"Aku pulang." Ucap Arvin yang baru saja memasuki rumahnya. Kenapa rumahnya terlihat sepi? Ia segera menuju kamar mereka dan mendengar suara Steffani yang sedang mual.
"Hoek... Hoek..." Tangannya membuka keran, dan mencuci mulutnya. Arvin mengusap bibir Steffani yang basah dengan tissu.
Mereka kembali ke kasur dan Arvin menyuruh Steffani untuk tidur dipahanya. Tangannya memijat kepala Steffani dengan pelan.
"Apa kau sering seperti ini? Saat aku tinggal bekerja?" Tanya Arvin dengan nada yang khawatir."Tidak, lagian ini hal yang wajar." Ucap Steffani.
"Tadi kamu ada kegiatan yang bikin capek ga?"
Steffani menggeleng, "aku menuruti mu. Kau bilang aku hanya boleh memasak kan? Itupun aku duduk, kau tahu, rasanya sangat tidak enak memasak sambil duduk."
Arvin tertawa mendengar cerita dari istrinya. Tangannya kembali mengangkat istrinya untuk menidurkannya dikasur, ia segera ke kamar mandi membersihkan dirinya. Steffani mengambilkan pakaian bersih untuk Arvin.
"Makan yuk. Kamu mau minum apa?" Tanya Steffani sambil berdiri.
"Kamu duduk, biar aku yang ngambil minumnya."
Arvin mengambil dua gelas air putih, dan kembali ke meja untuk makan bersama Steffani. Mereka berdoa, setelah itu memakan masakan Steffani. Arvin menghentikan makannya sebentar.
"Besok aku mau di rumah nemenin kamu, lusa bi Asih baru ke sini."
"Makasih hehehe, besok jalan pagi yuk." Ajak Steffani.
"Aku takut kamu kecapekan."
Steffani menggenggam tangan Arvin, "ayolah."
Arvin menggeleng, "besok lihat pemandangan aja di lantai dua."
"Ya udah." Steffani cemberut, dan dia menyelesaikan makannya. Ia segera meninggalkan Arvin dan menonton tv di kamarnya.
Arvin menghampiri Steffani, lagi-lagi gadis itu tidak bisa menahan emosinya. Dia selalu saja egois dengan keinginannya. Untung saja rasa sabarnya sangat tinggi, jadi dia masih bisa meredakan kemarahan Steffani.
"Kamu mau apa selain jalan pagi?" Tanya Arvin.
Steffani menatap Arvin, "jalan-jalan."
"Ya udah, besok pakai mobil. Kemanapun yang kamu mau."
"Ke mall?" Tanya Steffani.
"Kamu ngerti ga sih? Kandungan kamu lemah." Bentak Arvin.
Steffani menunduk diam. Matanya tidak berani menatap Arvin yang sedang kesal karena ia tidak menuruti Arvin. Menyadari Steffani ketakutan, ia berlutut dan menggenggam tangan gadisnya.
"Kenapa aku punya kandungan yang lemah? Kenapa aku ga bisa senang-senang kaya ibu hamil diluaran sana?" Tanya Steffani.
"Ada saatnya kamu bisa lakuin itu. Aku udah beliin buah pisang, apel, sama kurma yang dianjurin dokter. Ada alpukat juga."
Steffani memeluk Arvin, "makasih banyak."
***
Arvin membawakan segelas susu untuk Steffani. Setelah diambil, Steffani langsung menghabiskan susunya. Arvin mengusap perut Steffani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
Novela Juvenil9 september 2017 Menceritakan tentang anak Dhirga dan Gray, yaitu Ayra dan Arvin. Dua anak itu sekarang tumbuh dewasa, memiliki kepribadian yang berbeda dari masa kecilnya. Ayra bertumbuh cantik, dan lembut, seperti Gray. Arvin bertumbuh tampan, n...