Part 21

315 19 0
                                    

Nica mengeratkan sweater merah muda itu pada tubuhnya. Rasa dingin seolah menyerbunya. Memang hari ini dingin atau memang badannya yang tidak enak? Memang sih sejak tadi pagi dia merasa tak enak badan.

Saat bangun tidur pun dia merasa kepalanya sangat berat dan semuanya berputar. Tapi dia tetap bersikukuh ingin pergi ke sekolah. Apa dia sakit? Nica teringat jika semalam dia nekat menerobos hujan deras untuk bertemu Stevan.

Mungkin karena kehujanan semalam dia merasa tidak enak. Jika memang benar, baru pertama kali dia jatuh sakit karena hujan. Nica sangat menyukai hujan. Dia paling suka bermain hujan - hujanan. Tapi tidak biasanya dia akan jatuh sakit seperti ini.

Nica mencoba fokus pada guru di depan yang sedang menerangkan. Entah apa yang dikatakan guru itu seolah Nica tak bisa mencerna ucapan guru itu. Tiba - tiba dia merasakan seseorang meletakan telapak tangannya di keningnya.

Nica terkejut dan menoleh menatap teman sebangkunya. "Gila, lo panas banget!" Ucap Melody dengan suara pelan supaya tidak mengganggu yang lain. "Lo perlu ke UKS deh Nic." Ucap Melody khawatir. Nica menggeleng lantas menyingkirkan tangan Melody dari dahinya.

"I'm okay." Ucap Nica pelan sembari mengambil pulpen dan mencatat apa yang guru di depan jelaskan. "Lo yakin?" Tanya Melody sekali lagi yang dibalas anggukan oleh Nica. "Yaudah, tapi kalo lo emang bener - bener udah gak kuat bilang ke gue oke?" Tanya Melody membuat Nica jengkel dengannya.

Sungguh Nica yakin seratus persen kecerewetan Melody berhasil mengalahkan kecerewetan Mamanya. Nica berdecak sebal, "Iyeeee." Jawab Nica dengan nada gemas yang membuat Melody cengengesan.

***
Melody menarik lengan Nica membuat langkah Nica terpaksa terhenti. "Nic, lo yakin masih mau ikut pelajaran olahraga?" Tanya Melody khawatir. Nica memutar bola matanya jengah.

Entah ini sudah keberapa kalinya dia mendengar pertanyaan ini dari mulut Melody. "Sumpah ya Mel, lo tuh udah kayak nyokap gue aja lama - lama, bawel!" Ucap Nica akhirnya. Memang sudah puluhan kali Melody menanyakan tentang keadaannya dan memaksanya untuk beristirahat di UKS.

Dan sudah puluhan kali pula Nica menolak permintaan Melody untuk pergi ke UKS. Nica sama sekali tak memperdulikan ucapan Melody. Bahkan gadis itu kekeh untuk mengikuti pelajaran olahraga.

Ya bukan Nica namanya jika tidak keras kepala. Gadis itu memang sangat keras kepala. Entah kenapa Melody masih sanggup berteman dengannya. "Oke oke, tapi awas aja kalo lo sampe pingsan! Lo berat, gak bakal ada yang bisa gendong lo!" Canda Melody yang membuat Nica terkejut mendengarnya.

Nica mengacungkan jari telunjuknya ke arah Melody. "Lo tuh ya!" Ucap Nica geram sembari mencoba mengelitiki perut Melody. Melody yang mendapat kelitikan itu tak sanggup lagi menahan tawanya.

Dan akhirnya dia tertawa girang dan mencoba menangkis serangan Nica. Tiba - tiba suara peluit menginterupsi keduanya. Keduanya terdiam dan menatap ke arah sumber suara. Di sana ada Bu Widi yang sedang menyuruh anak - anak untuk cepat ke lapangan karena jam pelajaran olahraga telah dimulai.

"Tuh kan udah di peluitin, udah yuk!" Kata Melody sembari menarik tangan Nica. Mereka berlari ke arah lapangan dan mulai bergabung dengan barisan. Olahraga kali ini adalah basket.

Basket membuatnya teringat pada sosok laki - laki yang membuatnya luluh tiap kali menatap mata cokelatnya. Yang membuatnya selalu merasa aman dan nyaman ketika bersamanya.

Yang selalu membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya. Yang membuatnya jatuh cinta untuk yang kedua kalinya. Dia Alverro Pratawijaya.

Laki - laki yang berubah menjadi dingin tak tersentuh karena masa lalunya yang menyakitkan. Mengetahui hal itu membuatnya ingin menjadi sumber kekuatan bagi laki - laki itu. Supaya laki - laki itu tidak menjadi lemah dan rapuh.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang