13

9.6K 1.2K 177
                                    


Tak ada waktu untuk menunggu. Kalau pun dua alpha itu kembali, mereka pasti akan mengikuti bau dan jejak yang ditinggalkan oleh kelompoknya. Dengan sengaja Hoseok menaruh tanda di pohon-pohon. Taehyung pasti tahu ini karena dia pernah pergi berburu bersama beta itu. Hoseok berharap saja kalau Taehyung temukan tanda. Sementara, musim dingin makin berat. Salju menghujani hampir tiap saat. Yang menyelimuti tanah makin dalam. Perjalanan mereka menyusuri perbukitan perlulah usaha lebih. Satu hari pertama mereka susuri bukit dengan tim yang dibagi dua. Namjoon dengan Seokjin dan Hoseok, lalu Jimin dengan Yoongi. Mereka datang dari arah barat, jadi yang satu ke bagian utara, yang satu ke bagian selatan. Tapi mendaki memang butuh waktu, hingga cahaya dari langit kelabu pun habis dilahap malam. Mereka sudah sepakati kalau tak akan pergi kemana-mana ketika gelap. Jadi meski terpisah, semua sudah paham kalau malam tiba salah satu tim atau keduanya tak perlu ada yang susuri bukit untuk mencari.

Di malam yang dingin itu Jimin membuat api unggun. Sebelumnya dia singkirkan dulu salju-salju yang menutupi tanah agar ranting-ranting yang dikumpulkan bisa terbakar sempurna. Yoongi duduk bersandar di landaian akar pohon besar. Jimin lihat omega itu hanya diam saja. Dia tahu kalau Yoongi tak ingin bicara padanya atau pada siapapun. Saat menyodok gundukan bakaran dengan ranting panjang dia jadi kesal sendiri. Yoongi terlalu mengkhawatirkan Taehyung dan Jungkook, padahal mereka alpha. Karena dirinya sendiri juga seorang alpha, Jimin merasa tak dipercayai oleh Yoongi. Alpha itu mandiri, tidak tergantung pada yang lain. Jadi apapun yang terjadi, seorang alpha pasti bisa mempertahankan diri.

"Hah," Dia mengembuskan napas putihnya di udara. Jimin gelisah. "Yoongi apa kau akan terus seperti ini?"

"Ini sudah lewat satu hari," jawab Yoongi yang memeluk lututnya sendiri.

"Tapi apa harus mereka kembali?" Jimin berhenti memainkan api unggunnya. "Menurutmu itu wajib? Kupikir mungkin mereka temukan orang lain yang bisa mereka jadikan teman berkelompok."

Yoongi mengangkat wajah tak sependapat.

"Lagipula kita tidak betul-betul terikat, kan? Kita bukan sebuah pack," lanjut Jimin.

"Bagaimana kalau Taehyung dan Jungkook adalah bagian dari pack-mu dan mereka menghilang?"

Jimin mendecak dengan seringai meremehkan. "Kau hanya berandai. Kenyataannya tidak begitu."

"Kau peduli pada mereka, tidak? Sikapmu itu, kau berpikir kalau mereka pasti baik-baik saja di sana, iya kan?"

"Berhentilah mengkhawatirkan segalanya."

"Aku tidak bisa bersikap tak peduli sepertimu!" Yoongi berdiri, marah. "Kau tidak peduli pada mereka!"

"YOONGI, AKU PEDULI!"

Bentakan keras itu seketika membuat Yoongi terdiam. Jiwa alpha Jimin keluar begitu saja karena amarah. Tatapan sesal jadi sisa bersama dada yang naik turun. Jimin lihat sirat takut dari mata Yoongi. Oh, omega mana yang tak ciut diteriaki seorang alpha? Jimin embuskan napas resahnya sembari memegangi dahi. Dia mengeritkan gigi.

"Kenapa kita harus bertengkar seperti ini...?" gumam Jimin lelah. Yoongi tak mau memandangnya sama sekali. Mata itu dilempar ke pinggir, sama dengan wajahnya yang berpaling. "Yoongi."

Jimin tinggalkan ranting panjang dan api unggunnya. Dia jalan dekati Yoongi yang berdiri mengepalkan tangan. Omega itu mengulum bibir menahan diri.

"Yoongi," panggil Jimin lagi. Ketika tangannya digapai Yoongi mencoba kabur, tapi Jimin tahan dengan cengkraman. Dalam sekejap pula dia pegangi wajah omega itu dengan kedua tangannya agar Yoongi memandangnya langsung.

LUNA [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang