Part 15.1

3.3K 351 53
                                    

Tiffany dan Taeyeon telah kembali dari rumah Jeonju. Selama dua hari, Taeyeon mencoba untuk meluluhkan hati Tiffany agar dia mau mengubah keputusannya. Sayangnya, Tiffany masih bersikukuh dengan pendiriannya. Ia tak bisa menyalahkan keputusan Tiffany sepenuhnya. Ketidaktegasannya pun turut andil dalam keputusan Tiffany.

“Terima kasih, Tae. Kau membuatku bahagia dalam dua hari ini. Aku senang bisa mengenal ibumu.”

“Aku bisa membawamu mengunjungi keluargaku tiap akhir pekan jika kau mau.”

“Tae… Kau tahu aku tak bisa mengubah keputusanku.”

“Baiklah. Berapa lama kau butuh waktu untuk ‘break’?”

“Aku tak tahu. Mungkin lebih baik jika kau tak menunggu.”

“Aku akan menunggu, tak peduli seberapa lama. Bolehkah aku memelukmu?”

Tiffany mengangguk. Tak mau melewatkan kesempatan, Taeyeon segera memeluk Tiffany. Ia memeluk Tiffany dengan erat, seakan tak ingin melepasnya. Tiffany membiarkan Taeyeon memeluknya cukup lama. Ia merasakan tetesan air mata Taeyeon menerpa tubuhnya.

“Taeyeon-ah, uljima,” Tiffany melepas pelukan Taeyeon dan menghapus air mata Taeyeon.

“Aku tak bisa, Pany-ah.”

“Dengarkan aku, Tae. Kau bisa melewatinya.”

“Pany, aku…”

“Aku harus masuk ke dalam Taeyeon dan kau juga harus kembali karena hari sudah malam.” Tiffany memandang wajah Taeyeon, lalu memberikan kecupan singkat, “Sampai jumpa kembali, Tae!”

Taeyeon memandangi punggung Tiffany yang semakin menjauh dari pandangannya. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga, ia tak bisa menahan air matanya yang terus mengalir. Namun, ia sama sekali tak menahan kepergian Tiffany.

“Bukankah aku sangat bodoh? Aku bahkan tak bisa menahanmu untuk tetap di sampingku.”

***

Taeyeon terbangun dari tidurnya. Ini sudah hari ketiga sejak terakhir kali dia melihat Tiffany. Hidupnya tidak baik-baik saja. Nafsu makannya menghilang, membuat volume tubuhnya berkurang drastis. Matanya bengkak karena terus menangis. Beberapa kali terlintas di benaknya untuk bunuh diri, untung saja Taeyeon mengurungkan niat buruknya tersebut.

Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong!

Terdengar suara bel berbunyi. Dengan malas, Taeyeon melangkahkan kakinya. Ia membuka pintu apartemennya. Muncullah sosok Sunny, sahabatnya, lengkap dengan beberapa bungkus plastik yang dia tak tahu isinya. Sunny terkejut melihat penampilan Taeyeon yang tak jauh berbeda dari mayat hidup.

“Yak, Kim! Aku menghubungimu beberapa hari, tapi kau mengabaikanku! Apa yang terjadi, huh?”

“Sunny, Tiffany meminta untuk break,” Taeyeon kembali menangis, padahal ia pikir air matanya sudah habis.

Sunny memeluk Taeyeon, “Kau bisa menceritakan masalahmu padaku, Tae. Menangislah jika memang kau ingin menangis.”

“Hiks… Aku tak tahu harus bagaimana Sunny-ah.”

Taeyeon pun menceritakan masalah hubungannya dengan Tiffany dari awal sampai akhir.

“Taeng, kalau kau tetap seperti ini, kau hanya akan merugi. Kau kehilangan Tiffany, kau juga tak bisa menyelamatkan Seolhyun dengan terus mengurung diri di kamar. Kau bahkan tak bisa menyelamatkan dirimu sendiri.”

“Apa yang harus kulakukan, Sunny?”

“Buktikan pada Tiffany kalau kau sungguh-sungguh mencintainya dan hatimu tak akan goyah meskipun kau mau menolong Seolhyun.”

You Are [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang