18

7.5K 1.2K 151
                                    


LUNA

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

ABO dynamics

.

.

.

"Seokjin, berhenti mengoceh, atau mulutmu akan berbusa. Lama-lama kau akan bicara tentang silsilah keluargamu...," cibir Hoseok. Dia sudah cukup lelah mendengar Seokjin yang melulu bicara. Meski mungkin, itu cara Seokjin supaya perjalanan mereka tak terasa jauhnya. Hanya saja Hoseok merasa dirinya tak cocok untuk jadi kawan mengoceh Seokjin. Kalau Namjoon iya, dia serupa dengan si omega cerewet itu. Sudah pasti cocok.

"Setidaknya kalian menanggapi aku, begitu! Jangan biarkan aku bicara sendiri, nanti aku jadi tidak waras." Seokjin mengeluh. Tongkat kayu yang tadinya digunakan untuk menopang, dia seret kemudian.

Hoseok ingin mencibir lagi, tapi tak jadi. Kalau dia begitu, akan sama saja dirinya dengan Seokjin. "Oke, oke... aku akan menanggapimu dengan hm, ya, baik, teruskan."

Omega itu nampak tak puas dengan kata-kata Hoseok. Dia beralih pada Yoongi yang melulu jadi pendengar setia. "Yoongi, kau mau katakan sesuatu?"

Yoongi tidak memikirkan apa-apa mulanya. Tapi karena ditanya, dia mencari sesuatu di kepala untuk dijadikan topik. Pertanyaan, atau apapun itu. Setelah mendengung lama, dia akhirnya berkata. "...aku berpikir, apa orang yang tak berhasil menyelesaikan karantina ini berarti dia mati?"

"Kau tidak tahu? Selain kelompok pemenang, orang-orang yang hidup juga dari mereka yang kalah. Keberuntungan yang mereka punya itu hanya tak terbunuh sampai waktu karantina habis. Karantina sebelum ini menyisakan beberapa orang yang masih hidup. Kenapa, Yoongi? Kau takut mati?" tanya Seokjin di ujung.

Yoongi menatap sepatunya sendiri. "Aku hanya takut kita akan saling membunuh."

"Ei, apa kau mau bercanda? Sungguh tak berbakat."

"Tapi... serius." Yoongi berhenti melangkah. Dia merengut.

Seokjin memutar matanya. "Aku tak akan membunuhmu. Kau terlalu menggemaskan untuk kubunuh."

Kata-kata Seokjin membuat Yoongi tersinggung. Omega itu berjalan lagi sambil mendecak. "Kadang aku menyesal punya badan seperti ini. Coba aku jadi sebesar kau, tidak akan ada kata menggemaskan sama sekali."

"Heei..." Seokjin mengejar.

Hoseok mencium bau yang ditinggalkan Taehyung dan Jimin di pepohonan. Tapi selain bau yang jadi jejak itu, dia mencium bau yang datang. Tak disangka, Taehyung kembali dengan langkah yang sedikit terburu. Alpha itu berkeringat. Yang mengucur di pelipisnya dia seka dengan lengan baju. Taehyung letih, tentu.

"Taehyung? Kenapa kau kembali?" tanya Hoseok.

"Jimin yang memintaku. Kalian mesti menunggu sebentar di sini. Ada sesuatu yang perlu dia pastikan."

"Jimin di mana?"

Pertanyaan dari Yoongi hanya Taehyung balas dengan tatapan. Bingung juga mau menjawab apa.

Seokjin curiga. "Ada apa?"

"Kami—"

Auuuu! Mereka mendengar lolongan. Taehyung tahu Jimin memanggil. Jika ada hal yang tak betul-betul darurat, Jimin mungkin hanya akan meninggalkan tanda, tapi alpha abu itu melolong. Lolongan adalah panggilan yang penting, ada sesuatu yang terjadi di sana. Lantas dia merubah wujudnya untuk membalas lolongan itu, sebagai tanda bahwa dia akan segera datang ke tempat di mana Jimin berada.

LUNA [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang