Part 24

305 18 2
                                    

Verro membiarkan lengannya ditarik oleh gadis itu membuatnya terpaksa harus mengikuti langkah kecilnya. Gadis itu melihat sekeliling dengan binaran matanya. Bibirnya tak henti menciptakan lengkungan indah.

Lewat lengkungan itu dia memberi tahukan kepada dunia bahwa ia bahagi. Verro tersenyum menatap gadis itu. Tingkahnya seperti anak kecil. Gadis itu terlihat sangat senang dan antusias.

Padahal ini hanyalah taman hiburan yang bahkan sering mereka kunjungi sewaktu kecil. Tapi gadis itu bertingkah seolah ini adalah kali pertamanya ia mengunjungi taman hiburan.

"Verro! Main itu yuk!" Pinta Nica sambil menunjuk sebuah stand yang terletak tak jauh dari mereka berada.
Belum sempat Verro menjawab tapi gadis itu sudah lebih dulu menarik lengannya membuatnya terpaksa harus mengikutinya.

Verro menatap stand itu. Ada susunan kaleng membentuk sebuah menara. Verro mengenal permainan ini. Lempar kaleng. Untuk mendapatkan hadiah kita harus menghancurkan susunan kaleng itu dengan bola.

"Mau main kak?" Tanya seseorang tiba - tiba. "Iya mbak." Jawab Nica. Verro melirik Nica. Padahal yang ditanya Verro tapi malah Nica yang menjawab. Sepertinya gadis itu benar - benar antusias.

Mbak penjaga stand itu memberikan tiga buah bola kasti. Nica menerimanya. Nica berjalan ke depan menara kaleng. Gadis itu menyiapkan ancang - ancang. Matanya menyipit dikala dia memfokuskan tatapannya.

Dia mengangkat tangannya dan dengan tenaga yang terkumpul dia melempar bolanya. Nica berdecak sebal saat menara itu tak jatuh walau hanya satu. Atau dia kurang keras melempar bolanya? Ah sepertinya dia harus mencobanya sekali lagi.

"Coba lagi." Ucap Nica lalu kembali menyiapkan ancang - ancang. Dia melirik sebuah boneka unicorn besar tergantung di langit - langit tenda. Ayolah, dia harus memiliki si imut itu. Nica menarik napasnya panjang dan menghembuskannya.

Dia menatap lurus ke depan. Kali ini pasti bisa. Dia mengumpulkan semua kekuatan yang dia punya. Pukulan pertama gagal karena kurang keras lemparannya. Jadi kali ini harus lebih keras lagi dia melempar.

Dia mengangkat lengannya dan saat itu pula dia melambungkan bola kastinya. Jatuh! Kalengnya jatuh! Tapi hanya satu. Hanya satu kaleng yang berhasil dijatuhkannya. Nica berdecak sebal.

Padahal dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Hey tapi kaleng itu hanya terjatuh satu buah. Verro terkekeh melihat Nica yang kesal sendiri. Gadis itu terlihat sangat yakin dan serius tapi hanya satu buah yang berhasil dijatuhkannya.

"Mana?" Tanya Verro sembari mengulurkan tangannya meminta bola terakhir. Dia juga ingin mencoba. Sewaktu kecil dulu dia sangat mahir dengan permainan ini. Dan dia yakin pasti dia bisa menjatuhkan menara kaleng itu walaupun sudah bertahun - tahun lamanya dia tak pernah memainkannya lagi.

Nica menatap Verro serius. "Ini bola terakhir." Ucapnya. "Percaya sama gue." Kata Verro mencoba meyakinkan Nica. Nica menatap Verro dalam lantas dia memberikan bola terakhir.

Nica melangkah ke samping membiarkan Verro mencoba. Verro menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Dia menatap lurus ke depan. Ke arah tumpukan kaleng itu.

Ini hanya permainan yang sering dia mainkan sewaktu kecil. Dan selalu berhasil dia menjatuhkan menara kaleng itu. Verro mengangkat tangannya bersiap melempar. Dan -

'PRANG'

Semua kaleng itu terjatuh. Semuanya, tak ada pengecualian. Nica sukses dibuat ternganga. Verro menyeringai dikala Mbak penjaga stand menampilkan ekspresi panik. Sekali lemparan cukup bagi laki - laki itu untuk menghancurkan menara kaleng itu.

"YEAY..." Teriak Nica sembari meloncat - loncat girang. Verro terkekeh menatap Nica. Gadis itu terlihat sangat senang. "Yang itu mbak!" Pinta Nica sembari menunjuk sebuah boneka unicorn besar bewarna merah muda yang tergantung di langit - langit tenda.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang