Part 18.2

3.5K 372 126
                                    

Taeyeon baru saja mendarat di bandara setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam dari Tokyo ke Seoul. Dari bandara, dia naik taksi karena tak ada yang bisa menjemputnya. Di dalam taksi, Taeyeon terus merenung, meratapi kegagalannya meluluhkan hati Tiffany.

"Andai saja aku bisa bersikap lebih tegas, aku tak akan kehilangan Tiffany. Sekarang, aku tak bisa memilikinya."

Taeyeon memegang kalung dengan liontin berbentuk kunci miliknya. Kalung ini merupakan kalung yang dia beli sebagai bukti cintanya pada Tiffany. Kalung yang masih dia pakai meskipun hubungan mereka telah kandas dan sulit diperbaiki.

"Mungkin lebih baik aku mati saja jika dia tak mau menerimaku lagi. Kisah cintaku selalu saja berakhir dengan kegagalan. Apa aku tak pantas mendapatkan kebahagiaan dari cinta?" batin Taeyeon.

Mungkin saja, Tuhan segera menjawab permintaan Taeyeon saat itu. Taksi yang ditumpangi Taeyeon tergelincir karena jalanan yang licin. Naas, taksi tersebut menabrak mobil yang berlawanan arah darinya. Sopir taksi meninggal di tempat, sedangkan Taeyeon mengalami luka parah. Dia tak sadarkan diri dan segera dilarikan ke rumah sakit.

***

Sampai saat ini, Taeyeon masih belum sadar. Sudah hampir seminggu Taeyeon terbaring dan tak sadarkan diri. Ibu Taeyeon, Mrs. Kim, sudah berada di sana setelah diberi kabar kalau Taeyeon kecelakaan. Sayangnya, Mr. Kim hanya bisa menjaga Taeyeon di tiga hari pertama karena masih banyak urusan lain yang sangat penting. Sunny dan Sooyoung juga selalu menjenguk Taeyeon sepulang bekerja. Tak hanya itu, Tiffany selalu berada di sana.

Dari semua orang yang menyayangi Taeyeon, Tiffany-lah yang paling terpukul. Meskipun dia berusaha tegar, tetapi dia tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dia tak hanya merasa sedih karena Taeyeon kecelakaan, tetapi dia juga merasa bersalah kepada Taeyeon. Karena Taeyeon belum sadar, Tiffany tak berminat melakukan hal lain, termasuk makan dengan teratur.

"Makanlah, Nak. Kaubisa sakit," bujuk Mrs. Kim.

"Aku tidak lapar, Eomma."

"Tiffany, Taeyeon bisa sedih jika kautak memerhatikan dirimu sendiri. Kauharus kuat untuknya, bukan?"

"Baiklah, Eomma."

Setelah dibujuk berkali-kali oleh Mrs. Kim, Tiffany bergerak ke kantin rumah sakit. Tiffany memesan nasi dan omelet. Meski sudah berusaha keras untuk menghabiskan makanan yang dia pesan, tetapi dia gagal. Setelah beberapa suapan, perutnya sudah mual. Dia pun terpaksa meninggalkan makanan yang masih tersisa dan kembali ke kamar Taeyeon.

Saat kembali ke kamar Taeyeon, Tiffany heran karena ia melihat dokter dan suster berlarian memasuki ruangan tersebut.

"Apa yang terjadi, Eomma?" tanya Tiffany, penuh dengan nada kekhawatiran.

"Taeyeon... Taeyeon... Taeyeon..." Mrs. Kim menangis dan tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Apa yang terjadi pada Taeyeon, Eomma? Dia baik-baik saja, bukan?"

"Taeyeon... kondisinya memburuk, Nak," Mrs. Kim kembali menangis.

Tiffany memeluk Mrs. Kim dan ikut menangis. Dia tak tahu harus berbuat apalagi. Kondisi Taeyeon sebelumnya saja sama sekali tak baik, sekarang justru semakin memburuk.

"TaeTae, please... Kamu harus tetap hidup. Jangan tinggalkan aku secepat ini."

Setelah sejam berada dalam ketidakpastian, dokter yang menangani Taeyeon keluar dari ruangan. Mrs. Kim dan Tiffany segera menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Mrs. Kim khawatir.

"Dia sudah kembali stabil, tetapi kami harus memantau kondisinya."

You Are [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang