Part 9

308 27 1
                                    

Verro membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Yang dia ingin saat ini hanya satu. Tempat tidurnya. Dia ingin segera menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuknya yang seakan sudah menjadi singgasananya.

Verro melangkah memasuki rumah. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara dentingan sendok dan piring yang beradu. Verro menoleh dan mendapati sepasang suami istri tengah makan bersama di ruang makan.

"Verro? Kamu sudah pulang? Ayo makan bareng! Mama masak makanan kesukaan kamu hari ini." Ucap Alona saat tersadar Verro sudah memasuki rumah. Alona lantas bangkit berdiri dan mendekati Verro. Keningnya mengkerut saat mendapati banyak luka dan lebam di wajah Verro.

Sebuah rasa khawatir hinggap di hati wanita itu. "Sayang kamu kenapa? Kok wajah kamu lebam-lebam gini?" Tanya Alona khawatir dan mengulurkan tangannya menyentuh luka-luka di wajah Verro.

Namun sebelum tangannya menggapai wajah Verro. Verro lebih dulu mundur selangkah untuk menghindar. Dia tak mau wajahnya di sentuh oleh wanita ini.

Keenan yang menyadari lantas bangkit berdiri dan mendekati Verro. Keenan mengamati wajah Verro dengan teliti tapi yang ditatap malah berdecih dan membuang wajahnya.

Verro tak ingin bertatapan dengan pria yang sudah menyakiti Mamanya itu. "Kamu bertengkar lagi?" Tanya Keenan yang seakan sudah tau apa yang terjadi pada anaknya.

Verro diam tak memperdulikan pertanyaan Keenan barusan. Menurutnya untuk apa dia menjawab toh Keenan tak akan khawatir padanya. Papanya itu hanya sibuk pada Alona dan tentu tak punya waktu untuk mengkhawatirkannya.

"JAWAB PERTANYAAN PAPA!" bentak Keenan membuat Alona yang ada di sebelahnya terkejut. "Verro capek Pah, jadi jangan paksa Verro untuk berantem lagi sama Papa." Ucap Verro lantas melangkahkan kakinya berniat menaiki tangga dan pergi ke kamarnya.

"VERRO! APA KAMU TIDAK SAYANG SAMA PAPA SELALU BUAT PAPA MALU DENGAN TINGKAH BERANDAL KAMU?!" Tanya Keenan dengan nada yang cukup keras membuat Verro menghentikan langkahnya.

Bukan masalah dengan intonasinya, tapi Verro bermasalah dengan kalimat yang diucapkan Papanya. Verro lantas berbalik dan menatap Keenan sengit.

"Papa sendiri? Papa sayang sama Verro? Kalo sayang tapi kenapa dulu Papa pergi dari rumah bersama wanita itu?! Papa sayang sama Mama? Kalo sayang kenapa dulu Papa malah bersama wanita itu di saat Mama butuh Papa?!" Tanya Verro sukses menohok hati siapapun yang mendengarnya.

'Plak'

Dan sebuah tamparan keras sukses mendarat di rahang kokoh Verro. Sudut bibirnya yang robek melebar lebih parah karena tamparan keras itu. Verro diam begitupun juga Keenan dan Alona.

Keenan memandang tangannya sendiri yang gemetar. Apa yang baru saja dia lakukan? Bahkan Keenan sendiripun masih tak mempercayai bahwa dia telah menampar Verro. Verro menatap Keenan tajam.

Dan pada detik ini juga rasa bersalah kembali uncul di hati Keenan. "Maafin Papa Nak, papa gak bisa jadi Papa yang baik untuk kamu." Tidak, Keenan tidak mengucapkannya secara langsung.

Dia mengucapkanya di dalam hatinya. Mulutnya seakan terkunci rapat-rapat tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. Di sampingnya Alona sudah terisak dengan kedua tangannya menutup mulutnya.

Bagaimanapu Alona juga bersalah. Alona benar-benar merasa bersalah. Karena dirinyalah sebuah keluarga yang harmonis menjadi berantakan. Karena dirinyalah mengubah Verro yang ceria menjadi Verro yang dingin tak tersentuh.

Verro menghela napasnya. Ada jeda sedikit sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Keenan dan Alona. Verro menyalakan motornya dan melajukannya dengan kecepatan sangat cepat.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang