CHAPTER 3

27.2K 789 66
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Was wir heute tun, entscheidet darüber, wie die Welt von Morgen aussieht."

Apa yang kita lakukan hari ini, adalah cerminan hari esok.


Kriiiingg! Kriiiingg! Kriiiingg!

Alarm jam weker ku berbunyi begitu nyaring, menyadarkan dari dunia mimpi indahku, mataku terbelalak sempurna. Tangan kiri kuraih jam weker yang sudah membangunkanku. Entah apakah aku harus berterima kasih kepada jam weker, sudah membangunku atau aku mengucap sumpah serapahku, atas jam weker sudah menganggu mimpi indah, yang akan baru saja dimulai. Kedua mataku kembali melirik kearah Dinding ujung kanan, aku manatap Bingkai photo alm. sang kakak.

Aku berusaha menahan cairan bening, berada di kedua kelopak mata ini. Namun hal itu gagal, aku tidak bisa menahannya kembali.

SAKIT!

Hanya kata-kata itulah, aku lontarkan dari hatiku paling dalam. Aku selalu berusaha mencoba, agar cairan bening ini tidak keluar. tapi apa daya, cairan bening di kelopak mataku jatuh kebawah begitu saja, membasahi kedua pipi ini.

Aku bergegas turun dari ranjang tidur yang ku miliki. Sebelum menyentuh lantai keramik, aku melakukan suatu hal yang sering aku lakukan, yaitu menyapa Photo Alm. Kak Chelsea.

"Good morning, kak Chelsea." Sapaan ku.

Inilah setiap hari selalu aku lakukan setelah bangun tidur. Berbicara sendiri, dengan Photo almarhuma, selayaknya sosok itu adalah berbentuk nyata. Mungkin setiap hari, kak Chelsea-lah akan membangunkanku dari tidur lelap.

Bahkan untuk hari ini sampai selamanya, tidak akan ada lagi sapaan hangat terdengar dari dalam kamarku. Hanya ada sebuah bingkai photo sosok almarhuma. Aku bergegas berlari kecil menuju bathroom.

Hampir setengah jam aku melakukan hal ini setiap hari, di dalam bedroom. Aku segera melangkah kecil, melewati anak tangga, dilapisi karpet bercorak gambar harimau. Dengan santai aku berjalan sampai kearah ruang makan.

Kedua mata tertuju kearah sudut ruang makan. Seperti biasa, diruang makan, tidak ada satu orang pun aku lihat. Hanya aku sendirian saja di ruang makan, menatapi meja sudah telah terisi berbagai menu sarapan pagi Favorite almarhuma kak Chelsea. Yang disediakan oleh sang pembantu rumah tangga.

Sungguh aku merindukan semua akan kenangan berada rumah yang besar, selalu terisi dengan suara teriakan kedua orang tua ku. Namun hal ini tidak akan bisa kembali lagi aku dapatkan sampai aku beranjak usia dua puluh lima tahun.

Aku segera menyantap sarapan pagi di depan mataku. menikmati sarapan pagi setiap hari tanpa seorang pun, berada diruang makan. Sudah cukup lama aku tidak menginjak ruang makan ini, sudah cukup lama juga aku tidak menyantap sarapan kesukaan kak Chelsea. Pagi ini aku kembali melakukan hal ini sendirian. Dimana saat kakak ku duduk. Rasa rindu akan selalu aku rasakan, berada disini dirinya. Walaupun ia tidak berada dihadapanku lagi.

The Best Husband ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang