Part 14

296 20 0
                                    

Verro menarik lengan Fannie menjauhi tempat hiburan malam itu. Kondisi Fannie benar-benar buruk. Gadis cantik itu tampak menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangannya dengan beberapa botol alkohol yang menemaninya.

Juga nampak seorang pria yang mendekatinya dan diam-diam mencuri kesempatan. Ya kalian tau lah. Verro dapat melihat dengan jelas tangan pria itu mulai mengelus pinggul Fannie turun ke bawah hingga akhirnya ke bokong Fannie.

Lantas Verro menghampirinya dan melayangkan pukulan keras tepat di rahang kokoh pria itu. Orang - orang sekitar terkejut dan menjadikan mereka bahan tontonan yang menarik. Pria itu menggeram marah.

Saat ia berusaha bangkit ingin membalas namun niatnya terhenti saat melihat tatapan tajam milik Verro. Entah kenapa nyalinya menciut ditambah saat ia melihat tangan Verro yang terkepal erat.

"Hey Bung, ada apa?" Tanya pria itu seolah - olah tak mengerti. Verro melirik Fannie yang kini meletakan kepalanya ke meja. Wajahnya tak terlihat karena rambut panjangnya menghalang wajahnya.

Dengan geram lantas Verro menarik lengan Fannie dan membawa gadis itu keluar dari tempat itu. Verro memang sering ke diskotik tapi dia tak bisa membiarkan seorang gadis yang sangat mabuk dan akan berakhir dengan pria hidung belang.

Mengingat pria tadi membuat emosi Verro tak kunjung surut. Hey pria itu sudah paruh baya. Apa dia tidak memikirkan anak istrinya yang menunggunya di rumah? Seharusnya pria itu pulang tapi malah bermain di diskotik.

Pria itu mengingatkan dia pada seseorang. Ya siapa lagi jika bukan Papa. Verro masih ingat dengan jelas saat Mamanya yang sedang sakit parah menunggu kedatangan Papanya di rumah.

Saat Kakaknya berkali - kali berbohong dengan mengatakan bahwa Papanya akan segera pulang ketika Verro bertanya kemanakah Papanya itu. Tapi nyatanya Papanya malah pergi ke club untuk melampiaskan semua masalahnya.

Ah sial, satu pukulan saja tak cukup untuk pria sialan itu. Seharusnya dia memberikan berpuluh - puluh pukulan untuknya. Fannie menghempaskan tangan Verro kasar.
Gadis itu menatap Verro dan saat itu juga Verro sukses dibuat terkejut saat melihat wajah kacau Fannie.

Hidung mancungnya memerah, matanya berair, dan maskara yang dipakainya luntur. Gadis yang sering dipuji-puji akan kecantikannya itu kini terlihat sangat kacau di hadapannya.

Verro tau jika Fannie akan sangat sedih saat dia menolaknya tapi Verro tak menyangka jika Fannie akan berbuat seperti ini. Minum - minum di diskotik sampai mabuk dan membiarkan dirinya menjadi santapan pria hidung belang.

Apalagi baju yang dikenakan gadis itu bisa dikatakan sangat tidak sopan. Fannie menatap Verro dengan tatapan tajam. "NGAPAIN LO KE SINI? MASIH PERDULI SAMA GUE?!" teriak Fannie seakan emosinya yang ditahannya sejak lama akhirnya keluar juga.

Verro hanya diam menatap Fannie sampai gadis itu kembali melanjutkan kata-katanya. "Gue kurang apa lagi sih Ver? Perjuangan gue selama ini kurangkah bagi lo? Atau emang lo nya yang gak mau perduli? Lo bisa gak sih ngehargaian sedikit aja perjuangan gue? Cuma sedikit Ver, tapi nyatanya lo seakan nganggep gue hanya angin lalu. Gue sayang sama lo ver! Lo ngerti gak sih? Apa yang kurang dari gue? Coba jawab apa yang kurang dari gue?!"

Semua unek-unek itu terkeluarkan namun rasa sakit masih terus meradang di hatinya seperti parasit yang sulit dihilangkan. Verro terdiam. Fannie memang cantik, pintar, popular, dan tajir. Tapi jangan lupakan jika gadis itu sombong.

Karena pujian dan popularitas yang didapatnya membuat gadis itu tinggi hati. Tapi tetap saja mau secantik dan sekaya apapun Fannie, Verro tak bisa memaksa hatinya untuk menyukai Fannie.

Karena hatinya telah jatuh pada seorang gadis yang sukses membuatnya selalu berdebar dan mengguncang jantung Verro tiap kali Verro menatap gadis bermata hazel itu. Ketika Verro menatap mata indah milik Nica.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang