Bonus Part-Untitled

3.8K 323 47
                                    

Tiffany tak pernah membayangkan kehidupannya akan seperti ini. Tak pernah terlintas di benaknya, dia akan menikah dan menjadi seorang ibu. Sebelum bertemu Taeyeon, dia memang pernah menjalin hubungan asmara, tetapi tak ada yang berujung serius. Hubungannya dengan Taeyeon pun tak mulus, membuatnya sempat ragu untuk mengucapkan janji sehidup semati dengannya. Dia, seorang workaholic, bahkan rela keluar dari pekerjaannya demi mendapatkan si kembar. Kini, dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sembari bekerja sebagai blogger yang membahas kuliner dan fashion. Melihat anak-anaknya tumbuh adalah hal yang luar biasa dalam hidupnya dan menjalani itu semua dengan Taeyeon di hidupnya merupakan anugerah terindah yang dia miliki.

"Pany-ah, apa kau melihat ponselku?" itu suara bayi besarnya, Kim Taeyeon.

Tiffany pun menghentikan sejenak kegiatan menulisnya, untung saja si kembar masih tertidur lelap, "Apa kau sudah mencarinya dengan benar?"

"Aku sudah mencarinya. Mungkin kau bisa membantuku?" Taeyeon memelas, dia hampir terlambat.

Tiffany membantu Taeyeon. Tak sampai lima menit, ponsel Taeyeon sudah ditemukan. Ponsel malang itu berada di antara tumpukan berkas milik Taeyeon. Untung saja masih berfungsi dengan baik.

"See? Aku menemukannya dengan mudah," bangga Tiffany. Belakangan ini, Taeyeon memang ceroboh, mungkin karena kurang istirahat sehingga konsentrasinya menurun.

"Terima kasih, Boo. Aku berangkat dulu ya," ucap Taeyeon, tak lupa mencium kening istrinya.

"Hati-hati, Boo," kata Tiffany, dia mengantarkan Taeyeon sampai ke teras rumah.

Selang beberapa saat setelah Taeyeon berangkat bekerja, Aileen terbangun.

"Mom, apa Mama sudah berangkat?" tanya Aileen. Ia mengucek matanya dan beberapa kali menguap.

"Sudah, Sayang. Mama hari ini ada rapat jadi dia harus berangkat cepat."

Aileen sedikit kesal, beberapa hari ini dia tak bisa bertemu Mama-nya," kapan Ma bisa libur lagi? Aku rindu."

"Sayang, Mama bekerja untuk kebutuhan kita. Jadi, kamu harus mengerti. Mama juga sudah berjanji akhir pekan ini akan meluangkan waktu untuk kita."

"Mommy juga bekerja, kan? Tapi Mommy bisa menyediakan waktu buat kami?" Aileen penasaran.

"Kerjaan Mommy lebih fleksibel, Sayang. Jadi, kita masih bisa sering bertemu."

"Awas saja kalau nanti Mama mengingkari janjinya," ancam Aileen, terlihat lucu dan menggemaskan.

"Tenang saja, Mama selalu menepati janjinya. Sekarang, kamu bersiap untuk berangkat sekolah ya."

Aileen menurut, dia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap bersekolah. Sekarang, Tiffany harus membangunkan putranya. Kalau tidak, Aaric bisa terlambat pergi ke sekolah.

"Sayang, bangun, Nak. Kamu harus ke sekolah hari ini," Tiffany mengusap lembut kepala anaknya.

Aaric menggeliat di tempat tidurnya, dia mengucek matanya, "hoam, apa Aaric boleh tak masuk hari ini, Mom?"

Tiffany mengernyitkan dahinya, tak biasanya putranya itu tak bersemangat ke sekolah, "Ada apa, hum?"

"Aaric hanya kesal dengan teman baru Aaric, dia selalu menghina Aaric karena keluarga kita berbeda."

"Aaric, dengarkan Mommy, jika ada yang menghinamu, kamu harus melawan. Bukan berarti kamu harus menghajarnya, tetapi lawan dengan kebaikanmu. Kamu mengerti kan, Sayang?"

Aaric mengangguk, mengiyakan perkataan Mommy-nya. Aaric memang memiliki pemikiran yang lebih dewasa dibanding anak-anak seusianya.

"Nah, sekarang kamu bersiap buat ke sekolah ya? Mommy akan menyiapkan makanan yang enak untuk kamu dan Aileen."

You Are [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang