"Bu, aku ke toko dulu ya." pamit Steffani pada ibunya.
"Hati-hati ya."
Steffani mencium punggung tangan ibu dan ayahnya, "ibu sama ayah juga hati-hati ke rumah sakit. Salam buat ka Venya."
"Iya, udah sana berangkat."
Steffani naik ke mobilnya dan melajukan mobilnya menuju toko bunga. Venya sedang di rumah sakit karena ia sedang dirawat. Ia sedang hamil, dan kondisinya sedikit kurang stabil karena mual-mual.
Sampai di toko bunga Steffani langsung menyapa semua pegawai. Setelah itu, ia menuju ke cafe sebelah untuk membeli kopi. Ia bertemu dengan Arvin yang berada disana.
"Kamu? Kerja disini?" tanya Steffani.
"Iya. Kamu mau pesan apa?"
"Cappucino panas."
Steffani memberikan uangnya, lalu Arvin memberi kembaliannya. Setelah itu, Arvin menyuruh Steffani duduk di bangku untuk menunggu.
Selesai membuat kopi, Arvin memberikannya pada Steffani."Vin, aku mau ngomong sebentar." Ucap Steffani.
"Aku sibuk."
"Lima menit."
Arvin menggeleng, ia berbalik badan dan berjalan ke tempat kasir. Steffani menghembuskan nafasnya berat melihat Arvin yang sangat berbeda.
Steffani mengambil tissue di kasir dan meminjam pulpen pada Arvin. Ia menulis ditissue itu.Help me.
Isi surat yang sudah dibaca oleh Arvin. Steffani sudah hilang dari pandangannya. Hatinya bertanya-tanya kenapa Steffani menulis kata itu.
Ia keluar dari cafe dan melihat Steffani masuk ke toko bunga di sebelah cafenya.
"Yang namanya Steffani mana ya?"
"Oh, mba Steffani ada di ruangannya pak. Di lantai dua."
Arvin berlari menaiki tangga, dan masuk ke ruangan Steffani. Mereka bertatapan saat bertemu, Steffani tersenyum melihat Arvim.
"Aku senang kamu masih peduli sama aku." Steffani memeluk Arvin.
"Kamu mau minta tolong apa??"
"Azka bilang dia mau nantang kamu, lomba masak sama dia. Kalau kamu ga mau terima tantangan ini, aku dipaksa nikah sama dia." ujar Steffani yang menatap Arvin.
"Kalau aku kalah?"
"Dia paksa aku juga."
Arvin mengusap wajahnya, ia melihat ke langit ruangan itu, lalu kembali menatap Steffani, "aku ga akan terima itu."
"Vin, berarti kamu mau lepasin aku gitu aja? Mana janji kamu yang mau nikahin aku?"
'bukan gitu! Aku ga mau kalau bahan taruhannya itu kamu!' batin Arvin. Sekarang Arvin menjadi orang jahat saat berhadapan dengan orang yang ia cinta.
"Lupain itu." Ucap Arvin.
"Kalaupun kita putus, aku ga mau sama Azka."
Steffani menggenggam tangan Arvin,
"Kalau kita pisah. Aku akan minta sama Tuhan, seseorang yang punya semua yang ada didiri kamu.""Muka mirip, tapi sifat ga akan mirip Stef." Ucap Arvin.
"Kalau ga ada lagi. Aku minta kamu."
Steffani menatap Arvin,
"Kalau Azka baper sama aku, itu salah kamu juga! Tapi kenapa aku doang yang berjuang buat mempertahankan hubungan ini?!""Salah aku yang mana?"
"Kamu nyuruh dia buat jagain aku selama kamu kuliah di Australia."
Arvin berdiri, dan keluar dari ruangan Steffani. Perempuan itu bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa cerita kepada orang tuanya jika Arvin tidak mempertahankan hubungan. Ia takut jika orang tuanya tau, mereka akan kecewa dengan Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
Teen Fiction9 september 2017 Menceritakan tentang anak Dhirga dan Gray, yaitu Ayra dan Arvin. Dua anak itu sekarang tumbuh dewasa, memiliki kepribadian yang berbeda dari masa kecilnya. Ayra bertumbuh cantik, dan lembut, seperti Gray. Arvin bertumbuh tampan, n...