CHAPTER 10

15.2K 535 12
                                    

ALINE VALERIE:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ALINE VALERIE:

Malam ini, suasana Rumah Sakit Jakarta sangat menegangkan dan penuh ke khawatiran. Terlihat beberapa Dokter, sedang membawa seorang pasien keadaan kritis dengan terburu-buru menuju kearah ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

"Mohon Maaf, untuk sementara pihak keluarga pasien menunggu di luar saja." Kata seorang Perawat kepada keluarga pasien.

Suasana di luar ruangan IGD masih kelihatan panik. perhatikan saja semua orang-orang yang berada di luar, sedang menunggu seorang Dokter untuk keluar dari dalam ruang IGD. Tetap saja, tidak ada penampakan satu orang pun keluar dari ruangan tersebut.

Aku berusaha menenangkan diri, dibalik pintu ruang IGD. Aku mencoba melipatkan kedua tanganku, untuk memohon kepada maha pencipta, agar kami semua berada di sini, mendapatkan berita baik, bukan berita buruk yang tidak kami ingin dengar dari ucapan sang Dokter, sedang menangani pasien bernama Mr. Bram, Ayahku sendiri.

"Al, lebih baik, kamu pulang saja." Kata Tante Sarah berbicara kepadaku. memperhatikan ku sedang asik mondar mandir tidak jelas di depan pintu luar IGD.

"Tante, jangan khawatir, aku baik-baik saja." Ujarku.

"Tidak Al! Sepertinya kau sangat lelah! Lebih baik, biarkan Tante, Om, Michael , Kayla, akan menjaga kedua orang tuamu disini." Tante Sarah mencoba membujuk ku untuk segera balik kerumah.

Namun aku masih kekeh dengan kemauan ku sendiri, untuk menunggu Dokter yang masih menangani papa di dalam ruangan tersebut.

Ceklek ...

pintu telah terbuka. Sekian lama kami menunggu, seorang Dokter pun keluar dari ruang IGD. Aku berjalan kecil, menghampiri seorang Dokter yang menangani Ayahku saat berada di dalam ruangan Instalasi Gawat Darurat.

"Dok, Bagaimana keadaan, Papa?" Aku melontarkan sebuah pertanyaan kepada Dokter.

"Tenanglah! Papamu tidak akan kenapa-kenapa, dan sekarang pasien sudah siuman." Jawab Dokter santai.

"Apa kami berdua, bisa melihat kondisi suami saya?" Tanya Nyonya Tiara, melainkan mamaku sendiri.

"Oh silahkan! Kebetulan Pasien meminta anak dan istrinya, untuk menyuruh kalian masuk ke dalam ruang IGD. Sepertinya ada ingin di bicarakan."

Tanpa menunggu lama, Aline, bergegas memasuki ruang Instalasi Gawat Darurat di susul oleh Mama Tiara, berada di belakang ku.

Aku melihat keadaan Papa, masih terbaring lemas di brankar. Di temani beberapa alat medis melekat di tubuhnya.

Cairan bening berhasil membasahi kedua pipi mulus ku. Aku tidak sanggup melihat kondisi Papa terbaring lemas seperti ini.

Sungguh, sepertinya aku adalah anak durhaka, yang sudah berhasil membuat orang sangat aku sayangi, terbaring lemas di brankar. Sedangkan pria tua itu hanya menunjukan senyuman kecil padaku. tapi aku sendiri tidak bisa membalas senyuman dari papa. malahan aku mengeluarkan cairan bening, membasahi kedua pipi ini, terus menerus.

The Best Husband ( TAHAP REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang