31. Nyuci Baju

6.1K 340 10
                                    

'Hallo?'

'Bangun.'

Steffani membuka matanya lebar dan menatap layar hpnya. Ya ampun, itu adalah Arvin, suaminya. Dia lupa jika pagi ini suaminya telah kembali ke rumah setelah dari luar kota untuk membangun kafenya disana.

'Kamu udah pulang?'

'Udah, tapi belum sampai rumah.'

'Mau aku masakin ga? Pengen nyoba bikin ayam buncis kecap. Biasakan kita makan ayamnya doang, ini aku tambahin sayur.'

'Boleh, aku baru mau jalan ke rumah. Satu jam lagi sampai. Oh iya, mau tempe goreng sama sambel.'

'Siap bos! Ya udah, aku matiin ya?'

'Oke.'

Stefffani mematikan sambungan teleponnya. Baru saja ia ingin menaruh hpnya, Arvin mengiriminya pesan. Isi pesannya membuat Steffani tertawa sendiri.

Suami ❤️ :
Aku kangen.

Steffani mengetik pesan...
Istri 😍 :
Ya udah cepat pulang.

Suami ❤️ :
Kangen yang spesial.

Istri 😍 :
Ya udah, sini pulang.
Aku mau masak dulu 👋
Beliin chiki kentang

Steffani mengikat rambutnya, dan pergi ke kamar mandi. Lalu mengambil uang untuk ke pasar. Ia membutuhkan tempe dan cabai. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, ia kembali ke rumahnya.

Pertama ia memotong tempe itu, lalu membumbuinya. Setelah itu, ia haluskan cabai untuk membuat sambal. Ia mengambil wajan untuk memasak sambal, dan satu lagi untuk menggoreng tempe. Setelah semua tempe matang, ia memasak ayam kecap.

"Assalamu'alaikum..." Ucap Arvin yang baru saja sampai.

"Walaikum salam..."

Steffani menengok, lalu menghampiri Arvin. Ia memeluk Arvin karena sangat merindukan suaminya. Arvin menangkup wajah Steffani, lalu mencium bibir Steffani.

"Aku masih masak ayam kecapnya." Ucap Steffani.

"Ya udah, lanjutin. Aku mau ke kamar."

Arvin ke kamar, dan Steffani ke dapur. Tidak lama, Arvin kembali dari kamarnya dengan wajah yang basah, lalu memeperkan ke baju Steffani.

"Arvin! Usil banget ih." Keluh Steffani.

Arvin tertawa sambil memakan tempe goreng, lalu membawa piring yang berisi tempe goreng ke meja makan. Steffani membawakan ayam kecap yang sudah matang, lalu sambal yang ia tuang ke mangkuk kecil. Steffani membuat teh hangat, dan membawa air putih.

"Kamu yakin makan sambal?"

Arvin mengangguk, "takut aku sakit? Ahahahaha... ciee khawatir."

"Kan kamu suami aku."

Steffani melupakan sesuatu, ia belum memasak nasi. Bagaimana bisa ia melupakan nasi? Steffani menatap Arvin, ia memperlihatkan sebaris giginya, lalu menutup wajahnya.

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang