Part 2

6.4K 482 12
                                    

*Author POV*

Taeyeon termenung di bangku taman kampusnya. Dia masih terus saja melamun memikirkan orang yang dicintainya, tanpa tahu bagaimana keadaan orang itu. Ya, perempuan yang dicintainya itu pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Awalnya, Taeyeon masih berusaha menghubunginya, tetapi nomornya sudah tidak aktif. Taeyeon juga mengunjungi apartemen orang itu. Namun, dia mendapat kenyataan bahwa pemilik apartemen itu telah berganti dengan orang lain. Taeyeon bahkan sempat mengunjungi Busan, tempat asal perempuan itu. Lagi-lagi dia mendapat hasil yang mengecewakan karena ternyata keluarga orang yang dicintainya itu telah berpindah tempat ke luar negeri. Akhirnya Taeyeon menyerah. Dia tak tau lagi harus mencari kemana.

"Taeng...sampai kapan kau akan terus begini?" Sunny cemas dengan keadaan sahabatnya.

"Aku tidak tahu, Sunny, aku tak bisa melupakannya." Taeyeon menjawab perlahan.

"Apa kau gila, hah? Dia sudah meninggalkanmu!"

"Dia tidak meninggalkanku, Sunny, berhenti berbicara yang tidak-tidak!"

"Taeng, sadarlah! Dia pergi tanpa sepatah kata pun dan ini sudah hampir enam bulan. Kau bahkan menelantarkan kuliahmu!"

"Aku tidak menelantarkannya, kau lihat aku masih di sini, masih rajin berangkat."

"Ya, tapi otakmu melayang entah kemana, aku bahkan sampai ditanyai Miss Kang karena performamu terus menurun. Sadarlah, Taeng!"

"Aku harus bagaimana, Sunny? Aku harus bagaimana?" Taeyeon mulai terisak.

Sunny memeluk sahabatnya. Dia sangat cemas dengan keadaan Taeyeon. Tak ada lagi kekonyolannya. Tak ada lagi tingkah dorkynya. Dia harus memikirkan cara supaya Taeyeon yang lama bisa kembali. Dia benar-benar tak habis pikir ada orang yang tega menyakiti hati Taeyeon yang begitu tulus itu. Dia bersumpah akan membuat perhitungan dengan perempuan sialan itu.

***

Taeyeon melangkahkan kaki dengan gontai. Dia sama sekali tak tertarik dengan acara pesta yang penuh dengan kebisingan, tetapi dia harus menghargai sahabat-sahabatnya. Dia tak mau membuat mereka kembali kecewa karena terus-menerus menolak diajak keluar dari rumahnnya. Dia mengerti, sahabat-sahabatnya hanya ingin dia sedikit bersenang-senang, melupakan kesedihan hatinya. Namun, di sinilah dia, tak mampu berbaur dengan banyak orang. Taeyeon hanya duduk di pojok ruangan sambil meminum jus jeruk. Ya, dia tak meminum alkohol karena tingkat toleransinya sangat rendah. Di tempat yang ramai ini, dia justru merasa kesepian. Kembali, bayang-bayang masa lalu menghampiri dirinya.

#Flashback#

"Babe...ayo, kita pulang!" Taeyeon berusaha membujuk kekasihnya, dia sudah tak tahan dengan kebisingan pesta.

"Babe, kau sangat tidak seru! Ini masih pukul 10 malam!" gadis itu mempoutkan bibirnya, membuat Taeyeon gemas.

"Tapi aku tidak tertarik dengan pesta, Sayang, dan kau sudah mulai mabuk."

"Aku tidak mabuk! Lihat, aku masih sadar!"

"Kajja, kita pulang! Aku janji akan memberikanmu apa pun jika kau mau pulang sekarang,"rayu Taeyeon.

"Benarkah?"

"Yup!"

#Flashback End#

Taeyeon tersadar dari lamunannya ketika seseorang menepuk punggungnya. Dia menoleh kepada orang tersebut. Wajahnya tampak asing di mata Taeyeon. Taeyeon menatap wajah asing itu cukup lama. Pertanyaan terus muncul di benaknya tentang siapa perempuan yang berani mengganggu lamunannya itu.

"Emm...nuguseyo?"

"Ah, mianhe... Tiffany Hwang, imnida!" gadis itu sedikit membungkukkan badannya dan memperlihatkan eyesmile andalannya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Tidak, kita baru bertemu hari ini. Kau pasti orang yang bernama Kim Taeyeon, kan?"

"Ohh, tapi bagaimana kau bisa mengetahui namaku?" Taeyeon menatap Tiffany curiga.

"Aku sepupu Sooyoung," jawab Tiffany.

"Ohh," Taeyeon tampak tak tertarik.

"Bolehkah aku duduk di sampingmu?" Tanya gadis itu, lagi-lagi memperlihatkan senyum manisnya.

"Silakan saja," sebenarnya Taeyeon tak nyaman, tapi dia bukan pemilik tempat duduk itu.

Suasana canggung menyelimuti keduanya. Tiffany merasa tak yakin harus berkata apa karena gadis di sampingnya tampak tak tertarik untuk berbicara. Namun, dia juga tak mau beranjak dari kursi itu karena tubuhnya sudah cukup lelah. Sebenarnya, dia sangat ingin mengenal Taeyeon lebih jauh. Dia ingin memiliki banyak teman di Korea karena baru saja pindah dari Amerika, tetapi Taeyeon tampak tak tertarik dengannya. Taeyeon justru lebih tertarik memainkan ponselnya. Tiffany hanya bisa menghela nafas. Baru kali ini dia merasa gagal untuk mengajak bicara orang lain dan mengenalnya lebih jauh.

Taeyeon merasa dirinya diperhatikan oleh Tiffany. Namun, dia sama sekali tak menganggap keberadaan Tiffany. Taeyeon justru mengambil ponselnya dan bermain game. Sebenarnya dia masih ingin melanjutkan lamunannya, tetapi dia tak ingin dianggap aneh oleh orang yang baru saja dia ketahui namanya itu. Taeyeon sama sekali tak tertarik untuk berbicara dengan si pemilik eyesmile di sebelahnya.

"Huft..." Tiffany merasa frustasi dengan kelakuan Taeyeon.

Taeyeon menoleh, "Ada apa denganmu?"

"Bisakah kita berbicara?"

"Kau sudah tahu namaku, apa lagi yang perlu dibicarakan?"

"Aku ingin lebih mengenalmu, Taeyeon-ssi."

"Aku tak peduli!" kata Taeyeon kembali memainkan ponselnya.

Tiffany hanya bisa menghela nafas, dia benar-benar tak mengerti lagi harus berbuat apa. Sadar Taeyeon benar-benar tak mau berbicara dengannya, Tiffany beranjak dari tempat duduknya. Dia meninggalkan Taeyeon yang masih asyik dengan game-nya.

***

Hari ini, Tiffany menepati janjinya untuk bertemu dengan Sooyoung di sebuah restoran. Dia berjanji untuk menraktir sepupunya itu karena telah membantu membereskan barang-barang di apartemennya dan juga mempercantik apartemennya itu supaya Tiffany lebih nyaman berada di dalamnya. Maklum saja, dia belum lama pindah ke Korea. Namun, Tiffany cukup menyesal menraktir Sooyoung karena porsi makannya yang sangat besar. Tiffany khawatir uangnya akan habis dalam sekejap.

"Hahaha" gadis jangkung itu tertawa.

"Yak, apanya yang lucu, Choi!" Tiffany kesal dengan sepupunya yang justru menertawakan kisahnya saat bertemu Taeyeon tadi malam.

"Itu memang tidak lucu, Tiff, tapi kau bisa lihat ekspresi kesalmu itu, sungguh layak ditertawakan," ucap Sooyoung.

"Aku tidak mau berbicara lagi dengan si Angkuh Kim Taeyeon!"

"Kau yakin, Tiff?"

"Dia sangat menyebalkan, Soo!"

"Kau belum mengenalnya, Tiff," tiba-tiba seorang gadis bertubuh pendek bernama Sunny ikut menimbrung.

"Yup, dia orang yang baik, hanya saja akhir-akhir ini dia berubah," lanjut Sooyoung.

"Aku harap kau masih mau bersahabat dengannya, aku tahu kau orang yang peduli Tiff," kata Sunny.

"Uhm...aku tak yakin, dia sangat sulit," Tiffany menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kalian sedang membicarakan apa?" terdengar suara yang membuat bulu kuduk ketiga gadis itu merinding.

"Oh, hai, Taeng! Sejak kapan kau di sini?" Sooyoung berpura-pura tenang.

"Cukup untuk mendengar kalian membicarakanku!"

***

Tbc...

***

You Are [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang