"Dasar pembunuh!"
"Hati-hati ada pembunuh di sekolah kita"
"Temen nusuk temen, padahal sahabatnya baik banget tapi kok tega ya?"
"Pinter doang di pelajaran, di kehidupan ternyata psikopat ya"
"KAMU APAIN ANAK SAYAA SAMPAI DIA BISA MATI HAH??!?"
DIAM!!
Please diam ..
Aku capek ... Tolong semuanya berhenti. Aku pengen semuanya stop sampai sini
Aku ga bersalah, bukan kesalahanku..
Kenapa harus aku?
Please jangan datang lagi ...
•••
Nuuutt nuuutt nuuutt
05 : 45 AMSuara alarm yang menyaring itu berbunyi begitu kencang hingga membangunkan gadis remaja yang sedang tertidur di atas sofa kamarnya. Saat membuka matanya, dia merasakan kedua kelopak mata miliknya begitu dingin dan basah.
Gadis itu segera beranjak ke kaca dan melihat penampilannya. Terlihat lebih kusut daripada kemarin-kemarin. Lagi lagi dia menangis dalam tidurnya.
Karena tidak ingin mengingat lagi hal-hal buruk bahkan mimpi yang hari ini dialami olehnya, gadis itu segera beranjak ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah barunya.
Setelah selesai, dirinya pun memakai seragam barunya. Terlihat pas dan menarik, warna seragam atas yang berwarna putih berlengan pendek dan rok abu-abu tepat di lututnya membuat penampilannya cocok sekali menjadi primadona sekolah. Rambutnya ia cepol ke atas, memakai sedikit sunscreen dan bedak juga lipbalm agar bibirnya tetap lembab dan wajahnya terlindungi dari sinar matahari nanti.
Sebelum keluar kamar, gadis itu menyempatkan diri untuk berkaca sekedar merapihkan baju, rambut, muka, dan juga kembali mengecek isi tasnya. Dia takut ada yang lupa untuk dibawa hari ini namun ternyata semua sudah lengkap.
Gadis itu kembali berkaca dan melihat penampilannya dari bawah hingga atas lalu kembali lagi kebawah, tak lupa senyuman cantik yang ia paksakan untuk keluar dari bibirnya. Tidak terlihat palsu sama sekali, layaknya badut yang selalu tersenyum namun dibalik topengnya ia menyimpan semua emosi, kesedihan, dan keterpurukan.
Baiklah waktunya berhenti untuk bersedih-sedih dan saatnya untuk keluar kamar bersiap menghadapi hari baru, tempat baru, dan mungkin teman baru.
"I'm ready now," ucapnya berusaha semangat walau didalam hatinya dia benar-benar tidak bersemangat dalam hal apapun namun bagaimanapun ia harus bisa menghadapi hari ini, hari baru dengan senyum manisnya.
Sambil membawa tas kecil di lengannya, gadis itu keluar dari kamarnya dengan kedua sudut bibirnya yang naik ke atas. Menyapa kedua pasangan yang sudah berada di meja makan. Yang satu sedang membuka ponselnya sementara yang satunya lagi menyiapkan sarapan untuk suaminya. Mata wanita itu tertuju pada anak perempuannya yang baru saja keluar kamar menuju ke arahnya.
"Ehh cantiknya Mom udah cantik aja," puji ibu gadis itu. Gadis itu tersenyum membalas pujiannya diakhiri kekehan kecil.
Matanya memberikan tatapan tulus juga senyuman yang tak kalah tulusnya, "Haha Mom bisa saja," setelah itu gadis itu duduk di hadapan ibunya, menaruh tas di samping tempat duduknya.
Mengambil sepotong roti dan selai strawberry kesukaannya. Ibu nya pun menuangkan segelas susu untuknya dan menaruhnya di samping anaknya itu. Melihat itu, anaknya pun tersenyum manis padanya, walau ibunya tahu kalau luka itu masih membekas padanya namun ia harus berusaha untuk tidak tahu apapun. Karena bagaimanapun yang bisa menyembuhkan luka masa lalu adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars [REVISI] [LENGKAP]
Teen FictionSetelah menjauh dari kehidupan lama, kini Natasya tidak bisa lagi membedakan mana rasa sayang, rasa cinta, dan rasa ketergantungan. Karena hal itu, Daniel pun datang ke hidupnya. Mencoba membuka hati dan mata Natasya. Keduanya sama-sama mendatangka...