Part 2

909 77 24
                                    

Verro menaruh asal tasnya di meja belajar lalu membanting tubuhnya di kasur empuk itu yang sejak tadi ia rindukan. Matanya terpejam mencoba merasakan lebih dalam kenyamanan kasur lembut dan empuk ini.

Tiba - tiba terbesit ingatan di taman bermain tadi. Entah kenapa ada rasa kesal dan cemburu menyangkut di hati Verro. Dia memukul pelan kepalanya sendiri mencoba menghilangkan ingatan itu.

Sekarang yang harus dia lakukan  adalah melupakan ingatan itu dan mencoba biasa saja. Tapi setengah hatinya tak mampu melakukannya. Setengah hatinya masih merasakan kesal dan cemburu. Bagaimana tidak cemburu ketika kita melihat seseorang yang kita sayang malah menyayangi orang lain.

Sakit rasanya tapi inilah konsekuensi yang harus ditanggungnya. Konsekuensi karena telah menciptakan rasa yang tak seharusnya ada pada persahabatan ini. Inilah rasa yang harus ditanggungnya saat kita mulai jatuh cinta pada sahabat sendiri  yang bahkan tak mengetahui bahwa kita mencintainya.

Lagipula rasa sakit ini timbul karena dirinya. Karena dia telah menciptakan perasaan yang entah bagaimana dijelaskan. Andai saja perasaan bisa dikendalikan, Verro akan berusaha sekuat mungkin untuk menghilangkan rasa itu.

Namun nyatanya tidak bisa, kita hanya bisa mengikuti alurnya. Tiba - tiba pikiran Verro teringat pada ucapan Nica saat mengobatinya di rooftoop tadi siang.

'Nanti lo kirim foto lo lagi obatin luka lo aja ke line gue, kalo lo gak kirim biar gue dateng ke rumah lo obatin luka lo dengan cara yang sadis'.

Itulah kalimat yang diucapkan oleh Nica tadi siang.Dengan malas Verro bangkit dari posisinya. Tangan kekarnya meraih laci nakas lalu menariknya.

Tempat biasa dia menaruh kotak p3k di sana. Dibukanya kotak tersebut lalu dikeluarkannya kapas yang sebelumnya telah dia beri obat merah.

Tak lupa juga dia meraih ponselnya dan membuka fitur kamera. Dengan malas dia melihat ke arah kamera, sudut bibirnya naik sedikit ke atas menciptakan senyum tipis setipis benang jahit. Lalu...

'Jepret'

Satu foto di abadikan lalu mengirimnya pada Nica lewat line. Di sisi lain Nica yang sedang di taman hiburan bersama Stevan sambil memakan ice cream memeriksa handphonenya yang bergetar.

Ada pesan masuk dari Verro. Dibukanya pesan tersebut. Verro ternyata mengirim sebuah foto. Lalu Nica membuka foto itu. Hanya butuh waktu beberapa detik loading agar foto itu sempurna.

Dan muncullah foto Verro yang sedang mengobati lukanya. Verro melakukan sama persis apa yang diinginkannya. Lalu entah kenapa tangannya menekan tanda simpan di sana dan foto itupun tersimpan.

***
"Hosh.. hosh.."

Nafasnya tak teratur namun entah kenapa kakinya tetap melangkah memutari lapangan sekolah yang entah kenapa sangat luas. Rambutnya yang terkuncir bergoyang - goyang mengikuti gerakannya.

Nica berhenti, dia menunduk dan tangannya memegangi lututnya. Baru lima putaran saja sudah seperti ini apa lagi sepuluh putaran. Ini semua karena dia lupa membawa pekerjaan rumah dan berakhirlah dia di sini, harus berlari mengelilingi lapangan sepuluh kali.

Mata Nica tak sengaja menatap ujung koridor, di sana ada Pak Tanto-si guru biologi tua yang menyebalkan itu keluar kelas dan menatapnya dengan wajah garang. Nica lantas menegakan tubuhnya dan melanjutkan berlarinya saat tatapannya bertubrukan dengan Pak Tanto.

Sial! Sial! Sial! Kenapa si Tanto keluar kelas segala sih?. Coba saja jika dia bangun pagi dan tidak terburu-buru pasti dia tak akan berada di sini karena lupa membawa PR. "Kok di sini?" Tanya seseorang tiba - tiba sambil ikut berlari di sampingnya.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang