19

6.8K 1.1K 59
                                    


LUNA

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

ABO dynamics

.

.

.

Hoseok belum kembali. Taehyung memandang ke arah yang jauh. Sedikit banyak dia menunggu, berharap juga kalau beta itu segera datang membawa Namjoon dan Seokjin. Sebenarnya dia terpikirkan tentang ucapan Namjoon; yang katanya peduli kepentingan kelompok. Jika satu orang di antara mereka membawa penyakit, maka yang lain akan tertular seandainya mereka semua masih berdekatan (dalam satu ruang lingkup yang sama) dan berinteraksi. Dia tahu itu, bisa dikatakan setuju. Hanya saja ketika melihat Jungkook yang menderita, apakah sebagai kawannya dia mau tega membiarkan Jungkook sendiri? Sedang jika bukan dirinya atau yang lain, siapa pula yang akan mengurus Jungkook? Yoongi saja peduli. Yoongi bahkan tak tahut bersentuhan dengan alpha muda itu. Tapi inilah yang muncul dalam benak Taehyung, tentang keegoisan yang sebenarnya ditunjukkan dua pihak: Namjoon dan Yoongi. Dua-duanya sama kukuh. Yang satu tak mau mengambil risiko, yang satu mau. Taehyung tentu tak mau tertular, tapi apa lagi? Jika dia membiarkan Jungkook yang sakit itu sampai mati, dosanya makin besar. Dia merasa bahwa sebenarnya dialah yang mestinya berada di sisi Jungkook untuk menebus dosanya waktu itu.

Merasa lelah berkutat dengan pikirannya sendiri, Taehyung merebahkan diri. Lurus dari matanya ada langit. Jungkook di sebelahnya tidur dengan embusan napas yang ditarik dan dibuang kasar. Kedengaran sekali di telinga. Dia menoleh, memandangi kawannya. Dia tentu ingat Jungkook yang dulu begitu tak menyukainya. Dia tak lupa Jungkook yang bicara kasar padanya. Tapi ketika Jungkook berubah dan melunak, dia amatlah baik Taehyung rasa. Bicara dengannya seperti bicara dengan kawan sebaya, atau dengan seorang adik. Dia masih polos dan lucu ketika Taehyung ingat bagaimana Jungkook terlihat cemburu saat Yoongi dan Jimin begitu dekat.

Tanpa sadar Taehyung tersenyum sendiri. Tangan di balik jaket yang menutupi sebagian badan alpha muda itu Taehyung ambil untuk dipegangi. Badannya panas, tapi buku-buku jarinya kaku karena dingin. Obat penurun demam yang diberikan Hoseok belum berpengaruh sama sekali. Taehyung jadi khawatir. Dia meremat tangan itu. Ketika mendengar gumaman Jungkook, Taehyung baru sadar kalau alpha muda itu gelisah. Gumamannya tak jelas apa. Badannya tak mau diam, menggeliat-geliat seperti menahan sakit.

"Jungkook? Jungkook?" Taehyung bangun dengan panik. Dia menepuk-nepuk pipi Jungkook sedang sebelah tangan itu masih dia genggam. Tak ada respon. Jungkook malah kejang-kejang. Taehyung semakin panik dan yang muncul pertama kali di kepalanya adalah Yoongi. Dia harus memanggil Yoongi.

Meninggalkan Jungkook sebentar, Taehyung pergi untuk memanggil omega itu. "Yoongi! Yoongi!" teriaknya. Dia mencium bau Yoongi tak jauh dari tempatnya berdiri. Arahnya dari bebatuan besar. Saat hendak ke sana, dia melihat bayang seseorang di kegelapan. "Yoongi! Jungkook kejang-kejang!"

"Kenapa kau berteriak?"

Yang menjawab bukanlah orang yang dia panggil, melainkan Jimin. Taehyung terkejut ketika mendapati Yoongi ada di gendongan Jimin, terkulai tak berdaya.

Alpha abu itu bertanya lagi sembari melangkah terburu, menggotong omega-nya. "Jungkook kenapa, heh? Yoongi demam."

"Apa? Yoongi demam?"

Jimin membaringkan tubuh Yoongi tak jauh dari Jungkook. Dia melihat sendiri kalau alpha muda itu menggumam gelisah dengan badan menggelinjang tak mau diam. Jimin mengeritkan gigi frustrasi. Dia bingung, tapi juga harus cepat berpikir. Akhirnya dia menemukan sebuah jalan. "Taehyung apa obat penurun panasnya masih ada?"

LUNA [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang