Bab 21

2.5K 268 70
                                    

"Dunia ini kejam. Air susu dibalas air tuba bukan sekedar kalimat peribahasa dalam buku pelajaran. Kalimat itu nyata."

※※※※※

Malam ini mungkin menjadi malam minggu paling kelabu bagi Davka. Selain karena kejadian tadi, malam ini kartun kesayangannya tidak ditayangkan karena ada acara konser ulang tahun stasiun televisi tersebut.

Kesialan Davka diperparah dengan ketiadaan persediaan coklat warna warni miliknya. Dan saat ia membuka kulkas pun yang ada hanyalah air mineral serta seikat daun bayam. Ia pun bergerak pelan menuju kolam renang dan duduk di tepinya dengan kedua kaki yang ia tenggelamkan di dalam air.

Kedua matanya menerawang lurus ke depan. Memikirkan berbagai kemungkinan atas sikap Afreen nantinya serta apa reaksi yang harus ia tunjukkan saat ia bertemu Afreen membuat kepala Davka semakin terasa pening.

"Ah, gue harus apa pas ketemu Afreen," gumam Davka.

Lamunan Davka pun terpecahkan kala ia merasa seseorang sedang memeluknya dari belakang.

"Hayo anak bunda ngapain sendirian disini? Kok bengong sih? Mikirin apa hayo?" ujar Dinar sembari sesekali mencium puncak kepala anaknya itu.

Davka tersenyum lebar dan menoleh ke arah bundanya yang kini sudah menumpukan kepalanya di atas pundak kanannya.

"Bunda, Davka mikirin coklat Davka yang habis."

"Trus?"

"Davka jadi sedih," sahut Davka lirih.

"Besok kita beli, ya. Udah jangan dipikirin terus," sahut Dinar sembari mengajak anaknya untuk kembali masuk ke dalam rumah dan beristirahat.

*****

Minggu pagi biasanya Davka habiskan untuk bermalas-malasan dan tidur hingga siang. Namun perasaannya yang sedang buruk secara ajaib dapat membuatnya terbangun meskipun jam masih menunjukkan pukul 10 pagi.

Dengan langkah gontai, ia menuju kulkas yang kini sudah tersedia satu kotak besar susu cair disana. Tanpa pikir panjang lagi, ia mengambil sebuah gelas dan menuangkan susu di atasnya. Saat ia hendak meminum susunya, gerakannya terhenti kala netranya menangkap seseorang yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.

"Hay, Davka," ucap cewek itu.

"H..hai, Af...Afreen."

"Lo...umm baru bangun?"

Davka segera memasang cengiran lebarnya seraya mengangguk antusias. "Yo'i. Kan Minggu libur. Gue bebas, dong?"

"Btw, lo ngapain pagi-pagi kesini?" sahut Davka dengan —berpura-pura— santainya. Ia berusaha mengurangi suasana canggung di antara mereka berdua.

"Gue—" ucapan Afreen terpotong saat Dinar datang dan segera mengambil tempat di sebelah Davka sedangkan Raehan duduk di sebelah Afreen yang berada di hadapan Davka dan hanya terpisahkan oleh meja bar.

"Eh ada Afreen cantik," sapa Dinar yang dibalas senyuman oleh Afreen.

"Bunda udah kenal pacar aku?" ujar Raehan dengan tatapan takjubnya.

"Kenal dong. Waktu itu dia 'kan pernah belajar kelompok sama Davka di Panti," ujar Dinar sembari melirik ke arah Davka kemudian kembali mengarahkan tatapannya lagi ke arah Raehan. "Afreen beneran pacar kamu, bang?"

"Iya bunda. Hari ini kita mau jalan-jalan. Boleh, 'kan?"

"Umm—"

"Wuih seru banget pasti. Have fun ya!" sahut Davka kegirangan.

"Sip," ujar Raehan sembari mengacungkan jempolnya. Setelah berpamitan, Raehan dan Afreen pun pergi meninggalkan Dinar dan Davka di dapur.

Untuk sesaat wajah Davka terlihat sendu memandangi kepergian kedua orang itu sembari melamun. Namun sedetik kemudian Davka kembali tersentak kaget kala kedua tangan lembut milik Dinar memegang kedua pundak kokok Davka.

"Ih, gantengnya bunda bau. Mandi dulu sana," ujar Dinar sembari mendorong pelan tubuh Davka ke arah kamar mandi. Dan Davka hanya menurut mengikuti ucapan sang Bunda.

Tak butuh waktu lama, Davka kini sudah kembali duduk di sofa depan televisi sembari memakan coklat warna warni yang baru saja diberikan oleh Dinar. Tadi saat ia sedang mandi, Dinar keluar sebentar untuk membeli coklat kesukaan Davka itu.

Lamunan Davka kembali hancur kala Dinar memeluknya erat dari belakang.

"Ih gantengnya bunda udah wangi."

"Iyalah! Davka mah wangi terus," ujar Davka bangga dan memasang senyum terbaiknya.

"Davka mau ikut bunda, gak?"

Ditanya seperti itu, Davka segera melepaskan pelukan Dinar dan menoleh ke arah Dinar yang masih berdiri di belakangnya.

"Kemana bunda?"

"Nge-date. Mau gak?"

"Date?" tanya Davka yang semakin kebingungan. "Sama...bunda?"

Mendengar pertanyaan itu, Dinar mengacungkan dua jempol di depan wajah Davka dengan kedua mata yang berbinar-binar. Tak tahan melihat reaksi Davka yang hanya menatapnya bingung, ia pun segera menarik Davka ke arah mobil yang baru saja dicuci oleh Mang Tejo.

Tak banyak hal yang dilakukan oleh Davka. Ia hanya menatap Dinar kebingungan dan dengan diam ia berjalan mengikuti langkah sang bunda sembari terus memikirkan date macam apa yang telah direncanakan oleh bundanya.

*****

"Ini seriusan bunda, kita kesini?" tanya Davka yang hanya dijawab anggukan oleh Dinar.

"Ini bukan mimpi, 'kan nda?" tanyanya lagi dengan kegirangan.

"Bukan, Davka sayangnya bunda."

"ASEEIIKKKK!" pekik Davka kegirangan sembari berlari kecil ke arah bangunan besar yang terdapat tulisan "Seaworld" di atasnya.

Entah bagaimana keadaan kedua pipi Dinar nanti. Pasalnya, sejak mereka baru tiba disini dan hingga 3 jam telah berlalu, ia tak henti-hentinya tersenyum dan tertawa. Melihat tingkah Davka yang menggemaskan membuatnya merasa bahagia.

Dinar sebenarnya sudah merencanakan hal ini sejak lama. Ia tahu bahwa suasana hati Davka memang sedang buruk. Ia lebih sering menyendiri dan melamun. Meskipun Davka menutupinya serapat mungkin, namun tetap saja hal itu tak dapat tertutupi oleh naluri seorang ibu.

Dan Dinar tahu bahwa sepertinya kedua anaknya menyukai satu gadis yang sama. Dan gadis itu adalah Afreen. Dan tepat seperti prediksi Dinar sejak awal, bahwa Davka pasti akan mengalah lagi. Dan hal itu cukup membuatnya kesal.

Bukan maksud Dinar untuk membela Davka. Namun ia hanya kesal mengapa anak itu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Bahkan tak peduli bila dirinya akan hancur akibat pilihannya itu, ia tetap lebih memikirkan orang lain. Memikirkan hal itu, sebenarnya ada sedikit rasa bangga yang membuncah di dadanya. Mengetahui bahwa anaknya tumbuh dengan baik membuatnya bahagia.

Namun ia juga khawatir bahwa anaknya akan jatuh lebih dalam lagi bila ia tak memperhatikan dirinya sendiri. Dunia ini kejam. Dan Dinar tak mau bila Davka merasakan pahitnya dikhianati meskipun pada kenyataannya anaknya itu sering dikhianati.

"Bunda gak tahu lagi, hati kamu terbuat dari apa," gumam Dinar dalam hati.

[TBC]
⚫⚫⚫

Sorry kalo part ini Davkanya nyebelin hahaha

Aku gemess!!!

Oke oke abaikan.haha

Mau nanya dong. Sejauh ini, gimana cerita Sincerity?

Sesungguhnya aku ingin ganti judul. Kalo suatu hari nanti tiba2 judulnya berubah, jangan bingung ya hehe sorry labil banget. Soalnya masih belum sreg aja gitu hehe

Saran pleaseee ama alurnyaa atau penulisan atau diksi atau apalah apalah itu yaaa pleasee... demi Davka yg lebih baik hehehehe

Oiya, sekarang Davka updatenya antara hari Kamis - Minggu yah. Itu juga cuma bisa update sekali seminggu atau kalo ada waktu luang 2 kali. Sorry ga bisa sesering dulu :")

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang