19

21 4 6
                                    

•Author pov•

Bicara masalah waktu.
Berapa waktu yang diperlukan untuk mengenal seseorang?

Setahun?

Lima tahun?

Lima puluh tahun?

Kita tidak akan pernah punya waktu yang cukup. Dengan segala kegiatan yang dilakukan bersama. Dengan segala kejadian yang dilalui bersama. Dengan waktu yang dengan jahat terus merubah seseorang menjadi berbeda.

Berubah, seperti takkan kembali seperti sediakala.

Dimana peran keajaiban yang pernah mendatangkan hujan di tengah-tengah kemarau panjang?

Ia seperti sedang bersembunyi di sebuah tempat tak terlihat. Memperhatikan takdir sambil makan popcorn dan tertawa. Menonton kita yang terus menunggunya.

"Bawa dia kembali. Bawa dia yang lama, kembali.", begitu kita berteriak berharap keajaiban menaruh iba dan mengabulkannya segera.

Tapi jauh di sebuah tempat persembunyiannya, keajaiban itu berbisik "Ssst, menyerah saja. Ia tidak akan kembali pada dirinya yang lalu."

Kemudian ia tertidur. Tidak ingin dibangunkan, bahkan oleh airmata yang kita jadikan tumbal setiap malam.

Jack.
Keajaiban membantunya kembali pada dirinya yang lama, tapi sepertinya terlambat.

Harga diri yang ia bawa kesana kemari, yang ia pasang kuat kuat sebagai perisainya selama ini, ternyata tidak membantu hapus semua kesalahannya pada Arasely.

Ia menyayat telapaknya yang baru saja mengering darahnya, lagi.

Sambil terus meratapi, betapa ia gila dengan Arasely.

Ia harusnya bilang saja sejak dulu, tentang obat sial itu. Obat yang membuatnya memasang perisainya bertahun-tahun. Membuatnya menjadi kesulitan membedakan antara cinta dan obsesinya pada wanita itu.

Sekarang baru ia sadar.
Kesalahan harusnya tidak ditutupi, tapi diperbaiki.

~

"Ara, tidak ada yang ingin kau katakan?", lelaki itu berbicara pelan sekali sembari mengetik password di pintu apartmentnya.

Ketika itu pula mata Ryan dan Ara bertemu. Saling bertatapan beberapa saat, mengingat telpon dari Jack pagi tadi.

"Emm, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Key."

"Ah, ya sudah. Ayo masuk. Kita butuh istirahat. Besok sudah mulai bekerja, kan?"

~

•Key pov•

Aku yakin tadi pagi dengar Ara menyebut nama Jack pada seseorang di telpon. Bukannya apa, semua orang tau kan kalau Jack itu selalu gila karena obsesinya pada Ara—yang sekarang telah ku klaim menjadi punyaku?

Otakku terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang baik, berharap memang tidak ada sesuatu yang perlu kutangani.

Diam-diam aku mengintip dari balik pintu kaca. Wanita cantik itu sedang duduk di halaman belakang apartmentku dengan laptop merah yang selalu ia bawa kemana mana. Kutebak ia sedang mendesign sesuatu untuk ia buat besok di butiknya.

Maaf, Ara.

Aku tidak bisa menemuimu dalam mood buruk begini. Aku tidur duluan, ya.

~

•Author pov•

Arasely tertidur. Ia tetap duduk disana dengan laptopnya, yang sebentar lagi sepertinya akan jatuh karena kehilangan keseimbangan. Hari baru saja berganti, mengingat jam yang menunjukkan pukul 12 dini hari.

CHAOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang