Part 7

4.1K 386 40
                                    

*Taeyeon POV*

Aku mengepalkan tanganku melihat pemandangan tak menyenangkan di depan mataku. Tiffany dan laki-laki itu terlihat seperti sepasang kekasih yang baru saja menghadiri pesta. Harus kuakui, mereka tampak selaras. Tiffany begitu elok dengan gaun yang dipakainya dan pria itu, meskipun aku benci harus mengatakan ini, pantas bersanding dengan Tiffany. Amarahku memuncak tatkala melihat laki-laki itu berani mencium pipi Tiffany dan Tiffany sama sekali tak keberatan dengan perlakuannya. Setelah mobil mewah laki-laki itu pergi meninggalkan Tiffany, aku masih tak beranjak dari posisiku, mengawasi Tiffany dari jauh. Namun, nasibku sepertinya kurang beruntung, kulihat Tiffany berjalan mendekati mobilku.

Tiffany mengetuk kaca mobilku, aku pun menurunkannya, “Kau sedang apa di sini Kim Taeyeon?” pertanyaan Tiffany membuat tubuhku keluar keringat dingin.

“Uhmm…aku…” aku tak tak tahu harus mencari jawaban apa agar Tiffany tak curiga bahwa aku telah menguntitnya.

“Keluarlah dari mobilmu!” perintah Tiffany, membuatku keluar dari mobil.

“Uhmm… Fany, a..aku bi..bisa je..jelas..jelaskan se…semua,” jawabku secara terbata, aku tahu saat ini Tiffany sudah bisa menduga ada yang tak beres dengan diriku.

“Jadi, apa yang bisa kau jelaskan Nona Kim?” pandangan mata Tiffany semakin mengintimidasiku.

“Aku…aku hanya…hanya…memastikan…kalau…kalau…kau…baik-baik saja,” lagi-lagi jawabanku tak meyakinkan.

“Memastikan aku baik-baik saja dengan cara mengikutiku? Kau sangat tidak sopan, Kim Taeyeon! Kau tahu itu bahkan melanggar hukum, bukan?” wajahku pusat pasi, aku tak pernah melihat Tiffany dengan ekspresi seperti ini, marah dan kecewa.

“Fany…maafkan aku, aku tak bermaksud untuk mengikutimu seperti itu. Aku hanya…”

“Sudah cukup Kim Taeyeon! Aku kecewa padamu! Pertama kau menolak ajakanku sekarang kau justru bertingkah seperti kekasih yang overprotective! Aku bahkan bukan kekasihmu! Pergilah dari hadapanku!”

“Fany…please…forgive me! Aku tahu aku bersalah, aku benar-benar minta maaf.” Aku berusaha meraih tangan Tiffany meskipun dia menolaknya.

“Pergilah, Tae! Saat ini aku sudah sangat lelah!” Tiffany berjalan meninggalkanku yang masih membatu. Mungkin saat ini bukan saat yang tepat untuk meminta maaf kepada Tiffany. Aku memutuskan untuk memberikannya waktu.

Pada saat aku sampai di tempat tinggalku, aku lekas merebahkan diriku di tempat tidur. Malam ini terasa sangat melelahkan bagiku, tetapi aku tak bisa memaksa mataku untuk terpejam. Bayangan Tiffany mengganggu pikiranku. Aku memang sangat bodoh karena telah menolak ajakan Tiffany. Seandainya aku menerima ajakan Tiffany, maka Tiffany tak perlu pergi dengan laki-laki itu dan aku tak harus membuntutinya secara diam-diam. Aku merutuki diriku sendiri. Hal ini benar-benar menyiksaku. Sampai pukul 4 pagi, aku belum terlelap, meskipun tanpa kusadari akhirnya aku tertidur karena keletihan menerpa tubuhku.

***

Mentari pagi perlahan menembus jendela kamarku. Aku membuka mataku. Kulirik jam di kamarku menunjukkan pukul 7 pagi. Aku meninggalkan tempat tidurku. Aku harus lekas memikirkan cara agar Tiffany mau memaafkanku. Aku memeras otakku, berusaha mencari jalan agar Tiffany mau memberikan maafnya. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikiranku. Aku pun tersenyum memikirkannya. Mungkin saja, Tiffany mau memaafkanku.

Aku telah sampai di depan apartemen Tiffany. Aku memencet bel apartemen beberapa kali. Tak berapa lama berselang, Tiffany membukakan pintu. Sepertinya dia tak terkejut dengan kedatanganku dan aku melihat dia memiliki nasib yang sama denganku. Kantung matanya terlihat tebal, mungkin saja dia mengalami insomnia sepertiku.

You Are [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang