7

9.7K 1.2K 47
                                    


Yoongi tak cukup memahami apa maksud dari tatapan yang ditujukan padanya itu. Ada seulas senyum di bibir Jimin dan dia rasa dia pernah melihat jenis senyuman seperti itu sebelumnya. Senyum para aristokrat beradab yang menjunjung tinggi adat kesopanan, tapi sarat arogansi. Si mata abu itu tersenyum padanya selama beberapa saat, sampai dia berpaling untuk menghindar.

"Apa kau sedang heat?"

Pertanyaan itu sedikit mengejutkan Yoongi. Dia melirik pada Jimin. Tapi ekspresi alpha itu masih sama seperti sebelumnya. Dia berpaling lagi untuk menutupi kecemasannya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Taehyung yang bicara. Dia menatap sinis pada Jimin dengan nadanya yang dingin. Ini sama seperti caranya mengucap terimakasih tadi. Dia hanya merasa Jimin sudah terlalu jauh bertanya pada orang yang baru saja dia temui.

Sementara, Yoongi hanya memandang Taehyung dalam diam. Alpha itu seolah-olah sedang melindunginya, karena hanya Taehyung yang tahu kalau Yoongi sedang heat.

"Ingin tahu saja, karena bau yang kental ini sedikit... menyerang hidungku." Jimin menunjukkan ekspresi terganggu dengan bau itu. Tapi dia memang cukup peka untuk membaui. Hingga bau Yoongi yang memang kental itu benar-benar terasa menusuk ketika dia dekati. Seperti yang pernah dia bayangkan sebelumnya saat mencium bau darah Yoongi dari selembar daun, mungkin dia akan gila. Gila karena bau itu. Sungguh meresahkan. "Jadi, Yoongi, apakah kau sedang heat, huh?"

Yoongi tak mau menjawab, dia malah menundukkan kepala dan menjatuhkan matanya ke sembarang arah. Sedang Taehyung menatap Jimin tak suka. Sesaat dia melirik Yoongi, kemudian menghela napas.

"Kupikir dia sedang tak ingin bicara." kata-kata itu ditujukan untuk Jimin agar dia mengerti. Kemudian alpha bermata sapphire itu bangkit berdiri. "Aku akan minta obat pada salah satu di antara mereka. tunggulah," kata Taehyung pada Yoongi.

Omega itu sedikit tak tela ketika Taehyung meninggalkannya. Daripada melihat Jimin, dia lebih ingin melihat luka yang perbannya telah dibuka oleh Taehyung. Udara pagi yang masih dingin menyapa luka menganga itu. Darahnya sudah kering, hanya merah-merah dari lapisan kulit dalam dan dagingnya yang nampak. Dia sedikit meringis. Dengan kondisinya yang seperti itu dia tak yakin akan mudah bergerak.

"Siapa yang sudah melukaimu?" Jimin bertanya sembari berjongkok di depan Yoongi. Tapi bukannya menjawab, omega itu malah berpaling. Jimin tak suka diabaikan, dan dia sedikit tersinggung karenanya. "Hei, kenapa kau tidak mau bicara padaku? Lihat aku."

"Menjauhlah." Jimin mendapat penolakan.

Dia merengut, dia merasa tak diinginkan oleh Yoongi. "Katakan sebuah alasan kenapa aku harus menjauh darimu."

Yoongi membuang napas dan memejamkan matanya. "Aku hanya..." sampai akhirnya dia berani untuk menatap langsung mata sewarna lumpur itu. "aku hanya merasa tak nyaman dengan keberadaanmu."

Jimin menelengkan kepalanya. Sungguh, jawaban omega itu tak memuaskan keingintahuannya. "Itu bukan jawaban, dan kau membuatku ingin menanyakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Kenapa aku harus menjauh darimu?"

Yoongi berpaling lagi. Jimin mendecak. Kemudian dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada omega itu, sampai Yoongi sedikit mundur ketika wajah mereka hampir bersentuhan.

"Katakan. Aku tidak suka ditolak jika tanpa alasan yang jelas." Jimin dengan suara rendahnya bicara tepat di depan wajah Yoongi dan menatapnya lurus, tapi alih-alih ditatap balik, mata sehitam jelaga itu tetap jatuh ke tempat yang lain.

LUNA [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang