10

8.9K 1.2K 11
                                    


"Lebih baik kita kembali," ujar Hoseok. "Yoongi, dan kau, hei, Jungkook." dia mendecak sembari menggelengkan kepala ketika menatap Jungkook.

Alpha muda itu segera bangun, memandang perubahan Yoongi dari wujudnya yang berupa serigala putih, kembali jadi manusia utuh. Ketika menengadah, dia pikir bulu Yoongi dan salju itu sama. Tangannya terbuka untuk menyambut butiran-butiran yang meleleh di atas telapaknya.

Seharusnya salju turun di akhir tahun, di musim dingin. Tapi kewenangan penyelenggaralah yang membuat musim bisa berganti dengan cepat. Apa yang ada di hadapan mereka pun tak seluruhnya asli, beberapa diseting dan disesuaikan. Mungkin saja, dalam sekejap, setelah salju itu habis, hutan lebat yang lembab itu bisa berubah jadi gurun tandus.

Walau memang indah, sedikitnya Jungkook merasa terancam. Ah, dalam keadaan seperti itu memang banyak hal yang bisa jadi pikiran.

"Ayo."

Hoseok berjalan lebih dulu. Kemudian disusul Yoongi, tapi Jungkook masih tak bergeming. Dia hanya menatap punggung sempit Yoongi dari belakang.

"Kenapa? Ayo kembali." omega itu berbalik hanya untuk mengulurkan tangan.

Jungkook tentu ingat seberapa hangat pelukan Yoongi. Seberapa nyamannya dia direngkuh oleh seekor serigala berbulu putih yang mencoba membantunya lepas dari kesusahan itu. Jungkook menatap lamat tangan Yoongi yang masih terulur. Rasanya, dia harus menyambut.

"Iya."

Pada akhirnya mereka bergandengan tangan. Jari-jari yang mengamitnya itu terasa sama hangatnya seperti ketika Yoongi berwujud serigala. Tangan kurus yang hangat. Jungkook merasakan sesuatu berdesir di dadanya.

Tanpa mereka tahu, Hoseok memerhatikan. Sedikit banyak beta itu merasa lega mengetahui kalau Yoongi bisa meraih Jungkook. Dia pikir apa yang mungkin telah terjadi atau dibicarakan selama mereka berdua saja itu telah merubah Jungkook, atau Yoongi sendiri. Sebab, Yoongi yang tadinya penakut dan pendiam itu sekarang justru nampak lebih berani. Bahkan gandengan tangan itu, mengabaikan perbedaan statusnya dengan Jungkook. Alpha dan omega. Tidak, Hoseok pikir Yoongi memandang Jungkook sebagai bagian dari kelompok, bukan sebagai seorang alpha.

Mungkin bagi orang lain itu tak bernial spesial, tapi bagi Hoseok, dianggap sebagai anggota sebuah kelompok adalah suatu hal yang besar. Karena dengan itu, ada andil, hak dan tanggung jawab yang dipikul tak hanya sendiri, tapi juga oleh kawan lainnya.

Sebelum masuk karantina, dia hidup dalam satu pack utuh yang solid. Walau hanya seorang beta—dan ayah ibunya pun sama—tapi dia dihargai dalam pack itu. Belum pernah ada suatu kesulitan besar yang dia hadapi semasa hidupnya. Hanya saja dalam area, dia berjumpa dengan banyak masalah ketika dia masih sendirian. Di antaranya mereka yang tak menghargai orang lain—jangankan menghargai, peduli pun tidak. Banyak partisipan yang mati dalam pertarungan di awal karantina. Itu mereka yang sendirian dan tak cukup kuat untuk bertahan. Sedang dirinya pun hampir mati suatu kali. Tapi Namjoon menyelamatkannya. Karantina seperti sebuah babak baru dalam kehidupannya yang mulus. Ada lika-liku jalan yang harus dia hadapi, dia tahu itu. Sadar diri, mungkin dia tak akan selamanya jadi Hoseok yang sekarang.

Di lain tempat, perapian diinjak-injak agar tak meninggalkan jejak. Namjoon menendang-nendang tanah yang bercampur abu dan arang. Seokjin duduk di dekat Jimin dan Taehyung. Daun-daun dari pohon lebat yang menaungi mereka membuat salju tak banyak turun, tersangkut di puncak. Tapi tetap saja dingin mulai menusuk. Mereka harus pindah.

LUNA [pjm x myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang