Part 8

388 34 0
                                    

Verro membuka pintu rumahnya dengan malas. Pikirannya sangat kusut membuat kepalanya terasa pusing. Baiklah yang harus dia lakukan sekarang adalah masuk kamar dan tidur.

Mungkin dengan cara itu ingatan di toko buku tadi bisa lenyap. Verro mendesis kesal saat wajah laki-laki yang dibencinya itu kembali terngiang di pikirannya.

Seharusnya dia mengahabisi laki-laki itu. Melihat wajahnya membuatnya teringat seorang gadis yang begitu rapuh. Langkah Verro terhenti saat matanya menatap sebuah foto berbingkai cokelat yang terpasang di dinding.

Bukan masalah fotonya, tapi masalah seorang gadis dengan senyum cerianya di foto tersebut. Dia Aira.

Flashback on:

Seorang gadis cantik berambut panjang terurai indah menutupi kedua bahunya. Jari-jari lentiknya dengan ahli menekan tuts-tuts piano itu seperti seorang pianis. Dia sangat mendalami memainkan pianonya.

Matanya terkadang terpejam menikmati alunan piano yang diciptakannya. Piano sudah seperti teman baginya. Tak jarang gadis itu duduk di sini sembari menekan tuts-tust hitam putih itu. Lalu gerakan jarinya terhenti saat mendapati seseorang di depannya.
"Verro, sini!" Panggil gadis itu lembut.

***
Dari balik pintu kamar yang tertutup sedikit nampak seorang gadis dengan seragam putih abu-abunya yang sudah kusut terisak di pojokan kamar. Verro ingin masuk ke dalam tapi kakinya entah kenapa terasa terpaku di lantai.

Dan yang dia bisa lakukan hanyalah mengintip seorang gadis berseragam SMA yang terisak dipojok ruangan tanpa berani mendekatinya. Di dalam hatinya bertanya-tanya ada apa dengannya?

***
Pintu kayu itu diketuk berharap seseorang didalam sana membuka pintu, namun pintu kayu itu tak kunjung terbuka akhirnya dia mengetuk lagi kini lebih keras namun tetap saja dia tak mendengar jawaban apapun dari dalam sana.

Lalu tangannya menggenggam knop pintu itu lalu memutarnya hingga pintu itu akhirnya terbuka. Terkejut, panik, sedih, bingung, takut, kehilangan, dan kecewa kini tercampur aduk di hatinya.

Di sana, di dalam kamar itu, dia melihat seorang gadis dengan seragam SMA tergantung di langit-langit kamar dengan tali yang melingkari lehernya.

Rambut panjangnya yang indah menjuntai menutupi wajahnya. Tidak! Ini pasti mimpi! Ini pasti mimpi! Siapapun tolong katakan jika dia sedang bermimpi dan dia ingin cepat-cepat bangun dari mimpi buruk itu. Tapi jika ini kenyataan pasti dia sedang berhalusinasi.

Flashback off

Verro memegangi kepalanya. Ingatan-ingatan itu! Ingatan yang sejak sepuluh tahun ini dia lupakan dengan susah payah akhirnya terngiang kembali di otaknya.

Kepalanya terasa pening memikirkannnya. Rasa sakit di hatinya kembali muncul. Nafasnya menderu tak teratur. Verro mencengkram erat-erat dadanya.

Kenapa dadanya terasa begitu sakit seiring ingatan-ingatan itu terus terngiang di pikirannnya. "Argh..." teriaknya berharap ingatan menyakitkan itu lenyap dari pikirannya tapi yang ada ingatan-ingatan itu makin terputar jelas di pikirannya.

Lalu dengan refleks tangannya mengayun membanting beberapa vas bunga sampai vas itu terjatuh dan akhirnya menjadi kepingan-kepingan kecil.

Mbok Surti yang sejak tadi di dapur pun sampai berlari keluar. Wanita tua itu berlari terpontang-panting mendekati Verro. "Den Verro kenapa?" Tanyanya khawatir.

Tentu dia khawatir. Dia sudah tau banyak tentang kehidupan Verro dan keluarganya karena dia memang sudah mengabdi dengan keluarga Verro sejak Verro masih berusia dua tahun.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang