuda rambut nanas sepertinya protes terhadap apa yang akan dilakukan pemuda kuning ini.

"Tapi kannn...." Boruto memelas seperti anak kucing. Raut sendu lagi.

'Dia ini..' Shikadai menggeram dalam hati. 'Tapi tadi aku kan terpikirkan untuk memberi tips kepada dia. Aku malah berpikir ini masih terlalu cepat bahkan sangat, hmm merepotkan saja.' Shikadai malah berdiskusi dengan dirinya sendiri tidak tersadar dengan orang yang memanggilnya daritadi.

"Hei, heiii...kau dengar tidak??" Boruto mengibas-ngibaskan tangan didepan wajah target, yang sedang melamun.

"Oh, ya, apa? Kau mengatakan sesuatu?" Shikadai tersadar langsung bertanya perihal tentang yang didengarnya.

"Kubilang kau mau membantuku tidak??" Langsung to the point dijawab Boruto, sekaligus bertanya lagi.

"Membantu? Membantu apa?" Malah bertanya lagi karena masih kurang paham.

"Membantuku 'itu' aduh masa kau tidak paham!?" Sudah kesal Boruto karena sedari tadi Shikadai seperti tidak memperhatikan perkataannya.

"Ohh itu, sebenarnya bisa sih tapi menurutku kalau sekarang terlalu cepat, kau bahkan tidak tahu tentang kesukaan dan ketidaksukaannya kan?" Shikadai kali ini memberi saran yang lebih baik.

"Kalau dipikir-pikir iya juga, aku bahkan tidak punya email milik inchou untuk bertukar pesan. Bagaimana ini..?" Baru tersadar oleh Boruto bahwa hal seperti ini ternyata ribet juga.

"Yah..kalau dari penglihatanku, aku masih belum yakin dia memberi sinyal lampu hijau. Justru menurutku kemungkinan gagal lebih besar." Shikadai mengemukakan analisisnya dengan mata terpejam.

"Wah ternyata gawat ya, aku seharusnya tidak terburu-buru..." 

Boruto berhenti sejenak lalu dia bertanya "..hei, kenapa selama ini inchou tidak pernah dekat dengan pria??" 

Pemuda kuning penasaran dengan masa lalu Sumire yang dulunya tidak pernah dekat bahkan bergaul kecuali untuk tugasnya sebagai ketua kelas.

"Untuk yang hal seperti itu aku tidak pernah tahu menahu, untuk apa aku menanyakan hal seperti itu?"Dijawab Shikadai enteng dengan alasan yang sesuai, Boruto hanya mengangguk-angguk.

"Benar juga yaa. Haaah.." Menghela nafas setelah mengetahui begitu susahnya untuk mendapat hati perempuan. Justru itu bagian asiknya pikir Boruto, jadi ada perjuangan.

"Tunggu sebentar kalau kupikir-pikir sebulan lagi akan ada event perayaan lahirnya sekolah ini. Salah satu event terbesar di sekolah. Mungkin itu adalah waktu yang pas." Setelah membuka ingatannya lagi Shikadai ingat tentang perayaan sekolah ini.

"Pas? Untuk apa?" Pikiran Boruto belum sampai ternyata.

"Untuk confess your feeling. Memangnya apa lagi?" Shikadai kali ini menjawab sambil tersenyum bahwa menurutnya waktu tersebut adalah waktu yang tepat apalagi di akhir acara ada pesta kembang api saat malam. Dia memberi kedua jempol untuk otaknya sendiri.

"Me..menembak..." Boruto langsung gugup begitu mengatakan hal itu. Shikadai terkikik sendiri.

"Heheh....hei, jangan langusng down begitu. Ini rencanaku...." 

Setelah itu Shikadai mengemukakan pendapatnya dan Boruto langsung sumringah.

"Waah, jadi saat itu ya! Ya ya kau benar!" Boruto menyetujui dengan semangat setelah mendengar ide dari Shikadai.

"He he tentu saja, tapi untuk saat ini kita kesampingkan dulu rencana itu. Yang perlu kau lakukan adalah pendekatanmu Boruto." Raut wajah Shikadai berubah kembali lagi menjadi serius.

"Ya, kau benar. Rencana awalku adalah mendapat email milik inchou tapi bagaimana?" Memikirkan tindakan awalan yang terlintas dari kemarin.

"Yah kalau soal itu aku punya, tapi.." Shikadai berhenti sesaat membuat pemuda kuning bingung.

"Tapi apa?" Rasa penasaran masih menghantui Boruto.

"Tapi kau harus mencapatkannya sendiri." Ucap Shikadai mantap.

"Eh? Ta...tapi kan katamu kau ingin membantuku!!" Dijawab oleh Boruto seperti itu dengan salah tingkah, seperti tidak punya keberanian.

"Menurutmu aku berkata seperti ini juga tanpa rencana? Lagipula yang benar itu kau mendapatkannya sendiri bukan aku yang memberi. Kalau tiba-tiba kau mendapat email yang tak dikenal memangnya kau mau membacanya? Tidak kan..." Dijelaskan panjang lebar oleh pemuda nanas. Boruto juga merasa bersalah tidak mendengar sampai akhir. 

'Sialan, pintar juga dia'. Memang benci mengakuinya tapi Boruto malah senang mendapat teman yang lumayan pintar dalam strategi.

"Jadi? Apa rencananya?"

"Bilang saja untuk jaga-jaga jika ada sesuatu, kalau bisa minta juga nomor hp nya." Rencana sudah dikatakan oleh Shikadai. Boruto mengangguk.

"Kau memang pintar! Timing yang tepat sepertinya setelah pulang sekolah ya."

"Ya, dan hari ini bertepatan kita piket kelas. Biasanya inchou suka mengawasi sebelum semuanya selesai. Jadi setelah sudah pulang semua baru kau minta, aku akan menunggumu di luar." Shikadai melempar senyum untuk lebih meyakinkan Boruto, sebagai langkah awalnya. 'Mungkin beberapa tips lain kali saja', pikirnya.

"Oh iya, kau tidak membeli makanan? Tinggal 10 menit lagi istirahatnya." Bertanya dan menjelaskan situasi, setelah berdiskusi dengan Boruto kurang lebih 10 menit juga ternyata cukup menyita waktu namun Shikadai berpikir Boruto teman yang cukup enak diajak mengobrol.

"Benar juga, tinggal kita berdua dalam kelas, aku baru sadar. Kalau begitu ayo beli sesuatu!" Ajak pemuda kuning.

.

.

.

Yosh! segini dulu aja dan saya gak tau lagi apa yang harus disampaikan pokoknya tetap tunggu ya story ini sampai tuntas! Kemungkinan part selanjutnya ke bagian Sumire :D


Sweet LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang