CHAPTER 25

11.1K 267 4
                                    

               Waktu tempuh perjalanan Bandung – Jakarta hampir memakan waktu sekitar empat jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

               Waktu tempuh perjalanan Bandung – Jakarta hampir memakan waktu sekitar empat jam. Terasa begitu lelah rasanya, harus berdudukan lama didalam mobil. Rasanya sangat malas untuk keluar dalam mobil. Kedua kaki begitu amat terasa sakit. Sampai-sampai aku dan David masih berdiam diri di dalam mobil. Padahal kami sebenarnya sudah tiba di depan rumah keluarga suamiku. Entah mengapa saat aku memandangi raut wajah suami ku, rasanya seluruh badan ku yang telah sakit, kembali pulih. Saat menatap senyuman indah ia miliki.

               Salah satu tangan mendarat kearah pipi kanan ku. Aku merasa sebuah sentuhan hangat dan lembut itu, adalah tangan suami ku sendiri. Ia terlihat begitu romantis, kadang juga nyebelin kepadaku. Tapi rasanya aku bersyukur dijodohkan olehnya. Walaupun aku masih bingung, apakah aku pantes memiliki hatinya dan berusaha menerima kenyataan sebagai isteri dari suami, berbeda usia. Buat ku David adalah the best husband. Ia berusaha membuat diri ini supaya menjadi bahagia.

"Kok kamu nangis sayang?" Tanya David. Ia segera menghampus cairan bening yang tidak sengaja terjatuh.

"Siapa yang nangis, Orang kelilipan debu." Balas ku jutek. Segera aku singkirkan tangan David dari wajah ku.

"Ia deh aku percaya kamunya." Kata David. Sambil berusaha menyentuk kedua telapak tangan ku.

Aku memperhatikan tingkah laku aneh Davis, saat ia menyentuh telapak tangan ini dengan sentuhan lembut. "Kamu kenapa sih Dav. Kelihatannya tingkahmu aneh sekali dari biasanya?" Tanya ku.

"Ada yang ingin aku katakan sama kamu, Al. Tapi," David mengantukan ucapan nya.

"Tapi kenapa Dav?" Tanya ku.

"Tapi aku takut memberi tau ini semuanya kepadamu." Balas David

"Untuk apa ditakutkan, aku tidak apa-apa kok. Beri taulah,"

"Kamu yakin?"

Aku menganggukan kepala ku pelan.

"Huft, Mulai besok aku harus kembali kejerman." Tutur David.

Kedua mata yang tadi sempat untuk menyimak wajah sang suami. Kini Aline malah mengalihkan tatapannya kearah luar lain. Entah kenapa rasanya berat, saat tau David mengatakan tentang hal tidak ingin aku dengarkan dari kedua kuping ini. Rasanya menyesal untuk menyimak semuanya.

"Aku tau kamu pasti keberatankan untuk aku kembali kejerman?"

"Entahlah Aline bingung harus bilang apa sama, David." Kali ini aku berusaha menahan rasa penyesalanku tentang semua ucapan darinya.

"Hei, kok kamu lihat kearah lain sih sayang. Lihat kesini dong." David berusaha menyuruhku untuk berbalik menatap wajahnya.

"Aku ngantuk Dav." Pinta ku.

The Best Husband ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang