21. Kuliah

4.5K 247 4
                                    

"jangan jelalatan matanya." Ucap Steffani sambil terisak menunggu kepergian Arvin ke Australia.

Arvin mengusap bahu Steffani, kepala Steffani berada di dada Arvin, dia memeluk dan menangisi Arvin. Beberapa kali Arvin mengecup kepala Steffani.

"janji ga akan jelalatan matanya? Kamu aja jalan sama aku, lihat cewek cantik langsung nengok."

"ga papa jelalatannya sekarang, ntar pas nikah udah ga boleh kan."

Steffani mencubit lengan Arvin, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu.
"aku harus pisah lagi sama kamu, padahal baru tiga tahun ketemu." Ucap Steffani.

"nanti akan lebih banyak waktu lagi. Udah jangan nangis lagi, aku ga selamanya disana." Arvin mengusap air mata Steffani dengan sapu tangannya.
"aku masuk ya. Ingat, kalau main jangan pulang terlalu malam.."

"kamu kaya orang tua aku aja, bilanginnya begitu." Ucap Steffani.

Arvin tertawa, yang mendengarpun tertawa.
"udah ya, bye.."

Arvin pamit pada orang yang mengantarnya. Papa, Naufal, Ayra, dan Marcello. Ia memeluk Steffani sekali lagi, setelah itu ia meninggalkan mereka.
***

Dear Arvin,

Aku sangat merindukan mu. Semenjak kamu pindah ke Australia, tepatnya dua tahun yang lalu, kita jarang buat ngobrol lewat telepon, jarang videocall, tukeran foto, ngerjain tugas-tugas bareng.

Udah berjalan menuju tahun yang ketiga. Masih setahun lagi buat ketemu, karena kamu bilang kamu akan bekerja disana untuk sementara. Hubungan kita masih berjalan, tapi kalau kita lama tidak berkomunikasi, mungkinkah kita akan saling melupakan? Aku harap tidak.

Aku tidak akan pernah lupa dengan mu.

Seandainya kamu bisa membaca buku diary ku.
I love you, Arvin Rayhan croul.

Steffani menutup buku hariannya. Hari ini, rindu itu kembali lagi. Sekarangpun ia merasa kesepian, karena Marcello sudah pindah ke rumahnya bersama Venya. Mereka sudah menikah 1 setengah tahun yang lalu. Steffani jadi anak mandiri sekarang, tapi ada teman barunya yang bernama Azka. Teman lama Arvin yang sekarang menjadi teman Steffani.

"Stef, Azka udah nunggu dibawah tuh." panggil ibunya.

"iya bu, sebentar."

Steffani keluar menghampiri Azka. Mereka pergi ke mall untuk jalan-jalan saja. Mereka pergi ke toko boneka, Steffani hanya tersenyum melihat boneka panda, ia mengingat saat jalan dengan Arvin, ia meminta boneka tapi Arvin tidak membelikannya.

"lo mau?" Tanya Azka yang membuyarkan lamunan Steffani.

"ah? Hmm, engga."

Azka mengambil satu boneka panda,
"gue beliin buat lo ya?"

"engga. Ga usah, makasih.." Steffani mengambil boneka itu sambil mengembalikannya ke tempat semula.

"gue paksa lo buat nerima ini."

Azka berjalan ke kasir, dan membayar boneka itu. Steffani menerima pemberian Azka, mereka membeli minuman dan diminum di tempat. Mereka berbincang-bincang, dengan tertawa lepas.

***

Steffani
Vin, kamu lagi apa??
Kangen...

Tidak ada balasan dari Arvin. Steffani berfikir bahwa Arvin sangat sibuk. Tapi dugaannya salah, Arvin menelponnya.

'haii, pacar..'

'Arvin... Kangen... Kapan pulang?'

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang