Part 23

290 19 0
                                    

Verro berjalan menyusuri koridor dengan kotak bekal di tangannya. Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Teman - temannya sudah ngacir ke kantin tapi dia menolak ajakan teman - temannya untuk ke kantin dan lebih memilih menikmati bekalnya di rooftop.

Tempat yang menjadi tempat paling favorite bagi Verro di sekolah ini.
Entahlah kenapa dia suka dengan tempat yang jarang terjamah itu. Mungkin karena suasananya damai dan menenangkan hati.

Verro adalah orang yang benci akan keramaian. Itu sebabnya seperti ada ikatan hubungan antara Verro dan rooftop. Langkah lebarnya terhenti seketika dikala dia mendengar sesuatu.

Verro menoleh ke arah pintu yang sedikit terbuka. Itu ruang musik. Verro mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka. Terlihat di sana ada seorang gadis yang sedang berdiri dengan selembar kertas di genggamannya.

Verro kenal siapa gadis itu. Gadis berambut panjang dengan tubuh mungilnya. Gadis itu Nica. Seorang gadis yang mampu menggoyahkan hatinya dalam sekejap.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
Kepada api yang menjadikannya abu."

Verro tersenyum tipis. Nampaknya gadis itu sedang berlatih. Tak jarang Verro mendapati Nica seorang diri di sini hanya untuk berlatih. Dan dia akan berlatih lebih keras lagi jika dirinya akan tampil drama.

Gadis itu memang pekerja keras. Dia seakan tak mengenal kata lelah untuk berlatih. Oleh karena itu jangan heran jika tau Nica sering sekali diminta untuk tampil dalam pementasan maupun lomba.

Tak jarang juga dia mendapat tokoh - tokoh utama dalam pementasan. Itu merupakan alasan kenapa dirinya juga sering disebut the queen of drama. Sebenarnya Nica tak suka dengan sebutan itu.

Dia merasa seolah - olah dirinya sangatlah dramatis. Seolah - olah hidupnya dipenuhi oleh drama.
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana-"Ucapan Nica terhenti seketika. Dia menjadi gugup.

Semua kata dan kalimat yang sudah dia siapkan di pikirannya lenyap begitu saja. Verro tau apa yang terjadi dengan gadis itu. Dia lupa dengan naskahnya. Verro terkekeh. Dia gemas melihat tingkah lucu gadis itu. Lantas dia melangkah mendekati gadis itu.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
Kepada hujan yang menjadikannya tiada."

Lantas Nica menoleh dan mendapati Verro yang sedang berjalan mendekatinya. Lantas Nica membaca naskah yang ada di genggamannya. Apa yang ada di naskah itu sama persis dengan apa yang Verro ucapkan.

Nica tertegun. Dia tak menyangka bahwa laki - laki seperti Verro tau puisi ini. Nica pikir Verro hanyalah seorang laki - laki yang hanya kenal basket, bolos, dan bertengkar.

Tapi ternyata dia juga mengenal sastra yang bertolak belakang dengan image nya sebagai cowo cuek dan berandal itu. "Lo tau puisi ini?" Tanya Nica tak percaya. Verro mengangguk yang membuatnya semakin menganga.

"Gue kira yang lo tau cuma bolos sama berantem." Oceh Nica yang membuat Verro mengerlingkan matanya. Memang dirinya sudah dicap bad boy baik dari kalangan murid maupun guru.

Bahkan tak sedikit murid dari sekolah lain yang mengenalnya. Mengenalnya sebagai panglima SMA Nusa Bangsa. Dirinya memang sangat terkenal sebagai murid berandal yang jago berkelahi. Dia pun disegani oleh para murid.

Kebanyakan lawan bertarungnya langsung menciut tatkala melihat tatapan tajam menusuk Verro. Jadi jangan heran jika dia selalu menang bertarung melawan Vino. "Lo ada jadwal pementasan?" Tanya Verro yang dijawab Nica dengan anggukan.

Tiba - tiba Nica mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu memberikannya kepada Verro. Verro meraih selembar kertas kecil dengan desain yang menarik itu. Verro membacanya. Ini adalah tiket untuk menonton lomba pentas seni beberapa minggu kedepan.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang