36. Puasa

5.1K 279 7
                                    

"Stef, ayo bangun." Ucap Arvin yang mengusap kepala Steffani. Ini memang masih jam satu, kali ini Arvin ingin mengajak Steffani makan di luar rumah.

Steffani membuka matanya, "aku telat bangun ya? Jam berapa sekarang?"

"Engga. Ini masih jam satu. Ayo cari makan sahur di luar."

"Nanti Arka sama siapa?" Tanya Steffani.

"Minta tolong bi Asih, ya?"

Steffani mengangguk, dia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia keluar dari kamar mandi, dan tidak melihat Arvin. Mungkin sedang menemui bi Asih. Steffani menghampiri Arvin yang sedang berbicara dengan bi Asih.

"Bi, maafin aku ya ngerepotin bibi." Ucap Steffani.

Bi Asih mengangguk, "ga papa non, udah gih jalan sama den Arvin."

Steffani tersenyum. Mereka pergi dengan mobil, Arvin memngajak Steffani ke pinggiran jalan yang banyak penjual makanan. Arvin memesan kwetiau goreng pedas, dan Steffani kwetiau goreng tidak pedas.

"Pak, kwetiaunya yang pedas diganti sedang aja ya." Ucap Steffani.

Penjual itu mengangguk. Arvin mencium pipi Steffani, "selalu ga izinin aku makan pedas ya?"

"Ih, bukan gitu, nanti perut kamu sakit."

Tangan Arvin mengusap rambut Steffani,
"Iya-iya, makasih ya perhatiannya hehehe... mau sate ga?" Tanya Arvin.

"Boleh. Ingat ga pedas."

Arvin mengangguk, dia menghampiri penjual sate dan memesan sate ayam tanpa kulit karena Steffani kurang suka kulit ayam yang dibakar. Kwetiaupun datang, mereka segera makan kwetiau itu.

"Kamu ga mau teh?" Tanya Arvin.

"Air putih aja."

"Ya udah. Cobain nih."

Steffani menggeleng. Dia mengambil sesendok kwetiau untuk menyuapi Arvin, "ga ada rasanya."

"Ih," tangan Steffani memukul lengan Arvin, "enak tahu!"

Sate yang tadi dipesan datang, Arvin segera memisahkan sate itu untuk ia campur dengan sambal, melihat itu Steffani hanya menggelengkan kepalanya. Suaminya ini sangat keras kepala untuk tidak makan pedas. Jika mereka sahur di rumah, Steffani tidak pernah memberikan sambal untuk Arvin.

"Uh, sambalnya pedas banget." Keluh Arvin setelah beberapa suap makan, keringatnya juga mengucur karena kepedasan.

Steffani mengusap keringat Arvin dengan tisu, "makan yang ga pakai sambal."

Steffani memberikan sesuap kwetiau yang tidak pedas, setelah itu ia meminta air hangat pada penjual. Arvin meminum air hangat itu untuk meringankan rasa pedasnya.

"Makan punya aku lagi, nih aa.." Arvin menyuap kwetiau Steffani.

"Ini sambal biasa?" Tanya Steffani.

"Aku minta tambah cabe uleg, hehehe..."

"Bagus. Abisin aja tuh."

"Ih tega suaminya kepedasan."

"Biarin." Steffani pura-pura cemberut, Arvin langsung mengecup pipi Steffani karena gemas.

Marah? Tapi Steffani tetap menyuapkan kwetiau untuk Arvin. Menggemaskan sekali istrinya ini.

Selesai makan, Arvin membayar semua makanannya. Mereka menuju masjid yang dekat dari tempat itu, mereka ingin sholat subuh di masjid itu.

**

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang