Kebimbangan

721 45 16
                                        

Previous


Pemuda itu akhirnya dengan tenang pulang menuju rumahnya, kali ini pikirannya lebih tenang dibanding sejak tadi. Namun dalam kepalanya masih saja belum lepas dengan masalah yang dihadapinya sekarang ini.

"Apa yang harus kulakukan yah? Bagaimana aku menyelesaikan ini?"

.

.

.


Boruto masih dalam keadaan lesu saat sudah sampai di rumahnya. Adiknya datang menghampiri sang kakak begitu Boruto sudah memasuki pintu depan rumahnya.

"Oniichan! Okaeri!" dengan pandangan semangat seperti biasa Himawari menyambut kedatangan sang kakak yang sepertinya berbeda 180 derajat suasana hatinya saat ini.

"Ohh...Himawari. Tadaima"

"Oniichan kenapa? Sedang lelah?" sang adik nampak menyadari sesuatu.

Boruto hanya menggeleng lemah dengan senyum paksa yang dia buat, "Oniichan tidak apa-apa. Dan benar, cuma lelah saja"

Dengan langkah pasti Boruto menuju kamar yang berada dilantai dua rumah itu, Himawari masih terus memandangi kakanya itu. "Kalau sudah makan malam nanti kupanggil!"

Pemuda kuning hanya memberi sinyal tangan bahwa dia paham tanpa membalikkan badannya, langkahnya masih dia lanjutkan menuju kamarnya.

BLAM. Sesampainya di kamar dia merebahkan diri dikasur, masih menerka-nerka apa yang harus dilakukan selanjutnya terhadap masalah yang dia hadapi saat ini. Dia menghela nafas pelan, menatap langit-langit kamar. Semakin dipikirkan ternyata semakin banyak pikiran lain yang muncul dalam otaknya itu.

"ARGH!" Boruto terbangun dan mengacak rambutnya sendiri, menghela nafas lagi. Dia lalu memilih berdiri dan menuju komputer miliknya, sembari menghilangkan rasa bosan dan merefresh pikirannya. Sambil menunggu komputernya menyala secara sempurna dia memandangi meja belajarnya. Secara tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah laci yang seingatnya tidak pernah dia buka karena alasan khusus yang entah apa alasan itu, dia sudah lupa. Dengan perlahan tangannya menarik pegangan laci itu dan dengan smooth dia dapat melihat apa yang ada di dalamnya. Hanya ada beberapa benda yang sudah tidak terpakai, lalu sesuatu yang mengkilap mengundang atensinya.

Sebuah kalung, kalung berbentuk tabung panjang dengan batangan spiral melingkari batangan besi itu. Dia ingat, waktu itu ayahnya membelikan itu untuknya. Namun tidak dia gunakan karena menurutnya terlalu kekanak-kanakan, lucu memang untuk alasan seperti itu dan selanjutnya dia taruh di laci tersebut dan tidak pernah dibuka lagi.

Boruto menimang kalung itu, ternyata sudah sedikit berdebu, anehnya sama sekali tidak ada tanda-tanda berkarat atau semacamnya. Mungkin bahan logam yang digunakan sangat bagus karena itu kualitasnya juga diatas rata-rata. Untuk sesaat Boruto berpikir kenapa dia tidak pernah memakai kalung sebagus ini?

'Hahah, toh sekarang kalung ini pantasnya menjadi hadiah...eh? Tunggu dulu'

Secara sepersekian detik otaknya langsung bekerja mengenai 'hadiah' yang dimaksud dalam pikirannya,

'Hadiah ya? Sepertinya ini bisa jadi ide' dirinya langsung menyeringai dan tangannya mengepal, 'yosh!'

"Oniichan! Makan malam sudah siap!"

Terdengar suara adik perempuannya dari luar pintu kamar, tentu saja Boruto dapat mendengar teriakan itu.

"Oke, aku kesana!"

Sweet LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang