Sia-Sia

4.3K 219 2
                                    

Pagi ini, Lena datang ke sekolah dengan senyum yang cerah, dia masih teguh pada pendiriannya untuk bisa dekat dengan Lano lagi. Saat masuk ke kelas, dia hanya melihat Lano yang tengah menyendiri di bangkunya sambil mendengarkan lagu lewat earphone nya, Lena berfikir mengapa akhir-akhir ini Lano sering datang pagi? Padahal dulu dia sering sekali datang bertepatan dengan bel masuk berbunyi sampai biasanya juga dia telat.

"Hai" sapa Lena pada Lano, sedangkan Lano hanya melirik Lena dengan tampang tak minat dan kembali fokus ke handphone yang sedang dimainkannya.

"Kalau orang nyapa itu di jawab, kalau enggak kasihan yang nyapa makan hati terus" sindir Lena

"Terus gue peduli?" Tanya Lano sakratis dan sangat dingin.

Lena yang mendapat jawaban seperti itu langsung berfikir ini bukan Lano yang dia kenal, kemana Lano yang dulunya hangat kepadanya? Kemana Lano yang dulu sangat ramah? Kemana Lano yang dulunya sangat perhatian pada Lena? Dan kemana Lano yang dulu tak pernah mencampakkan Lena?.

"Lo kenapa sih, tiba-tiba jadi gini ke gue?, kemana Lano yang dulu, Lano yang gue kenal bukan Lano yang sekarang!" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Lena setelah beberapa minggu ini dia pendam, sementara Lano yang mendapat pertanyaan itu membuang nafas kasar lalu..

"Gue kenapa? Seharusnya gue yang nanya ke lo!, kemana lo selama ini? Kemana lo saat gue perlu lo? Kemana lo saat gue perlu perhatian lo? Kemana lo saat gue berusaha untuk dapetin perasaan lo? Pernah lo peduli sama perasaan gue? Enggak. Lo sama sekali gak pernah peduli Len, lo terlalu asik buat dikejar sampai lo lupa, kalau ada saatnya gue capek buat ngejar lo yang gak pernah tau gimana rasanya ngejar orang yang gak pernah mau berhenti untuk lari dari perasaan yang dia punya. Dan sekarang, gue nanya ke lo, salah gue kalau mutusin buat pergi dari lo? Pergi dari orang yang gak pernah nganggep perasaaan yang gue punya selama ini. Salah gue kalau ngelakuin itu?!!" Ucap Lano panjang dengan penuh emosi dan penekanan di setiap katanya, dan saat itu juga Lena menangis dalam diam, dia tau Lano terlalu baik untuk perempuan sepertinya, perempuan yang tak pernah bisa menghargai perasaan orang lain.

"Maaf" hanya satu kata itu yang bisa Lena katakan, dia sadar maaf saja tidak cukup, tapi beritahu Lena apa yang harus dia lakukan untuk mendapat maaf dari Lano, dan semuanya bisa kembali seperi dahulu

"Basi" jawab Lano lalu pergi meninggalkan kelas yang masih tak ada orang yang datang, saat itu juga Lena kembali ke bangkunya. Menangis, hanya itu yang bisa Lena lakukan sekarang.

Sesakit inikah berada di posisi Lano? Sesakit inikan bila mengharapkan sesuatu yang tak mungkin kembali? Sesakit inikah kehilangan orang yang kita sayangi?.

Air mata Lena sudah terlalu banyak keluar, dia memutuskan untuk membasuh wajahnya agar tidak terlihat bekas tangisnya. Saat keluar dari toilet, ada tangan yang menariknya, membawanya ke taman belakang. Dia Bill

"Gue tahu lo lagi kenapa-kenapa" ucap Bill saat mereka sudah di salah satu kursi taman belakang.

"Gue bodoh Bill, gue udah nyia-nyiain Lano selama ini" ucap Lena lirih

"Gak, lo gak salah Len, dan Lano, dia bukan orang yang cepet nyerah kayak gini Len" ucap Bill

"Maksud lo?"

"Lano itu orangnya keras kepala Len, kalau dia gak dapetin apa yang dia mau, dia gak bakal nyerah, dia bakal ngelakuin semua cara supaya apa yang dia pengenin itu dia dapetin" jelas Bill

"Tapi kenapa sekarang dia ngejauh dari gue? Kalau emang dia mau dapetin gue, kenapa dia pergi sebelum dia dapetin gue?" Tanya Lena sambil menatap tanah di bawah

Changes (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang