Cerita ke-26

82 7 0
                                    

Gue kembali di diagnosa kalo sel kanker di otak gue tumbuh lagi dan sekarang sudah semakin serius. Pas ngedenger kek gitu, seakan hidup gue udah gaada gunanya lagi. Seakan terapi yang gue jalanin dengan rutin engga ngefek sama sekali. Dokter bilang operasi akan dilaksanakan secepat mungkin untuk menghambat pertumbuhan kanker yang ada di otak gue. Tapi sebelum itu, gue harus menjalani terapi lagi untuk menghancurkan sel-sel tersebut baru setelah hancur tinggal di angkat dan di buang.

Jam 9 pagi tadi gue harus menjalani terapi untuk kesekian kalinya. Gue akan ngerasain rasa sakit yang luar biasa hebatnya lagi. Gue akan ngerasain rasa panas yang membakar tubuh dalem gue. Itu sama sekali bukan masalah buat gue, gue anggap itu adalah cobaan dari Tuhan dan terus berdoa untuk kesembuhan gue. Gue dibawa oleh beberapa suster yang entah dibawa kemana. Disitu ada dokter yang biasa nanganin gue dan menyuntikan sesuatu ke tubuh gue. Cuma berselang beberapa menit, suntikan itu mulai bereaksi. Awalnya rasa panas yang membara di seluruh tubuh gue terus mulai ada rasa sakit yang menusuk sambil menjalar ke seluruh tubuh. Gue memejamkan mata dan berusaha sekeras mungkin untuk menahan rasa yang campur aduk dalam diri gue sampe mata gue berair dan memerah.

Sekitar setengah jam, rasa campur aduk itu udah mereda dalam diri gue. Gue pun di bawa kembali ke ruang rawat dan dipersilahkan untuk istirahat total. Tapi bukannya istirahat, gue malah mengambil handphone dan membuka galeri. Memperhatikan satu per satu foto yang berada di dalam album bernama Moi et ma chérie. Disitu ada foto gue dan Shella yang sengaja gue abadikan untuk kenangan yang akhirnya benar terjadi. Engga semuanya foto kita berdua, ada juga foto dimana Shella yang lagi duduk, tertawa, marah, dan berbagai ekspresi lainnya. Mungkin perempuan itu tidak sadar ketika foto ini diambil.

Dan yang paling gue suka adalah ketika Shella sedang berdiri menunduk menghadap jendela besar ruang rawat ini. Gue suka banget ngeliatnya. Entah kenapa, disitu dia terlihat cantik banget dengan rambut hitam berkilaunya yang dibiarkan kegerai gitu aja. Dibalut dengan outer biru langit dan kaos putih, serta celana berwarna senada. Disitu dia kek malaikat tanpa sayap yang sedang menunggu manusia yang harus ia jaga dari kesedihan. Gue tersenyum ketika ngeliat foto itu.

Foto favorit gue yang kedua adalah ketika kita berdua lagi tiduran di pantai malem-malem. Kita saling bertatapan dan cahaya jingga menambah kesan romantis di atas kita. Disitu gue senyum ke dia dan dia nyengir ke gue. Itu ketika Shella dipojokan oleh temen-temen kelas. Gue bawa dia lari dari kerumunan orang-orang itu dan menikmati keindahan malam berdua. Disana, dia berusaha untuk menutupi kesedihannya. Dia berusaha untuk menutupi lukanya. Tapi, matanya tidak bisa berbohong. Gue tau dia terluka. Gue tau dia sedih. Maka dari itu gue meminta dia untuk mengeluarkan semua emosi yang ia pendam. Selepas itu, gue memeluknya agar dirinya lebih lega dan tenang.

Dan yang terakhir...

Ketika gue memfoto dia lagi berpelukan sama Dicky. Disitu dia terlihat takut dan sedih. Rasa sesak kembali menghantui dada gue dan mendadak atmosfer di ruangan ini menjadi sempit. Semakin gue ngeliat kejadian itu semakin sakit hati gue. Foto itu diambil ketika suara petir menyambar dan kita sedang olahraga di tengah lapangan. Gue... sakit ngeliatnya. Gue... terluka ngebayanginnya. Gue... sesak ngulang memori itu. Tapi gue gamau menghapus foto itu karena sebagai bukti kalo seorang Deva pernah ngebuat kesalahan yang cukup besar.

Kesalahan terbodoh dalam hidup gue.
Kesalahan tertolol dalam hidup gue.
Kesalahan yang bener-bener gamasuk akal.

Ngerelain orang yang kita sayang pergi itu ternyata berat dan gue baru ngerasain itu. Beratnya melebihi apapun. Tapi, lagi-lagi gue bilang kalo ini adalah konsekuensi yang harus gue terima karena telah mengambil keputusan yang kurang bijak. Sekarang gue bisa apa selain ngerelain Shella ke pelukan Dicky? Engga mungkin kan gue ngehancurin kebahagiaan mereka? Engga mungkin kan gue muter kembali waktu yang telah berlalu? Jadi yaaa ini adalah jalan gue. Gue terima apapun konsekuensinya.

Shel, kalo gue ingin lo kembali ke pelukan gue, apa lo bersedia?

Tentang ShellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang