35. Tiga Keluarga

6.4K 293 7
                                    

Melihat ada film kartun di bioskop, Steffani berniat untuk mengajak Arka menonton. Saat malam hari setelah Arvin pulang dari kafe, Steffani membicarakan film itu dan mengajak Arvin. Suaminya setuju dengan ajakan itu karena esok adalah hari sabtu. Steffani segera memesan tiket bioskop lalu mentransfer uangnya, jadi besok mereka hanya tinggal menonton saja.

"Udah ditransfer?" Suara Arvin yang baru keluar dari kamar mandi. Steffani mengangguk sambil berjalan mengambil pakaian Arvin di lemari. "Pakai duit kamu ya? Berapa? Nanti aku ganti."

Tangan Steffani menyerahkan kaos pada Arvin, "ga perlu ganti-ganti, duit aku kan dari kamu juga," ucap Steffani.

Arvin mencium bibir Steffani sekilas, setelah itu pergi ke ruang makan karena dia sangat lapar. Kaki Steffani segera melangkah mengikuti Arvin untuk menemani Arvin makan. Arka sedang tidur, jadi mereka makan terlebih dahulu, setelah itu Steffani akan menyuapi Arka.

"Masakan kamu atau bi Asih?" Setelah melihat opor ayam yang ada di meja makan.

"Aku kok yang masak. Maaf ya, dua hari ga masakin kamu." Ucap Steffani sambil menunduk.

Selama dua hari, Steffani mendiami Arvin karena cemburu dengan seorang perempuan yang chattingan dengan Arvin. Ia kesal karena perempuan itu memperlakukan Arvin seperti pacarnya, padahal Arvin sudah mendiami pesan-pesan yang masuk dari perempuan itu. Arvin saja bingung tiba-tiba Steffani diam, saat Arvin bermain dengan Arka, Steffani memilih untuk menyendiri di kamarnya.

Di hari pertama Steffani mendiami Arvin, ia tidak memasak untuk Arvin. Dia hanya mengurus dirinya dan Arka. Di hari kedua, Arvin berniat untuk membicarakan masalah mereka, tapi dia tidak sempat karena pulang larut malam. Tadi pagi, Arvin membicarakan masalah itu hingga ia telat untuk datang ke kafe.

"Aku mau kamu ingat kata-kata kamu, Saling bicara ketika sedang cemburu atau marah."

Steffani mengangguk dengan senyuman terpaksa. Dalam hatinya ia sangat sedih telah menyia-nyiakan waktu untuk tidak bersama Arvin. Ia sudah membuang dua hari disisa umur mereka.

Suara dorongan bangku terdengar ditelinga mereka, "aku mau lihat Arka sebentar," Steffani bangun dari duduknya dan segera ke kamar nya melihat Arka yang masih tertidur di kasur.

Dia membelokan langkahnya menuju kamar mandi. Tangannya menggenggam wastafel dan menatap dirinya dikaca. Air matanya sudah siap mengalir. Dia sangat menyesali perbuatannya kemarin. Tidak pantas ia berbuat seperti itu pada suaminya. Sekarang ia merasa hubungannya dengan Arvin berbeda rasanya.

"Steffi." Panggil Arvin yang berjalan ke kamarnya. Melihat Arka yang tertidur, ia segera ke kamar mandi.

"Kenapa nangis?" Tanya Arvin yang heran melihat istrinya menangis tiba-tiba. Steffani mencuci wajahnya lalu menatap Arvin.

"Kamu udah selesai makan?"

Kepala Arvin menggeleng, "jawab dulu pertanyaan aku," dengan memegang kedua bahu Steffani.

"Sedih aja udah nyia-nyiain waktu kita dua hari. Sekarang aku ngerasa hubungan kita beda."

"Bedanya dimananya? Kasih tahu aku."

Steffani menggeleng, "lupain aja," dia melangkah ke kamar menengok Arka sebentar.

Arvin memeluk Steffani, "ga ada yang berubah dari kita. Ayo keluar ada ka Cello sama ka Venya."

Steffani mengangguk, dia mengusapkan wajahnya yang basah di kaos Arvin. Lelaki itu mencubit pipi Steffani gemas, wajah istrinya terlihat sangat lucu setelah menangis. Mereka ke ruang makan menemui Venya, Marcello, dan Velly anak mereka yang sedang makan.

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang