Part 10: Flashback

327 29 0
                                    

Dari balik tembok Nica diam-diam mengintip Verro yang sedang merapihkan gitarnya. Sebenarnya Nica masih heran kenapa Verro menolak Kak Fannie.

Dia ingin bertanya banyak kepada Verro. Tapi kakinya seolah terpaku di tanah, menatap Verro dari balik tembok. Atau jangan-jangan...

"Gue mau nyanyi untuk orang yang gue sayang."

Perkataan Verro beberapa hari lalu terngiang dipikirannya. Tentu dia menolak Kak Fannie karena ada seseorang yang mampu membuat Verro menyukainya.

Bahkan sampai sekarangpun Nica masih penasaran dengan orang yang dimaksud Verro.  Siapa sih dia sebenarnya? Orang yang disayang Verro. Jika Kak Fannie yang cantik saja dia tolak, pasti gadis yang disayang Verro jauh lebih cantik dari Kak Fannie.

Ah masa bodoh! Bukan urusannya kan? Lantas Nica melangkah berniat pergi. Namun langkahnya terhenti seketika saat matanya menatap dada bidang seseorang. Nica mendongak.
Gadis itu membeku.

Laki-laki yang sejak tadi diintipnya diam-diam tiba-tiba saja berdiri tepat di depannya entah sejak kapan. Jantung Nica berdebar keras. Jemarinya meremas bajunya. Jaraknya dengan Verro sangat dekat.

Seketika aroma harum menyeruak indera penciumannya. Aroma harum ini, Nica mengenalnya! Aroma jaket abu-abu  yang ada di lemarinya.

Anehnya aroma jaket itu sama persis dengan aroma parfum Verro. Bahkan Nica sempat mencium aroma koleksi parfumnya namun semuanya tak ada yang sama seperti aroma jaket abu-abu di lemarinya.

Tiba-tiba sekelebat ingatan muncul di pikirannya. Ingatan tentang dirinya bersama Verro berdiri di halte di tengah derasnya hujan. Lalu Verro yang memberikannya jaket abu-abu kepada dirinya yang lantas diterima.

Ingatan aneh itu, ingatan-ingatan yang akhir-akhir ini terputar di pikirannya. Sebenarnya ingatan milik siapa? Jaket abu-abu diingatannya sama persis dengan jaket abu-abu di lemarinya.

Aroma jaket itu sama persis dengan aroma Verro. Nica memandang mata cokelat Verro dalam-dalam.

"Gue suka hujan, dia bakal tetep datang walaupun tahu sakitnya jatuh berkali kali."

Ucapan itu terngiang di pikirannya tiba-tiba membuat Nica semakin bingung. Verro menatap Nica heran. Kenapa gadis itu hanya diam menatapnya? Verro mengira kedatangan gadis itu ingin menemuinya ya karena di ruangan ini memang hanya ada dirinya.

Tapi kini gadis itu hanya diam menatapnya. "Nic?" Panggil Verro akhirnya membuat gadis itu tersadar. "Kenapa?" Tanya Verro heran membuat Nica bingung harus jawab apa.

Dirinya sendiripun tak tau jawaban atas ingatan aneh itu jadi bagaimana dia menjawab pertanyaan Verro? "Eh, gu-gue cuma mau bilang penampilan lo tadi keren." Ucap Nica akhirnya. Verro yang mendengarnya hanya tersenyum dan berkata "makasih."

***
Verro meletakan setangkai bunga mawar di dekat nisan lusuh itu. Cukup lama dia memandang nisan itu dengan kesedihan tersirat. Sampai akhirnya mulutnya mengucapkan kata-kata.

"Happy birthday, Mah." Ucapnya akhirnya. Ini adalah hari ulang tahun Mamanya, dulu biasanya Verro akan membuat kartu ucapan ulang tahun dan memberikannya pada Mamanya.

Selalu dia seperti itu tapi entah kenapa Mamanya selalu tersenyum senang tiap kali menerima kartu ucapan dari Verro seakan tak pernah bosan.
Lalu matanya melirik sebuah makam tepat di sebelah makam Mamanya.

Nisan lusuh itu bertuliskan 'Aira'. Tangan Verro terulur meletakan bunga yang biasa di letakan di sana. Baby breath. Aira sangat menyukai baby breath. Jadi setiap kali Verro melihat bungan cantik itu, ingatannya tentang Aira secara otomatis terputar begitu saja walau tak diminta.

Verronica (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang