ALINE VALERIE:
"Al, bangun yuk, kita sudah sampai." Terdengar suara David membangunkan ku.
Perlahan ku coba untuk membuka kedua mata terasa sangat berat. Namun yang aku dapat hanyalah, terik cahaya sinar matahari, menghalangi pandangan ku, berada di depan. Sepertinya aku sudah tiba ditempat tujuan. Tempat menjadi sebuah rahasia, di ucap oleh David, saat kami masih berada di Jakarta.
Aku menggeliat otot-otot tubuhku, dan merasakan sensasi pegal di bagian belakang punggung. Mungkin ini adalah efek berlama-lama terbaring dikursi mobil. sampai-sampai aku lupa untuk memberikan pergerakan sedikit pada tubuh ku.
Kedua kelopak mata menatap sekeliling tempat, yang sangat asing. Bahkan tempat ini, belum pernah sama sekali aku kunjungi. Entah mengapa, aku tertarik dengan tempat dimana saat aku berdiri. Aku merasakan sesuasana hal berbeda, dari ibu kota Jakarta.
Aku segera membuka pintu dan melangkah keluar dari dalam mobil. Aku merasakan hembusan angin terasa sejuk dan dingin. Persis, seperti berada di sebuah tempat perdesaan. Jauh dari keramaian berkendaraan roda empat, maupun beroda dua.
Senyuman hangat, di lontarkan kepada ku. Aku segera membalas senyuman para warga setempat, yang sedang berlalu lalang, membawa ranting kayu, menggembala kambing, untuk diiringi ke tempat kandang. Mungkin ini akan menjadi, tempat favorite ku menjadi urutan kelima, untuk menikmati hari libur sekolah. Menghabiskan waktu bersama orang terdekat. Sedangkan David, hanya tersenyum dari dalam mobilnya. Menatapku dari arah kaca mobil, bertransparan.
"Dav." Aku memanggilnya. yang masih berada didalam.
"Iya Al." Sahutnya.
"Malam ini kita akan tidur dimana?" Tanyaku. Sambil memandang sekeliling tempat dimana saat ini aku berada. David segera membuka pintu pengemudi dan menutupnya kembali.
"Malam ini kita nginap di villa, Oma." Jawab David. yang sedang sibuk, melirik kesana dan kemari.
"Villa? Oma?" Aline mengulangi sebuah kalimat, diucapakan oleh David.
"Nah itu dia." David menunjuk telunjuk jarinya, kearah seorang pria tua.
Aku segera berbalik ke belakang. Melihat seorang pria tua, berjalan menghampiri kami.
"Punten! Apa betul, ini aden David?" Tanya seorang pria tua.
"Iya Pak! Saya David." balas David lembut.
"Ya ampun Den! Mang asep sampai pangling jadinya." Katanya. Sambil mengarut kepalanya yang tidak gatel.
"Iya mang, nggak apa-apa kok! David memakluminya." Katanya. Disaat mang Asep sedang asik mengobrol dengan anak majikannya. Kedua mata menyorot kearah samping. Lebih tepat, menatap sosok perempuan cantik, berada di hadapan anak majikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Husband ( TAHAP REVISI )
RomansaWARNING { 17+ } #427 Roman (28/03/2018), #319 Roman (31/03/2018) ( (FOLLOW DULU SEBELUM BACA [Cover by @Sinenncy]) { ⚠️ DILARANG COPY PASTE }, JANGAN LUPA DITINGGALKAN JEJAK. Ketika mencintai seseorang, cintailah apa adanya, jangan berhara...