Tadi siang Arvin sudah mengajak Steffani pergi bersamanya. Sore harinya, Arvin bersiap untuk pergi ke rumah Steffani. Ia pamit pada Dhirga untuk pergi bersama Steffani.
Arvin mengemudikan motornya ke rumah Steffani.Ia mengegas motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Arvin membelokan motornya ke komplek rumah Steffani, sambil mencoba melepas helmnya. Tanpa diduga, ada mobil yang ingin keluar komplek. Arvin membelokan stangnya ke kanan sambil rem depan hingga akhirnya ia terpental beberapa meter dari motornya hingga dahinya mengenai batu.
Darah mengalir dari dahi, dagu, dan juga telapak tangannya yang terluka. Penjaga kompleks itu menghampiri Arvin, dan pemilik mobil itu turun. Ia menyuruh penjaga komplek untuk membawa Arvin ke mobil dan akan dibawa ke rumah sakit.
Marcello kebetulan ingin membeli nasi goreng, saat melihat kejadian itu, ia berhenti dan membantu penjaga komplek dan juga pemilik mobil itu mengangkat Arvin. Marcello melihat wajah Arvin yang masih tersadar namun sudah pucat.
"Arvin? Pak bawa dia ke rumah sakit Medika Lestari saja. Saya akan menyusul." Suruh Marcello.
Pemilik mobil itu hanya mengangguk. Setelah pemilik mobil itu pergi, Marcello mengucapkan terima kasih pada penjaga komplek karena telah membantu.
"makasih ya pak. Tapi, kenapa bisa kejadian seperti ini?" Tanya Marcello.
"motornya belok, terus ternyata ada mobil. Dia menghindar, akhirnya kaya gini."
"makasih banyak ya pak." ucap Marcello lagi.
Ia segera pulang ke rumahnya untuk mengambil helm. Ia masuk ke rumah dengan tergesa-gesa, Steffani, Tika, dan Arial menatapnya.
"kamu kenapa?" tanya Arial.
"Arvin kecelakaan di depan komplek. Ayah, tolong kabarin om Dhirga, ke rumah sakit medika lestari. Stef, kamu mau ikut ga?"
Steffani menggeleng, "aku ada tugas." Ia langsung pergi ke kamarnya.
Marcello meninggalkan mereka. Arial langsung menghubungi Dhirga dan mengabarkan berita ini. Dhirga sangat terkejut, ia dan Ayra segera ke rumah sakit. Arial juga menyusul, tapi Tika ke kamar anaknya untuk membujuk Steffani agar ia ikut.
Steffani tidak bisa menahan tangisannya saat ini. Ia menangis di kamarnya, memeluk jaket Arvin yang pernah ia cuci. Air matanya begitu deras mengalir dipipinya.
Ya Allah, aku mohon sembuhkanlah Arvin. Kasihan om Dhirga kalau harus kehilangan anaknya setelah tante Gray meninggal. Batin Steffani.
Pintu kamarnya terbuka, terlihat Steffani yang menangis di kasurnya. Tika memeluk anaknya, ia mengusap air mata yang membasahi pipi anaknya.
"kamu jangan nangis, Arvin butuh doa." Ucap Tika sambil mengusap bahu anaknya.
"Steffani ngerasa bersalah, Arvin kecelakaan disaat dia mau nyamperin aku." Ucap Steffani sambil terisak dan merasakan sesak didadanya.
"sekarang ibu sama ayah mau ke sana. Kamu ikut ya?"
Steffani mengangguk. Ia memakai jaket milik Arvin dan membawa handphonenya. Mereka segera pergi ke rumah sakit untuk menyusul Marcello.
Sampai di rumah sakit, mereka segera menunggu di depan ruang UGD. Steffani memeluk Marcello dengan erat, ia takut terjadi apa-apa pada Arvin. Sebenci-bencinya dia pada Arvin, tapi hati kecilnya masih menginginkan Arvin.
"kamu jangan nangis terus Stef." Ucap Marcello. "Percaya sama kakak, semua akan baik-baik saja."
"Arvin bisa selamat kan ka?" Tanya Steffani yang menatap Marcello dengan mata yang sembab. Marcello mengangguk dan kembali memeluk adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
Teen Fiction9 september 2017 Menceritakan tentang anak Dhirga dan Gray, yaitu Ayra dan Arvin. Dua anak itu sekarang tumbuh dewasa, memiliki kepribadian yang berbeda dari masa kecilnya. Ayra bertumbuh cantik, dan lembut, seperti Gray. Arvin bertumbuh tampan, n...