23

21 3 6
                                    

Attention!

Author sedang kesepian saat menulis part ini, jadi hasilnya agak liar.

Untuk adek-adek emesh yang masih berseragam dari hari Senin sampe Sabtu, bantu mamah nyapu aja ya dek.

Ok, that's all.

Happy reading, beib.
Muah.

___

•Arasely pov•

Mati rasa.
Tubuhku rasanya bukan milikku, kepalaku berat melebihi beban badan yang kubawa kemana mana dengan kakiku. Aku melihat arah langkahku, tapi rasanya bukan lagi aku yang menggerakkan kakiku.

Sesaat aku mengingat semua kejahatan yang Jack lakukan, kemudian aku mengingat wajah pucat yang semalam sempat kusentuh beberapa menit saja.

Kupeluk buku hitam itu hingga sampai di kamar. Aku harus lekas menyelesaikannya, membacanya dan mencari petunjuk yang diinginkan polisi untuk penyelidikan lanjutan.

Membacanya, dengan air mata di setiap kata.

Srek.
Kubuka kertas lusuh itu, bagian kedua.

Napas panjang kutarik perlahan, berharap mendapat tambahan kekuatan.

"Jack, aku mohon kerjasamamu.", gumamku seakan Jack mendengar.

THINGS I WANTED TO SAY, BUT NEVER DID ; Bagian dua.

Dadaku bergemuruh hebat sebelum sampai di paragraf pertama.

Jika merasa kesulitan saat membaca ini, ingatlah hari dimana kita sedang baik-baik saja.

Atau, jika masih terasa perih dadamu, baca buku ini bersama Kyne. Kau mungkin akan tenang jika tangannya ada untuk merangkulmu.

Apa dia tidak berada disitu? Kan, kubilang juga apa.

Sudah, jangan teruskan jika tidak ada dia disitu.

Begini saja untuk bagian dua, kau boleh buka halaman selanjutnya jika pacarmu berada disana. Jangan bantah, ini wasiat.

Seperti benar-benar sedang di perintah, aku keluar dari kamar. Mencari Key yang sejak kemarin belum terlihat.

Bukannya Key, aku malah melihat Ryan berbicara dengan seseorang di ponselnya.

"Kau harus pulang, Key. Dia membutuhkanmu. Dia hancur!", aku tau dia sedang membicarakan ku.

"Key, pulang!"

"Kubilang, cepat pulang!", baiklah, kurasa Key tak ingin pulang.

Kulihat Ryan menarik napas panjang dan melihat ke atap sekilas, "Kalau sampai tengah malam kau belum pulang, besok aku dan Sely angkat kaki dari rumah ini!"

Apa dia bilang?

"Ryan, apa itu Key?"

Ia terkejut karena aku mendengar semua pembicaraannya. Terlalu lama bergeming, kuhampiri dia dan merampas ponsel itu dari tangannya.

"Halo, Key. Pulang."

Tiit. Tiit. Tiit.

Ia baru saja bicara dengan Ryan, meski tak ingin pulang. Tapi denganku,ia bahkan tak ingin bicara.

Apa aku sedang kehilangan semua orang?

~

Ryan membelikanku pasta kerang, entah sejak berapa waktu lalu berada di depanku. Kuaduk sampai semuanya hancur, dan tak satupun yang sampai di mulut ku. Ini semacam tidak menghargai usaha temanku, tapi aku tak punya energi lebih untuk mengunyah pasta—bahkan yang sudah hancur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHAOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang