"Bila ku menemukan angin, biarkan aku meniupkannya untuk menerbangkanmu ke langit manapun yang kamu mau."
※※※※※
"Ini rumah siapa, Af?"
"Rumah gue. Ayo masuk!" ujar Afreen yang segera melenggang masuk.
Davka mengikuti Afreen dari belakangnya dan kini ia terhenti di sebuah ruangan yang ia yakini sebagai ruang keluarga. Sedangkan Afreen terus melangkah dan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Rumah Afreen cukup besar dan terdiri dari dua lantai. Hal ini sangat berbeda sekali dengan rumah Davka yang luas namun hanya memiliki satu lantai.
Davka melangkahkan kakinya menuju ke arah salah satu bagian dari ruang keluarga Afreen yang terdapat sebuah lemari kayu dan terdapat deretan foto di atasnya.
"Pasti ini foto-foto keluarganya Afreen," gumamnya.
Penjelajahan kedua matanya terhenti kala ia melihat sebuah foto yang cukup besar dimana terdapat dua anak perempuan dan seorang anak lelaki ditengahnya.
"Itu abang gue. Namanya Miko," ujar Afreen yang ternyata sudah duduk di sofa sambil mengecek keadaan kameranya yang nanti akan mereka gunakan.
"Trus bang Miko sekarang kemana? Pasti udah kerja ya?"
"Meninggal."
"Eh..um sor—"
"Udah ga apa, ayo jalan. Keburu kesorean," sahut Afreen yang segera berjalan meninggalkan Davka. Ia merutuki kebodohannya karena dengan mudahnya menceritakan tentang bang Miko kepada orang asing. Meskipun ia mengenal Davka, tapi baginya Davka tetaplah orang asing yang tak ada hubungannya dengannya.
"Eh tungguin gue!" ujarnya sebelum berlari mengejar Afreen yang sudah meninggalkannya.
Di perjalanan mereka hanya terdiam seribu bahasa. Afreen dengan berbagai pikirannya dan Davka yabg masih memikirkan foto yang ia lihat tadi. Foto dimana Afreen tersenyum sangat manis. Afreen yang Davka kenal saat ini pasti bukanlah Afreen yang asli. Dan diam-diam ia bertekad untuk membuat Afreen yang asli kembali lagi.
*****
Kedua pasang kaki itu akhirnya terhenti di depan sebuah bangunan yang cukup luas. Temboknya berwarna putih gading serta taman kecil yang dipenuhi berbagai macam bunga.
Beberapa anak kecil terlihat berlari dan bermain di tamannya. Afreen menoleh ke arah Davka yang masih terpaku menatap bangunan itu lengkap dengan senyumannya. Bukan, bukan senyuman lebar yang menyebalkan seperti biasanya. Namun sebuah senyuman yang.....meneduhkan?
"Tau kok gue ganteng. Gak usah liatin gue gitu banget deh Af."
Afreen mendengus kesal dan kembali mengalihkan tatapannya ke arah bangunan di depannya. "Ini tempat apa?"
"Lo gak bisa baca apa? Itu ada tulisan gede banget di depan lo juga," ujar Davka terkekeh seraya menunjuk ke arah papan yang tertulis 'Panti Asuhan Bintang' disana.
"Ya maksud gue, ngapain kita kesana?"
"Lo lupa tugas kita apa? Foto yang menjawab apa itu ketulusan. Lo gimana sih?!" ujar Davka yang mulai gemas.
"Ya, trus kenapa harus disini?"
"Soalnya ki—"
"MAS DAVKAAAA!!!" Tiba-tiba terdengar lengkingan suara anak kecil disusul dengan beberapa tubuh kecil yang saling menubruk tubuh tinggi Davka membuat cowok itu sempat terhuyung ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seharusnya ✔
Genç Kurgu"Seharusnya lo gak begini. Seharusnya-" "Seharusnya seharusnya seharusnya. Berhenti bilang seharusnya karena gak semua hal berjalan sesuai logika lo." *** [Completed] Higest Rank #193 (5 Desember 2017)