Part 20

334 19 0
                                    

"Perut kamu masih sakit?" Tanya Stevan namun tatapannya tidak lepas dari jalanan. Nica yang sejak tadi menatap jalanan dari kaca mobil pun tersadar. "Ah udah lebih baik," jawab Nica. Stevan tersenyum lembut.

"Syukurlah, tapi aku beliin kamu obat pas tau kamu sakit," Kata Stevan. "Di dashboard." Sambungnya. Lantas Nica menatap ke arah dashboard mobil lalu membukanya. Dia melihat sebuah kantung plastik berisikan obat.

Gadis itu meraihnya dan menutup kembali dashboard. "Nanti aku minum, makasih." Ucap Nica sembari tersenyum dan menatap Stevan. Stevan melirik kekasihnya itu dan dia ikut tersenyum. Laki - laki itu mengulurkan tangannya ke arah Nica lalu tangannya mengelus lembut rambut Nica.

Nica hanya terdiam mendapat perlakuan itu. Kemudian Stevan kembali fokus mengemudi. Nica menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi lalu matanya menatap lurus ke depan. Menatap jalanan.

"Udah sampai." Ucap Stevan saat mobilnya berhenti di sebuah rumah. Itu rumah Nica. Nica tersenyum lalu melepas seat beltnya. "Terimakasih," ucap Nica kemudian berniat membuka pintu. Namun Stevan menahan lengannya.

Tiba - tiba Stevan melepas seat belt nya dan mengambil sesuatu di jok penumpang. Nica terkejut saat Stevan mengambil sebucket bunga di jok belakang. Sebucket bunga yang sangat besar dan cantik.

"Happy anniversary, honey." Ucap Stevan lembut sembari menyodorkan sebucket bunga tersebut. Nica diam karena masih terkejut. Dia menatap mata biru milik Stevan. Laki - laki berdarah Inggris - Indonesia itu tersenyum ke arahnya.

Seketika rasa bersalah menyelimuti Nica. Dia lupa jika hari ini adalah hari jadi mereka. Sudah tiga tahun mereka bersama. Namun jahatnya Nica yang melupakan hal itu. Nica meraih sebucket bunga itu.

"Gak masalah kalo kamu gak inget, yang penting kita masih bersama." Ucap Stevan. Jiwanya seakan mendapat tamparan keras. Stevan tulus mencintainya namun dia malah mengkhianati cinta tulus itu. Nica mengakui jika dirinya sangatlah jahat.

***
Nica memandang ke arah luar lewat jendela kamarnya. Langit sudah gelap dan malam ini ditemani hujan. Sudah lama gadis itu seperti itu. Duduk di ranjangnya sembari menatap ke arah jedela. Dia melirik ke arah bucket bunga dari Stevan.

Nica meletakannya di meja belajar. Tiba - tiba ingatan tentang dirinya berada di UKS bersama Verro terngiang di pikirannya. Lagi - lagi rasa bersalah itu menghantuinya. Dia memiliki kekasih yang tulus mencintainya namun dia malah mengkhianati perasaan tulus itu.

Hatinya sudah terjatuh kepada Verro. Apakah dia salah? Oh tentu dia salah. Dan dia sangat jahat. Padahal Stevan sangat baik dan perhatian kepadanya. Namun dengan teganya dia melakukan hal jahat kepada Stevan.

Dengan cara mengkhianati cinta tulus Stevan. Dia merasa jika dirinya sangat jahat dan tidak pantas disandingkan dengan Stevan. Stevan adalah laki - laki baik, dia sangat tidak beruntung memiliki seorang kekasih sepertinya.

Stevan pantas bersama dengan gadis lain yang jauh lebih baik dari dirinya.
Lantas Nica beranjak dari ranjangnya. Dia meraih sebuah sweater yang tergantung di lemarinya. Dia memakainya lalu melangkah keluar kamarnya.

Dia membuka pintu dan berlari menuruni tangga. Mamanya yang melihatnya terburu - buru mengernyitkan keningnya. "Kamu mau kemana?" Tanya Mamanya.
"Keluar sebentar." Jawab Nica sambil meraih sandal dan memakainya.

"Tapi di luar masih hujan." Ucap Mamanya namun tidak diperdulikan oleh gadis itu. Gadis itu membuka pintu rumah. "Jangan khawatir Ma!" Ucap Nica sebelum keluar dan menutup pintu. Nica sempat mencari payung tadi namun dia tidak menemukannya.

Dia melirik sebuah sepeda di garasi rumahnya. Rumahnya dan rumah Stevan tidak jauh. Mungkin dia bisa menggunakan sepeda menuju rumah Stevan. Dia berjalan ke arah garasi. Dia menaikan sepeda tersebut lalu mulai menggoesnya. Sepedanya mulai keluar halaman rumahnya dan membawanya pergi.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang