Part 7

457 34 2
                                    

Nica berjalan dengan kedua tangan memapah tumpukan buku tugas anak-anak kelasnya. Nica menghela nafas kasar. Seharusnya ini tugas ketua kelas kan? Mengantar buku tugas ke ruang guru.

Tapi sialnya ketua kelasnya tak masuk karena sakit dan entah tersambar apa tuh guru biologi nunjuk dirinya untuk membantunya membawa buku. Tangan Nica mulai terasa pegal, hey bayangkan saja ada sekitar tiga puluh buku di tangannya.

Sesekali Nica berhenti hanya sekedar membenarkan posisi buku-buku tersebut agar tak jatuh. Namun tiba-tiba beban ditangannya seakan berkurang. Dilihatnya buku-buku yang dipegangnya hanya ada separuh. Nica menoleh menatap seseorang dengan tumpukan buku digendongannya.

Dia Verro! Laki-laki itu tau saja jika dia sedang kesulitan membawa tumpukan buku tersebut. "Sekalian bantuin anterin tuh buku ke Pak Saryono ya? hehe." pinta Nica dengan cengiran di wajahnya.

"Hm, gue juga mau nemuin Pak Saryono." jawab Verro tak menghentikan langkahnya. Nica menatap Verro heran. Kening gadis itu berkerut bingung. "Kenapa?" Tanyanya, tapi yang ditanya hanya mengedikan bahu tak perduli.

***
"Ini Pak buku tugas anak-anak kelas." ucap Nica sambil menaruh tumpukan buku tersebut di meja sama seperti yang Verro lakukan. "Iya makasih, sekarang kamu ke kelas takut ada guru." Pinta Pak Saryono, tidak tepatnya lebih seperti perintah.

"Eh Verro kamu jangan pergi dulu!" Perintah Pak Saryono dengan tegasnya saat Verro hendak pergi. Dari ekor matanya Nica bisa dilihat jika Pak Saryono seperti sedang marah dengan Verro.

Masih bisa terdengar sedikit jika Pak Saryono bertanya dengan nada tegas. "Kenapa kamu gak mengumpulkan tugas minggu kemarin?" Sudah pasti Verro dimarahi karena itu. Ah laki-laki itu apa memang seberandal itu?

***
Nica menatap langit jingga itu. Sekelompok burung terlihat terbang dengan indahnya. Suara deru motor dan mobil mulai terdengan tak sebising sebelumnya. Nica melirik pergelangan tangannya yang dilingkari arloji.

Jarumnya hampir menunjuk ke angka enam. Ah sial sudah pukul 17.30 sekarang. Nica harus pulang telat karena harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ditambah tugas yang menumpuk sampai membuatnya tak sadar jika sekolah sudah sepi.

Di sinilah Nica sekarang. Di depan gerbang sekolahnya  berharap sesuatu dapat membuatnya pulang. Handphonenya mati total, sialnya dia lupa membawa powerbank. Di rumah pasti Mamanya khawatir.

'Tin'

Suara klakson terdengar dari arah belakang punggungnya. Nica berjalan sedikit menjauh dari gerbang. Memang posisinya saat ini tepat di depan gerbang membuatnya menjadi penghalang siapapun yang ingin keluar. "Lo belom pulang?" Tanya seseorang tiba-tiba.

Suara itu! Nica sangat mengenal suara itu! Itu suara Verro! Nica menoleh menatap orang tersebut, di dalam hatinya gadis itu berharap jika orang itu benar Verro. Cengiran lebar terbit di wajah cantiknya. Helaan nafas lega keluar dari mulutnya saat dia mengetahui jika orang itu memang benar Verro.

Tanpa izin gadis itu lantas menaiki jok belakang Verro. "Nebeng pulang." Pinta Nica, ah tidak gadis itu tepatnya memerintah. Jika saja Verro tak ada, entah harus berapa lama dia menunggu di sini. Bisa dikatakan, Verro penyelamat Nica saat ini.

Verro melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Motor ninja Verro seakan membelah jalanan yang tidak terlalu sepadat sebelumnya. Mata Nica mengamati bangunan-bangunan yang berdiri kokoh di samping jalan. Lampu-lampu gedung menyala menambah keindahannya.

Keduanya diam sibuk dengan masing-masing kegiatan. Verro yang sibuk mengendarai motornya dan Nica yang sibuk mengamati gedung-gedung yang terhias sinar-sinar lampu. Tanpa disadari tangan Nica memeluk pinggang Verro erat seiring naiknya kecepatan motor yang dikendarai Verro.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang