"Arvin, bangun." Ucap Steffani dengan lembut.
Arvin membuka matanya dan tersenyum melihat wanita cantik. Ia mengucek mata, sambil mengubah posisinya menjadi duduk.
"Minum nih." Suruh Steffani dengan menyodorkan segelas air putih.
"Makasih istri."
Mereka sudah menikah seminggu yang lalu. Hanya melakukan akad saja dengan dihadiri keluarga dan teman dekat.
"Udah aku masakin rendang." Ucap Steffani.
"Kamu mau batalin diet?"
Steffani menggelengkan kepala sambil meminum air yang tadi abis diminum Arvin.
"Kan aku masaknya bisa buat tiga hari. Besok malam abis resepsi aku makan deh.""Makan deh yang banyak. Ga tega ngelihat kamu makan sayur sama buah mulu." Ucap Arvin lalu beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.
Arvin keluar dari kamar mandi lalu menghampiri Steffani, ia mendekat ke wajah Steffani lalu mencium bibir Steffani. Ia menahan tangan Steffani yang akan menaruh nasi di piring.
"Aku nemenin kamu diet." Ucap Arvin.
"Engga. Udah aku masakin juga."
"Ah... Ga mau... Aku maunya nemenin isteli akuu.." Dengan wajah seperti anak kecil.
"Jelek. Kamu harus hargai masakan aku."
Arvin cemberut, "ya udah tapi dikit aja."
Steffani mengambilkan satu centong nasi, lalu mengambilkan rendang untuk Arvin. Setelah mendapatkan makanannya ia menyuapnya dengan lahap.
"Kamu abis subuh bukannya tidur?" Tanya Arvin.
"Iya, terus kebangun jam setengah tujuh. Ibu nelpon, katanya kangen." Setelah itu ia menyuap sayur yang sudah ia buat.
"Ya udah nanti ke tempat ibu, bawa mobil aku."
Steffani menatap Arvin yang masih menyantap makanan, "kamu kan harus ke kafe."
"Nanti aku naik motor."
Steffani nengangguk, ia menuruti suaminya. Semenjak menikah Arvin tidak memperbolehkan Steffani naik ojek motor dan mobil kecuali bersama orang lain. Itupun hampir tidak pernah karena Arvin selalu meminjamkan mobilnya untuk Steffani.
**
"Vin."
"Hmm." Sahut Arvin yang sedang memakai kemejanya, Steffani menghampiri Arvin dan membantu mengancingkan kemejanya.
"Rekan kerja kamu yang baru, cewek ya?"
"Iya."
Steffani memakaikan dasi pada Arvin sambil cemberut, "kamu ga nanya? emang kenapa sayang?"
Kunci mobil yang ada di gantungan dekat pintu diambil Arvin.
"Ke rumah ibu nanti aja. Ikut aku dulu."Steffani tersenyum. Kenapa Arvin terlihat begitu tampan ketika ia mengerti dengan kecemburuan istrinya. Ia membawa tas untuk hp dan dompetnya. Mereka pergi menuju kafe.
Sampai di kafe, Arvin berjalan di belakang Steffani. Tiba-tiba Steffani berhenti mendadak karena ia tidak tahu yang mana rekan kerja Arvin.
"Meja nomor dua empat." Bisik Arvin.
"Apa kau punya indra keenam?" Tanya Steffani.
"Ya, indra cinta namanya."
Arvin menggandeng tangan istrinya dan berjalan menuju meja itu. Sekarang Arvin memiliki keahlian menggombal dengan hal yang receh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
Teen Fiction9 september 2017 Menceritakan tentang anak Dhirga dan Gray, yaitu Ayra dan Arvin. Dua anak itu sekarang tumbuh dewasa, memiliki kepribadian yang berbeda dari masa kecilnya. Ayra bertumbuh cantik, dan lembut, seperti Gray. Arvin bertumbuh tampan, n...