Part 17.2

3.6K 429 181
                                    

Tiffany memandang sebuah foto yang tersimpan di dompetnya. Foto dirinya dengan Taeyeon. Meskipun ia sendiri yang memutuskan Taeyeon, tetapi tak dapat dipungkiri jika Tiffany masih mencintai Taeyeon. Apa dia menyesali keputusannya? Tentu saja iya. Namun, dia harus melakukannya. Dia tak bisa membiarkan Taeyeon terus menyakitinya.

"Sigh... Bagaimana caranya agar aku dapat melupakanmu?"

Tiffany kembali mengerjakan pekerjaannya. Hidupnya harus tetap berjalan. Dengan atau tanpa Taeyeon. Meskipun itu sulit, tetapi dia tak bisa berlarut dalam kesedihan.

"Semangat, Tiffany! Seiring berjalannya waktu, kauakan terbiasa tanpanya."

Kenyataannya, tak semudah itu melupakan orang yang kita cintai. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga bahkan menjauhkan diri dari Taeyeon, Tiffany tak bisa melupakannya. Semakin hari, ia semakin rindu dengan gadis berwajah bayi itu. Bayang-bayang Taeyeon tak pernah lepas dari hidupnya. Hampir setiap detik ia selalu memikirkan Taeyeon. Terutama saat ia sedang sendiri dan dilanda kesepian. Seperti malam ini, dia baru saja pulang dari kantor, Tiffany melihat bayangan Taeyeon di depan rumahnya. Tunggu, ini terlalu nyata untuk sebuah bayangan!

"Hi, Pany!" sapa Taeyeon diiringi senyum manisnya.

Tiffany sekuat tenaga menahan tangannya agar tak memeluk tubuh mungil itu, "Taeyeon? Bagaimana kaubisa ada di sini?" Tiffany terkejut.

"Aku memiliki jalanku. Apa aku boleh masuk?"

Tiffany bimbang, apa dia perlu mengajak orang ini masuk? Setelah berpikir sejenak, Tiffany mengizinkan Taeyeon masuk. Bukan karena dia telah memaafkan Taeyeon, tetapi cuaca di luar terlalu dingin dan ia melihat tubuh Taeyeon menggigil.

"Masuklah, aku akan membuatkan minuman hangat untukmu," ucap Tiffany datar.

Taeyeon sedikit kecewa dengan sikap Tiffany, tetapi ia bersyukur Tiffany masih mau menerima kedatangannya, "terima kasih, Pany-ah."

Tak berapa lama, Tiffany keluar dengan nampan berisi teh hangat dan makanan kecil.

"Minumlah selagi hangat."

"Iya, terima kasih."

Taeyeon menyesap minumannya. Ketika minumannya hampir habis, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Dia telah menyusun dialog permintaan maafnya tadi. Namun, semua sirna ketika Tiffany muncul di hadapannya. Kegugupan dan kekhawatiran mendominasi pikirannya.

"Pany-ah, ada yang ingin kukatakan padamu."

"Bicaralah. Aku tak akan menginterupsimu."

"Aku ingin minta maaf padamu, Pany-ah. Aku tahu aku sangat salah karena tak bisa bersikap tegas. Harusnya aku bisa memilihmu dan meninggalkan Seolhyun lebih awal. Aku minta maaf karena telah menyakitimu."

"Sigh... Aku bukan orang pendendam. Jadi, aku sudah memaafkanmu Taeyeon."

Mata Taeyeon berbinar," Benarkah? Terima kasih banyak, Pany-ah. Apa itu berarti kita bisa kembali seperti dulu? Aku masih sangat mencintaimu."

"Ya, aku sudah memaafkanmu, tapi aku tak bisa menerimamu kembali," jawab Tiffany.

Taeyeon kecewa, tetapi ia menghargai keputusan Tiffany, "aku mengerti, bukan salahmu jika kautak bisa menerimaku, tapi apa kausudah memiliki penggantiku? Jika belum, kumohon, izinkan aku untuk bisa mendapatkan hatimu kembali."

"Taeyeon, saat ini aku masih sendiri, tapi lebih baik kauurungkan niatmu. Aku tak mau menyakitimu."

"Give me a chance, please."

"Sigh... Terserah kausaja, Taeyeon, aku sudah memperingatkanmu."

***

Taeyeon membuktikan perkataannya. Dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepada Tiffany. Setiap hari, sejak kedatangan Taeyeon ke Jepang, Taeyeon tak pernah berhenti memberi hadiah, diselipi kartu ucapan ungkapan hatinya. Tiffany bahkan menerima hadiah-hadiah itu tak hanya sekali dalam sehari, tetapi sampai tiga kali sehari. Pagi hari, dia akan mengirimkan rangkaian bunga. Siang hari, dia akan mengirimkan makanan favorit Tiffany ke kantornya. Malam hari, Taeyeon akan mengirimkan barang-barang favorit Tiffany.

From: My Pink Queen
Berhenti menghamburkan uangmu! Aku bisa membeli sendiri hadiah yang kauberikan.

Taeyeon hanya tersenyum membaca pesan dari Tiffany. Dia tak akan berhenti. Namun, dia butuh cara lain untuk meluluhkan hati Tiffany. Jika Tiffany tak bisa luluh dengan cara biasa, mungkin ia butuh cara yang sedikit ekstrem. Ia butuh cara yang unik untuk menarik perhatian Tiffany. Taeyeon yang mulai kehabisan akal meminta saran dari Sooyoung dan Sunny. Akhirnya, dia menuruti saran dari mereka berdua, meskipun saran mereka cukup memalukan.

Keesokan harinya, Taeyeon sudah siap dengan semua perlengkapannya. Dia sudah bekerja sama dengan beberapa orang agar aksinya berjalan sesuai rencana. Tepat saat jam makan siang, Taeyeon sudah berada di depan kantor Tiffany bersama orang-orang suruhannya.

Sementara itu, Tiffany sedang sibuk dengan pekerjaannya. Meski telah memasuki jam istirahat, tetapi ia masih berkutat di depan komputer.

"Hei, Tiff, kautak turun? Kudengar ada demonstrasi di depan kantor kita," kata teman sekantor Tiffany.

"Huh, demo? Mana mungkin ada demo di depan kantor kita?"

Karena penasaran, Tiffany mengikuti temannya itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat gerombolan 'pendemo' itu. Bukannya menuntut kenaikan gaji atau memprotes perusahaan, para 'pendemo' itu justru membawa spanduk dan papan bertuliskan rayuan agar ia mau kembali pada Taeyeon. Tiffany makin terkejut melihat Taeyeon menjadi orator di tengah massa lengkap dengan megafon di tangannya.

"Tiffany Hwang, ke marilah!" kata Taeyeon.

Tiffany merasa malu, tetapi ia menuruti permintaan Taeyeon.

Taeyeon tersenyum kepada Tiffany, ia berlutut di hadapan Tiffany dengan bunga di tangannya, "Pany-ah, aku tahu aku telah berbuat kesalahan yang besar. Aku sangat menyesal dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Aku ingin kita kembali menjadi sepasang kekasih. Maukah kaumenerimaku kembali?"

Penonton pun heboh. Mereka berteriak mendukung Taeyeon. Mereka berteriak agar Tiffany menerima Taeyeon.

Sejujurnya, Tiffany bisa saja menerima Taeyeon, tetapi hatinya belum siap, "maafkan aku, Tae. Aku tak bisa menerimamu, setidaknya untuk saat ini."

Taeyeon tetap berusaha tersenyum meskipun ia merasa sakit dan malu, "baiklah, aku mengerti."

Meskipun Taeyeon tersenyum, Tiffany tahu jika Taeyeon bersedih karena dia telah menolaknya. Tiffany tahu Taeyeon terluka dan hatinya hampir tergerak melihat sorot mata Taeyeon meredup. Namun, Tiffany tak mau goyah. Dia belum bisa menerima Taeyeon untuk saat ini.

***

Taeyeon kembali pergi ke rumah Tiffany. Malam ini, ia ingin mengajak Tiffany makan malam. Sesungguhnya, dia masih belum bisa melupakan kejadian kemarin, tetapi dia tak mau menyerah sampai di sini. Dia harus memanfaatkan hari terakhirnya di Jepang untuk membuat Tiffany kembali ke pelukannya.

"Uhm, Tiffany, aku ingin mengajakmu makan malam."

"Maaf, Taeyeon, tapi aku sudah ada janji dengan orang lain. Mungkin lain kali?"

Taeyeon sangat kecewa, "uhm, ini hari terakhirku di sini karena masa cutiku sudah habis. Baiklah, aku mengerti, mungkin lain kali kita bisa bertemu lagi. Ini hadiah untukmu, aku harap kaumau menerimanya."

Saat Tiffany hendak menerima kado itu, seorang laki-laki menghampiri mereka, "Tipa, maaf aku terlambat. Ayo, kita berangkat!"

"Oh, Key, it's okay. Aku baru saja selesai bersiap. Taeyeon, maaf, aku terburu-buru."

Tiffany meninggalkan Taeyeon begitu saja, meninggalkan Taeyeon yang terluka. Taeyeon bukan karena Tiffany menolaknya, melainkan karena sudah ada orang lain yang berada di samping gadis itu.

"Should I give up?"

Jika siang kemarin Taeyeon masih bisa menahan air matanya dan berpura-pura tersenyum, tetapi tidak malam ini. Air matanya tak dapat ia tahan. Dia menangis sejadinya diiringi gemercik air hujan yang turun membasahi bumi malam itu. Melihat Tiffany bersama pria lain lebih sakit dari apa pun, bahkan rasanya tak sesakit ketika Seolhyun meninggalkannya.

"Kenapa ini begitu sakit?" batin Taeyeon sembari memukul-mukul dadanya.

***

Tbc...

***

Author's Note:

Terima kasih kepada semua pembaca yang telah menghargai karya author. Semoga tahun 2018 lebih baik dari tahun sebelumnya ya.

Happy new year!

See ya!

You Are [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang