Part 28

547 20 3
                                    

Nica menatap kosong gundukan tanah itu. Matanya merah dan ada bekas jejak air mata di wajah cantiknya. Wajahnya memucat tanpa terpoles make up sedikitpun.

Tapi kecantikannya seakan tak pernah pudar walau tanpa make up sedikitpun. Dia terduduk lemah di samping gundukan tanah itu. Dia tak memperdulikan baju putihnya yang ternodai oleh tanah.

Dia tak peduli tentang itu. Tangannya terulur ke arah batu nisan yang tertancap kuat di gundukan tanah itu. Tertulis nama seseorang yang mampu membuat hatinya bergetar saat dia menatap mata cokelat indahnya itu.

Alverro Pratawijaya

Mengingat itu membuat air mata lagi - lagi menetes membasahi pipi mulusnya. Bibirnya bergetar. Dan lagi - lagi dia tak mampu menahan isak tangis itu. Stevan mendapati Nica yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang mungil.

Lantas Stevan ikut berjongkok di sebelah Nica. Dia menarik Nica ke dalam pelukannya dan membiarkan Nica meredam tangisannya di dada bidangnya. Stevan bahkan masih tidak mempercayai dengan apa yang terjadi saat ini.

Sulit untuknya menerima kenyataan pahit ini. Kenyataan yang mampu membuat banyak orang tersakiti karenanya. Kenyataan bahwa Verro telah pergi.

Di sini sepi, hanya terdengar lantunan doa dari para pelayat yang mengalun merdu memecah keheningan di makam ini. Samar - samat terdengar isak tangis yang penuh akan kepedihan. Verro di makamkan tepat di sebelah makam Arlina dan Aira.

Para pelayat telah selesai melantunkan doa merdunya. Lantas beberapa orang mulai menaburkan bunga menghiasi gundukan tanah itu. Aldrian mengambil segenggam bunga dengan tangannya yang gemetar.

Dia menatap gundukan tanah itu dengan tatapan yang menyiratkan beribu - ribu kesedihan. Dan lantas dia menaburkan bunga ke arah gundukan tanah.

Gilang pun melakukan hal yang sama seperti yang Aldrian lakukan. Dia masih tak percaya jika pada akhirnya sahabatnya itu pergi begitu saja. Padahal baru kemarin mereka bermain basket bersama dengan canda tawa menemani mereka.

Sedangkan Arkan, dia hanya diam mematung dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Dia sengaja memakai kaca mata itu untuk menutupi jejak air mata di wajah tampannya. Sejak kemarin diam - diam dia menangis.

Dan saat kenangannya bersama sahabat - sahabatnya itu termasuk Verro terlintas di pikirannya membuatnya tak bisa menghentikan tangisannya. Apalagi saat melihat wajah tanpa ekspresi Verro di ingatannya.

Sedangkan Keenan, dia memeluk erat - erat Alona yang sedang menangis di dada bidangnya. Beberapa kali Alona sempat terjatuh pingsan. Bahkan saat jenazah Verro di bawa dengan keranda untuk di kebumikan lagi - lagi wanita itu jatuh pingsan.

Dia masih tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Terlalu pahit untuk menerimanya. Dia merasa tidak mampu menjadi seorang Ibu yang baik untuk Verro.

Walaupun tak ada ikatan darah antara mereka namun rasa sakit itu sangat melukai hatinya saat mengetahui Verro telah pergi. Padahal baru sebentar dia merasakah kehangatan dari Verro yang sejak dulu Ia sembunyikan.

Sejak Verro kecil, laki - laki itu seperti patung es. Sulit bagi Alona untuk melelehkan hati bekunya. Tapi saat akhirnya dia berhasil melelehkan kebekuan itu Tuhan sudah mengambil kembali Verro dari sisinya.

Verro pergi begitu saja meninggalkan rasa sedih dan sakit yang amat menusuk hati. Membuat siapapun yang menyayanginya terluka olehnya. 

***
Tangan gemetar Nica memutar knop pintu. Di tangannya terdapat sebuah kue kecil dengan sebuah lilin di atasnya. Saat pintu terbuka saat itu juga dia dapat merasakan hembusan angin seolah memeluk raganya.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang