29. Steffani Terpuruk

6.5K 356 14
                                    

Ibu Steffani menelpon Steffani sambil menangis. Steffani panik karena ibunya menangis, ia langsung pergi ke rumah ibunya untuk menanyakan keadaan ibunya. Steffani memeluk ibunya yang masih menangis, Steffani juga menangis setelah mengetahui semuanya.

Masalah yang sedang terjadi adalah ayah Steffani selingkuh. Itu sangat menyakitkan hati Steffani, mengetahui kedua orang tuanya ribut. Diumur mereka yang tua, yang harusnya menikmati masa kebersamaan, malah dihancurkan oleh seorang perempuan yang hanya menginginkan harta.

"Ayah bilang mencintai perempuan itu??? PEREMPUAN YANG BARU HADIR DALAM HIDUP AYAH?!!!" Bentak Steffani.

"Ayah ga bisa mutusin pernikahan ayah yang udah lama banget." Ucap Marcello.

Arvin berdiri dan menghadap ayah mertuanya, "ayah. Ingat kenangan ayah sama ibu. Perempuan itu juga cuma manfaatin ayah doang."

"Ayah mencintai wanita itu."

Steffani berdiri dan menggebrak meja yang ada di ruang keluarga. Ia menatap tajam Ayahnya.

"CINTA?! APA SEMUDAH ITU LELAKI MENCINTAI PEREMPUAN LAIN?!! AKU MUAK DENGAN MASALAH PERSELINGKUHAN YANG DIMULAI DENGAN SEORANG LELAKI! AKU BENCI AYAH!!!"

Nafas Steffani tidak teratur. Ia mengambil tasnya dan langsung pergi keluar rumah.

"Steffani..." Teriak ibunya yang menangis.

Melihat istrinya membawa tas, Arvin langsung mengejar Steffani. Venya menenangkan ibu mertuanya.
Sungguh saat ini Steffani jatuh. Ia jatuh sangat dalam. Tangisannya tidak bisa berhenti karena terus mengingat kebersamaan keluarganya yang tidak pernah menghadapi masalah seperti ini. Arvin menahan tangan Steffani yang sudah berlari sampai sebelah rumahnya.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Arvin.

"Pulang."

"Terus gimana sama ibu kamu?"

Steffani menggeleng, dia terus menunduk. Tangannya gemetar karena sudah sangat lemas, Arvin menggenggam tangan Steffani.

"Temenin ibu kamu ya?" Tanya Arvin.

Steffani menatap Arvin,
"Maafin aku, kali ini aku ga mau nurutin kamu. Aku mau pulang."

"Kita pulang, tapi kamu pamit sama orang tua kamu."

"Cuma ibu."

Arvin menghembuskan nafasnya,
"Ayah juga."

"Aku minta maaf lagi. Aku tidak mau menuruti mu."

"Aku tidak akan memaafkan mu jika kamu tidak pamit pada Ayah."

Mereka kembali ke rumah. Steffani mencium punggung tangan ibunya,
"Aku mau pulang. Aku ga bisa disini. Maafin aku." Ucap Steffani.

"Arvin, ibu titip Steffani." Ucap ibu.

Ia bersalaman dengan ayahnya walaupun kecewa, ayahnya ingin memeluk Steffani, tapi Steffani menepis tangan ayahnya dan langsung keluar. Di mobil Steffani hanya diam, ia membenci lelaki yang mudah tergoda oleh perempuan lain.

Sampai rumah, ia masuk ke kamar dan mengunci kamar itu. Arvin yang ingin masuk kaget karena pintu itu tidak bisa dibuka.

"Stef, buka."

"AKU BENCI LELAKI!!!" Teriak Steffani dari dalam kamar.

Arvin menggelengkan kepalanya, kenapa Steffani membenci banyak lelaki jika yang berbuat salah hanya satu orang. Arvin mengambil kunci cadangan, lalu membuka pintu kamarnya.

"Kamu membenciku juga?" Tanya Arvin.

Steffani hanya diam, dia tidak berani menatap Arvin. Menyadari kesalahannya saat berbicara dan berteriak pada Arvin, Steffani berlutut pada Arvin. Disaat yang bersamaan Arvin ikut berlutut di hadapan Steffani.

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang