CHAPTER 11

14.4K 519 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ALINE VALERIE:

Hari ini tepat ke empat hari-nya Papa masih berada dalam pengawasan medis. Selama beberapa hari ini juga, aku selalu merasakan khawatir. Setiap orang pasti pernah mengalami hal serupa seperti ini di dalam kehidupan mereka. begitu juga yang aku alami sekarang.

Walau terkadang aku merasakan kesepian di dalam rumah yang di tinggali oleh kedua orang tuaku. Walaupun para pembantu masih berada di dalam rumah, tetap saja suasan dalam rumah berbeda dari sebelumnya. Entah kapan pederitaan ini akan berakhir dan sampai kapan juga aku harus merasakan kesepian sendirian disini. Tapi itu percuma saja, bersungut-sungut pun tidak ada gunanya. Tidak ada orang akan mendengar ucapan ku.

Pagi ini aku melangkah kedua kaki dengan mantap. untuk keluar dari dalam kamar, melangkah kecil kearah anak Tangga. Sesampai dibawah, aku di kagetkan dengan pemandangan berbeda. Seorang laki-laki sedang asik duduk di ruang tamu sambil memperhatikan raut wajahku dengan tatapan penuh ke hangatan. Aku segera mengabaikan pemandangan tersebut, dan kembali fokus menuju ruang makan.

Hentakan kaki ku berhasil di hentikan olehnya. David memegang pergelangan tangan kanan ku dengan erat. Aku segera berbalik kearah belakang, menatap kedua bola mata David, memiliki tampang rupawan.

"Lepaskan tangan ku." Titah ku.

Kedua kakinya segera melangkah mendekati ku. Kali ini tubuh ku dan tubuhnya, saling berdekatan. Aku segera memejamkan mata indah ku sesaat. Seakan-akan kurasakan pipiku disentuh lembut oleh jari-jari tangan miliknya. sentuhan itu menjalar ke bagian kelopak mata ku.

Oh god....!!

Kenapa aku merasakan sesuatu hal aneh.

Kenapa tiba-tiba saja, ia menyentuh mataku.

Apa yang sedang dia lakukan dengan kedua mata ini?

Aku harap dia tidak melakukan hal aneh berada di dalam rumah ini.

Jika ia melakukan hal aneh, TAMATLAH RIWAYATKU.

"DASAR PEREMPUAN PENJOROK." Katanya dengan penekan suara cukup tinggi.

Aku segera membuka kedua mata indah ku, menatap kearahnya dengan tatapan penuh ke kesalan.

"Apa barusan kau, bilang? Apakah kau bisa mengulangi perkataanmu om Pilot,"

"Dasar perempuan, PEN-JO-ROK." David kembali, mengulangi perkataanya.

"Sialan kau! Berani sekali kau berkata seperti ini padaku." Ucap ku penuh kesal.

David segera menunjukan garis senyuman di depanku. Entah bagaimana bisa dia melakukan hal seperti ini. saat seseorang sedang merasa marah kepadanya. Padahal ia sudah berbuat hal membuat ku ingin sekali mengucap sumpah serapah kepada dia. Tetap saja ia menunjukan sisi menisnya di depan ku, menunjukan lesung pipi, sampai-sampai amarahku kembali menjadi mereda seketika.

The Best Husband ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang