33. Punya Anak

7K 343 27
                                    

Dengan berat hati Steffani harus melepaskan Arvin untuk pergi. Tiba-tiba Arvin mendapatkan pesan untuk pergi keluar kota, karena penting Arvin pergi kesana. Arvin mencium Steffani dan segera pergi ke bandara.

"Hati-hati." Ucap Steffani.

Semalaman ditinggal Arvin, membuat perasaan Steffani tidak tenang. Entahlah, biasanya perasaannya baik-baik saja. Dia mengambil hpnya untuk menelpon Arvin, tetapi tidak di jawab, akhirnya dia memilih untuk tidur.

Saat esok harinya, Arvin menelpon Steffani. Dengan cepat Steffani menjawab panggilan dari Arvin, ia ingin melepaskan rindunya.

'Lagi ngapain?'

'Abis sarapan. Kamu udah sarapan? Kapan pulang? Nanti kalau aku melahirkan terus kamu ga ada gimana?'

'Aku sudah sarapan. Secepatnya aku akan pulang. Sebelum bayi itu lahir, aku sudah di rumah bersama mu.'

'Baiklah. Jam berapa kamu kerja?'

'Setengah jam lagi.'

'Ya udah kamu siap-siap.'

'Oke. Jaga anak kita, sampaikan sayangku untuk dia.'

'Iya.'

Arvin mematikan sambungan teleponnya dan bersiap-siap untuk kembali kerja. Sedangkan Steffani, dia duduk di balkon menikmati udara segar dipagi hari.

***

Steffani terkejut karena saat ia terbangun Arvin sudah ada disebelahnya. Dia menyolek-nyolek lengan Arvin dan membuat Arvin membuka matanya.

"Kok cepet?" Tanya Steffani.

"Nanti kalau lama kamu kangen hahahahhaa."

Akhirnya Arvin kembali setelah dua hari. Arvin langsung merubah posisinya mencium perut besar Steffani. Steffani mengusap rambut Arvin, "waktu kamu pergi, dia nendang-nendang." Ucap Steffani.

"Oh ya? Hmm, kenapa sekarang tidak?" Sambil mendekatkan telinganya ke perut Steffani.

Mereka sarapan pagi bersama seperti biasa. Perut Steffani terasa tidak enak sekarang. Ia berjalan ke kamar mandi untuk mengetuk pintu kamar mandi. Arvin keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya.

"Perutku sangat sakit."

Arvin mendudukan Steffani di kasur, lalu ia memakai pakaiannya. Dia segera menuntun Steffani ke rumah sakit, mungkin memang sudah saatnya bayi ini keluar.

Sampai di rumah sakit, Steffani diperiksa dokter, lalu dokter menyarankan agar Steffani menginap di rumah sakit. Saat perutnya kontraksi, itu sangat menyakitkan. Ia menggenggam erat sprei kasur. Mengetahui istrinya kesakitan, Arvin menggenggam tangan Steffani dan dibalas dengan erat oleh Steffani.

"Kenapa sakit sekali?" Air mata Steffani sudah keluar dari tempatnya. Arvin mencium kening Steffani, dan mengusap perut Steffani. Steffani memeluk Arvin dan meremas pundak Arvin.

Dokter kembali ke ruangan, dan segera mempersiapkan untuk kelahiran bayi Steffani dan Arvin. Steffani mengenggam tangan Arvin dan terus mengatur nafasnya.

"Aku ga bisa.." Ucap Steffani sambil menangis.

"Sstt, jangan ngomong kaya gitu."

Steffani menarik nafasnya dan mulai membuang nafasnya. Dia terus berusaha mengeluarkan bayinya. Hingga akhirnya setelah perjuangannya yang cukup lama, bayi itu keluar. Steffani tersenyum melihat Arvin, mereka berciuman lalu melihat anak mereka.

Arvin segera adzan ditelinga anaknya. Steffani tersenyum sambil memeluk mamanya yang ada disampingnya. Steffani menyusui bayinya, dan Arvin menciumi pipi Steffani terus. Ia bahagia karena sekarang telah hadir seorang lelaki dikehidupannya.

***

Sampai di rumah mereka, Arvin terus menciumi bayinya yang sedang tidur. Steffani menatap Arvin yang sedang menciumi bayinya, dia menyodorkan air putih yang tadi Arvin minta.

"Jangan diganggu Vin, dia lagi tidur." Ucap Steffani.

"Dia menggemaskan."

Steffani menggelengkan kepalanya. Dia minum air putihnya, lalu menatap jari mungil bayinya, dan mencium pipinya. Steffani tidur menatap kebersamaan Arvin dan mengusap kepala anak mereka.

***

Arvin membawa anaknya ke balkon untuk dijemur disinar matahari. Dia berdiri dan menggendong anaknya. Mengetahui Arvin dibalkon, Steffani menghampiri mereka sambil membawa susu coklatnya. Dia menyodorkan gelas ke mulut Arvin, lelaki itu meminum susu coklat dari Steffani.

Saat sarapan, bayinya menangis, membuat Steffani menyudahi makannya dan menuju kamar. Dia menyusui bayinya, sesekali mencium dahi anaknya. Setelah bayinya tertidur, ia kembali makan dan Arvin masuk ke kamar.

**

"Sssstststst, sebentar ya, mama gantiin popoknya dulu." Steffani melepaskan popok kain dari tubuh bayinya, lalu membersihkan bayinya dan memakaikannya yang baru. Arvin ikut terbangun mendengar tangisan bayinya.

"Ada apa?" Tanya Arvin.

"Athu ngompol papa." Ucap Steffani menirukan suara bayi.

Arvin tersenyum melihat anaknya yang sedang digendong Steffani, dia menciumnya lagi, "sayang papa ngompol ya hahahaha," sambil memindahkan bayinya ke gendongannya.

"Tidurlah Stef."

Steffani menggeleng, "tunggu Arka tidur dulu, baru aku tidur."

Mereka menidurkan anaknya bersama, Arvin terus menepuk pelan bayinya, sedangkan Steffani mengusap kepala bayinya. Bangun malam untuk menggantikan popok, mengobrol, mendiamkan anaknya itu sudah hal biasa. Mereka bahagia menjalani hari-hari itu, karena anaknya adalah anugerah dari Tuhan yang harus dijaga.

***

Semenjak ada Arka, pulang kerja Arvin selalu menemui Arka terlebih dahulu. Barulah dia mencium Steffani, dan langsung membersihkan dirinya agar bisa menggendong Arka. Tangan Steffani menyuapi Arvin, karena lelaki itu hanya menggendong Arka saja.

"Padahal aku bisa makan nanti." Ucap Arvin.

Steffani menatap Arvin, "tapi kau sudah terlalu lapar. Jika tidak aku suapi, mungkin kamu akan lupa dengan lambung mu itu."

"Hehehe, makasih sayang."

"Mulai besok, pulang kerja bersih-bersih terus makan dulu."

"Iya sayang." Lalu membuka mulutnya dan memakan makanan yang sudah dimasak oleh Steffani dan bi Asih.

"Tapi aku lebih memilih untuk disuapi." Ucap Arvin.

Steffani tertawa, "kau tidak malu dengan Arka?"

"Tidak hahahahaha..."

Arvin terus melahap makanan yang disuapi oleh Steffani. Selesai makan, ia minum air putih dan mengajak Arka menonton tv bersama. Steffani bahagia karena bisa memberikan Arvin anak, dan Arvin sangat bahagia.

***
Tarraaaa

Dikit ya?? Maaf dehhh

Follow ig ummu_syd

Vote
Comment
Share

🙏🙏🙏💕💕💕💕
Terima kasih ❤️

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang