Mereka berjalan dengan kaki lemasnya. Sebagian wahana sudah ditutup. Waktu yang memaksa mereka tutup. Verro menatap arlojinya. Jarum pendek itu menunjuk ke angka dua belas.
Dia tak menyangka akan menghabiskan waktu sebanyak ini. Waktu memang terasa cepat berlalu di momen yang indah dan begitu lambat di momen yang menyakitkan.
Yah, itulah waktu.Mereka harus pulang secepatnya atau orang tua mereka akan khawatir. Verro berbalik menatap Nica. Gadis itu berjalan dengan lemas. Mata gadis itu kadang terpejam kadang terbuka. Nica menguap lantas tangannya dengan sigap menutup mulutnya.
Verro terkekeh mendapati gadis itu.
Terlihat dengan jelas bahwa gadis itu sangat lelah dan mengantuk. Tentu karena mereka sudah menghabiskan berjam - jam di taman hiburan itu. Dan mencoba semua wahana yang ada di sana.Verro melangkah mendekati Nica. Saat dirinya tepat berada di depan Nica langkahnya terhenti. Begitupun juga Nica. Nica menghentikan langkahnya dan mendongak menatap Verro. "Ngantuk?" Tanya Verro. Nica mengangguk memberi jawaban.
Tanpa ditanya pun sepertinya Verro memang sudah mendapat jawaban. Lantas laki - laki itu berbalik dan membungkung. Dia menepuk punggungnya sendiri. "Gue gendong." Ucap Verro.
Nica sempat terkejut namun rasa terkejutnya itu dengan cepat tergantikan dengan rasa senangnya. "Serius? Gue berat loh." Jawab Nica. Verro mengangguk. "Iya gue tau, lo kan gendut." Jawab Verro yang membuat Nica mengerucutkan bibirnya sebal.
Dia menendang pelan bokong Verro. "Ish," keluhnya. Verro terkejut dibuatnya. Tentu dia terkejut, bokongnya ditendang. Memang bukan tendangan kencang. Pelan, sangat pelan bahkan dia tak merasakan sakit apapun.
Tapi tetap saja dia terkejut. Bokongnya pun merupakan salah satu bagian kemaluannya. Apalagi yang menendang bokongnya adalah seorang wanita.
"Yaudah kalo gak mau." Ucap Verro bangkit berdiri. Namun dengan cepat Nica menahannya. Nica lantas mengalungkan lengannya di leher Verro. "Eh mauuu." Ucap Nica membuat Verro terkekeh.
Lantas Verro sedikit membungkukan badannya supaya Nica dapat menaiki punggungnya. Mengetahui posisi mereka sudah pas dan nyaman lantas Verro melanjutkan langkahnya.
Nica meletakan dagunya di bahu Verro dan seketika itu aroma parfum Verro meraba indera penciumannya. Dan Nica sangat menyukai aroma itu. Nica memejamkan matanya. Verro tersenyum saat dia menoleh dan mendapati wajah Nica tepat di sampingnya.
Gadis itu terlihat sangat lelah. Padahal saat mereka tiba tida dia sangat antusias. "Seru ya," ucap Nica yang dibalas dengan gumaman Verro. "Tadi pas di biang lala juga cantik banget pemandangannya." Ucap Nica dan Verro hanya diam mendengarkan ocehan gadis itu.
"Gue seneng, sayangnya udah pengen tutup sih, waktu memang cepat berlalu."
"Nanti kita datang lagi ya." Pinta Nica dan hanya dianggap gumaman oleh Verro. Verro senang jika gadis itu juga senang. Malam ini adalah malam yang tak akan pernah Verro lupakan.
Senang rasanya bisa menghabiskan waktu dengan gadis yang disayanginya untuk berbagi kegembiraan. Dan hatinya tak henti berdebar sejak tadi.
"Ada yang lebih cantik dari itu Nic," ucap Verro mengingat betapa Nica menganggumi cantiknya pemandangan kota yang Ia lihat dari kincir angin. "Yaitu lo." Lanjut Verro. Verro menghentikan langkahnya. Jantungnya berdebar keras dan cepat.
"Gue sayang sama lo Nic." Ucap Verro saat itu juga. Verro terdiam. Dan lagi kalimat itu keluar dari bibirnya. Kalimat yang hampir membuat persahabat mereka hancur. Kalimat itu muncul lagi tanpa sempat ditahannya.
Mungkin Verro akan menghancurkan persahabatan mereka lagi. Mengingat reaksi Nica saat mendengar kalimat itu di malam yang ditemani derasnya hujan itu.
Nica sangat marah saat itu. Nica seakan sangat benci untuk mendengar kalimat terlarang itu. Tapi kali ini Verro lagi - lagi membiarkan gadis itu mendengarkan kalimat yang sangat dibencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verronica (COMPLETED)
Teen FictionGue diam bukan berarti pengecut. Tapi gue diam karena gue salah udah menciptakan perasaan terlarang ini. Perasaan terlarang yang gak boleh ada dalam persahabatan. Gue salah karena jatuh cinta sama lo.