1

55 6 0
                                    

•Arasely pov•

"Sayang,kamu sibuk?"

Aku bisa mendengar roda-roda ranjang rumah sakit menggelinding disana. Roda ranjang Oklahoma State University Medical Center. Ponsel ku masih menempel di telinga meski tanganku sudah sangat lemas.

Ia bernapas berat,"Ya Tuhan. Apa kau bertanya karena tidak tau?"

Aku sakit,Jack. Sudah empat hari.

Itu saja yang kukatakan sepelan mungkin dalam hati. Aku tidak akan mengganggu impian nya menjadi dokter kandungan.

"Halo,Ara"

Aku bahkan tak sanggup lagi menjawab panggilannya.

"Ara.."

"Arasely!"

Dia berteriak dan itu membuat mataku membulat,terkejut.

"Selesaikan saja pekerjaanmu,Jack."

Kumatikan panggilan tadi.

Aku terduduk lemas di bawah atap bus stop. Semua orang mungkin akan memilih berada dirumah. Mengingat cuaca buruk sedang melanda kota ini. Tepatnya di Sheridan Rd Street,tempat tinggal ku. Langit begitu gelap membuatku ingin menangis,angin kencang menusuk kulitku yang panas karena demam tinggi.

Aku bisa sendiri.

Mungkin dengan mengucapkan kalimat itu dalam hati,aku bisa berdiri dan kembali ke kos ku yang berjarak sekitar 100 meter dari kakiku.

'Jack ackerley,kau bohong tentang kau tidak akan berubah apalagi berhenti mencintai',kuucapkan kalimat itu dalam hati.

Aku baru saja akan berdiri dari tempat duduk halte yang dingin,tapi kemudian aku terjatuh.

Dan tertidur.

*
•Jack pov•

"Selesaikan saja pekerjaanmu,Jack."

Tuut tuut tuut.

Kuhentakkan kakiku dengan keras. Aku sudah cukup dimarahi karena melupakan dua bab teoriku. Kemudian ia menelfon dengan suara lemasnya,berharap aku kesana dan mengelus kepalanya.

Hah.
Dia harusnya tau kita bukan lagi anak SMA.

Aku berjalan menuju ruang praktik ku dan mendapati tatapan heran temanku,Abrizan.

"Ada apa dengan wajahmu,Jack? Jelek sekali."

"Wanita itu membuatku pusing saja",jawabku sekenanya.

"Apa yang kau maksud itu Arasely? Hei bro,are you kidding me? Dia pacarmu."

Aku bergeming sebentar,"Kau pikir lima tahun itu sebentar? Aku bosan."

Abrizan menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya. Lidah nya berdecak,tak habis pikir dengan kalimat yang baru saja kukatakan.

"Harusnya kau senang ada wanita yang menunggumu selama itu.",tambahnya. Membuatku sedikit terusik.

"Abrizan,kau tak mengerti. Aku sudah lelah menjaganya. Dia sudah cukup dewasa untuk menjaga dirinya sendiri,kan?"

Abrizan memindahkan beberapa kantong infus dari kardus ke lemari. Dia memang perawat yang rajin. Aku akan mendapatkan asisten semacam dia nantinya.

Aku terus menunggu jawabannya lagi.

Dia akhirnya duduk di atas ranjang besi,napasnya berat.

"Jack,pikirkan lagi. Aku merasa kau akan menyesal jika harus menyiakan Arasely."

CHAOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang