Permasalahan

702 40 2
                                    

Happy Reading!!


Previous


Boruto mencerna kata-kata ibunya itu, pemuda itu merasa ide itu tidaklah buruk. Namun jika hanya bicara maka kejadian selanjutnya adalah dua, dia menerima pemuda itu pergi atau dia dengan terpaksa menerima pemuda itu pergi. Tapi pikiran itu dia singkirkan terlebih dahulu, bukan saat yang tepat untuk memikirkannya. Hinata saat ini sudah membantu banyak menenangkan hatinya, menerima curhatannya, dan juga mendapat solusi dari permasahan ini. Boruto justru merasa lega karena sudah meluapkan isi hatinya yang sedari tadi dia pendam.

"Kaachan...terima kasih."

.

.

.


Shikadai pagi ini langsung saja ditarik oleh seseorang begitu dirinya sudah memasuki kelas. Pemuda nanas nampak kurang bersemangat pagi ini dikarenakan hari kemarin adalah hari dimana dia bisa bersenang-senang, namun esoknya yaitu hari ini dirinya harus masuk lagi ke sekolah. Shikadai nampak lebih malas lagi karena yang menarik dirinya adalah Boruto, wajah pemuda kuning terlihat seperti penggabungan dua suasana, antara wajah serius atau wajah panik. Daripada memikirkan itu, Shikadai lebih memilih menunggu pemuda didepannya untuk berbicara terlebih dahulu mengenai masalah yang dihadapi oleh pemuda kuning setelah mereka berdua duduk dikursinya.

.

"Apa? Jadi kau mau pindah?" Boruto sudah selesai menceritakan kisah dirinya yang akhirnya menjalin hubungan dengan Sumire, namun disamping itu muncul masalah lagi yaitu kepindahan Boruto yang menurut pemuda nanas adalah hal yang sangat tiba-tiba. Pemuda kuning hanya menceritakan kepindahannya pada Shikadai saja, tentu saja karena memang teman bicara dia hanya pemuda nanas seorang.

"Sssst...jangan terlalu keras. Ya, aku akan pindah Jumat ini" telunjuknya dia gunakan untuk isyarat agar Shikadai tidak berisik.

"Jadi begitu masalahnya, ini cukup serius menurutku" Boruto yang mendengar itu merasa ikut bersimpati pada pemuda nanas, karena dibalik sifat malasnya dia juga mempunyai rasa peduli terhadap sesama.

"Jadi bagaimana menurutmu? Kata Kaachan harus diselesaikan dengan bicara padanya"

"Hmm...yah, menurutku juga memang tidak ada jalan lain lagi selain itu. Lagipula kau juga tidak bisa mambatalkannya kan? Dan kau juga belum bisa mengurusi hidupmu sendiri. Itu adalah hal yang merepotkan menurutku" Shikadai berkata seperti itu dengan mata terpejam.

"Jadi begitu, tapi aku hanya tak tahu bagaimana cara berbicara padanya" yang ditunjukan 'padanya' adalah kepada Sumire. Setelah menjalin kasih bukan kesenangan yang pemuda ini dapat, namun kebimbangan.

"Itu memang sulit, tapi ini sedikit tips dariku. Jika kalian ingin membicarakan suatu permasalahan yang serius, berbicaralah yang memang hanya ada kalian berdua disitu."

"Hanya berbicara berdua ya..." dirinya bergumam sambil menatap kebawah. Untuk saat ini Boruto memang masih belum mendapat ide apapun untuk masalah yang sedang dihadapinya tersebut, namun dirinya juga optimis bahwa gadis itu juga pasti mengerti mengenai kepindahannya. Ya, dirinya harus yakin dulu, barulah dia akan berbicara.

Dan bertepatan setelah pemikiran panjangnya, ada yang mengintrupsinya dari belakang.

"Boruto-kun..." pemuda itu secara reflek menoleh dan mendapati gadis yang dia temui di atap semalam, tak lain adalah Sumire. Dan Boruto entah mengapa sekarang merasa salah tingkah harus berbuat apa jika berada di depan gadis itu, selain karena masalah dirinya itu. Shikadai memilih pergi meninggalkan kedua insan itu sambil tersenyum pada Boruto seakan memberi semangat, 'kau harus bisa, Boruto'.

Sweet LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang