Part 27

393 21 7
                                    

Kini Nica sudah berada di balik tirai. Gadis itu menghirup napas panjang dan menghembuskannya. Ini sudah beberapa kali dia berperan drama tapi rasanya masih sama. Masih bisa membuat jantungnya berdegup cepat.

Tiba - tiba dadanya terasa sesak. Dia sulit bernapas. Nica memegang dadanya. Entah kenapa dia seperti ini.
Hatinya merasa tak tenang. Moodnya berubah drastis.

Dia tak tau apa yang terjadi tapi rasa cemas itu tiba - tiba saja hadir di hatinya. "Nica!" Panggil seseorang menyadarkannya. Nica menoleh menatap Melody yang berada di ujung menatapnya khawatir.

"Are you okay?" Tanya Melody khawatir. Dia mulai melangkah mendekati Nica. Namun Nica menggeleng menghentikan langkah kakinya. Nica mengacungkan jempolnya.

"I'm okay." Ucap Nica. Melody mengangguk tapi rasa khawatir tak membuatnya pergi dari hatinya. Dia masih khawatir dengan sahabatnya itu.

Nica menegakan badannya. Dia tak ingin mengacaukan pementasan ini.
Bagaimanapun pementasan ini adalah mimpinya. Nica tak ingin menghancurkan mimpinya.

Gadis itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Dia terpejam beberapa detik sampai tirai besar itu terbuka. Dan suara tepuk tangan dan sorakan menyambutnya.

Nica membuka matanya menatap ke depan. Menatap ke arah penonton yang begitu ramai. Ada kedua orang tuanya di barisan paling depan. Nica dapat melihat senyuman hangat dari keduanya. Nica tersenyum membalas.

Nica kembali mengedarkan pandangannya mencari satu sosok yang sangat ingin ia lihat. Tapi dia tak kunjung menemukannya.
"Dimana Verro?"

***
Verro merasakan tubuhnya sudah terbaring diranjang yang berjalan. Ada seorang dokter dan beberapa suster yang mengelilinginya. Juga seorang pria paruh baya si pemilik mobil yang ditabrak olehnya.

"Dok, tolong lebih cepat! Dia teman saya!" Teriak seseorang. Verro mengenal suara itu. Suara yang tak asing untuknya. Tanpa dilihatpun Verro sudah tau pemilik suara ini. Ini suara Arkan.

Kenapa bisa ada Arkan? Tapi setidaknya hati Verro sedikit lebih tenang saat mengetahui sahabatnya itu ada di sini menemaninya. Verro hanya diam tak mampu berbuat apapun.

Dia menatap ke atas. Ke deretan lampu terpasang di langit - langit rumah sakit yang seolah berlari mengejarnya. Verro merasa kepalanya sakit. Lantas dia memejamkan matanya.

***
Nica terduduk sendirian di sebuah bangku panjang. Pementasan dramanya sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Tapi Nica tak kunjung mendapati laki - laki itu.

Kemana dia? Kemana Verro? "Nic, lo keren banget tadi!" Ucap seseorang sembari menepuk bahunya. Nica menoleh ke arah pemilik suara. Dia tersenyum saat mendapati Melody yang mulai mendaratkan bokongnya dibangku.

Melody ikut duduk disampingnya. Nica mengangguk. Memang pementasan dramanya hari ini sangat memuaskan. Bahkan saat tirai kembali tertutup pun masih terdengar sorak sorai dari para penonton.

Setelah pementasan Nica langsung diserang oleh pujian dan tepuk tangan teman - temannya. Tapi itu tak membuatnya senang. Karena laki - laki itu ternyata tidak datang.

Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada laki - laki itu? Sejak tadi Nica menelfon Verro namun tak kunjung diangkat. Dia merasa cemas. Dan akhirnya dia hanya duduk menunggu di bangku ini dengan gaun yang masih melekat di tubuhnya.

"Yaudah, gue masuk dulu ya! Masih banyak yang harus gue urus. Lo ganti baju aja kalo mau!" Ucap Melody yang dibalas anggukan oleh Nica. Melody tersenyum sebelum melangkah pergi.

Nica dapat mengerti bahwa sahabatnya itu sangat sibuk. Tentu karena dia juga adalah panitia dalam acara ini. Nica menarik napas panjang lalu menghembuskannya.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang